▼
Sunday, June 27, 2010
YOGYA MEET
Teman2, mengabarkan bahwa rekan2 Yogya sudah menyelenggarakan Yogya Meet Sabtu sore 26/6 lalu di rumah mbak Djanti. Kalau Jakarta atau Surabaya dominasi kakung tinggi, pertemuan Yogya kira2 fifty-fifty. Yang putri: Suryowati Karseno, Mursri Tuti, Ning Wahyu, Iyah Jasriyah, Sumarni, Suryawati Yang-ti, nyonya rumah Djanti, honor guest Asti, my bojo Tati (he, dia Tld angk 74 lho!). Sisanya yg cowok: saya, Haryadi minyak, Haryadi UGM, Inu, Hardono, dan honor guest A Prabowo. Yogya mengirim 11 orang ke Surabaya, yang lain pamit karena di Yogya sendiri tanggal 3 Juli penuh dengan manten dan kondangan. Rencana lain: temu muka alumni TldJOG70 dicarikan tempat di Kaliurang, hari ketiga Syawal (kira2 Senin, sebab lebarannya Sabtu-Ahad). Detil dan rincian lain menyusul.
Saturday, June 26, 2010
HUMOR
Tulisan ini saya susun untuk Rubrik Konsultasi Kesehatan Jiwa KR Minggu tgl 27 Juni besok. Rubrik yang telah saya asuh sejak th 1995. Ide penulisan diilhami oleh perilaku teman2 TldJog70 yang suka humor nyek-nyekan, garap-garapan, ejek-mengejek di Mailist, sebagai tanda perhatian dan cinta kasih. Ternyata itu sangat menyehatkan jiwa. Karena tak ada sakit hati, jengkel, marah, selain tertawa geli di hari-hari tua yang kadang sepi. Terima kasih teman-teman semua yang sangat kukasihi. Selamat menikmati.(IW) .
HUMOR
Seorang ibu rumah tangga yang cerdas, Ny Ri, yang bekerja wiraswasta membantu suaminya usahawan tembakau dan sarang burung di Temanggung, menulis ke rubrik kita ini. Apakah memang humor dibutuhkan dalam kehidupan berumah tangga? Apakah humor itu menyehatkan?
Suaminya pekerja keras, tapi sangat pemarah dan mudah tersinggung. Mereka sering berselisih pendapat tentang cara mendidik anak dan berhubungan dengan tetangga. Demikian seringnya terjadi pertengkaran sehingga ancaman perceraianpun mulai muncul.
Suatu ketika sang suami ronda di kampung dan mabuk, berjalan-jalan di lorong kampung sambil berteriak-teriak tak karuan disaksikan orang banyak. Ny.Ri sangat malu tapi tak berani memperingatkan karena suaminya akan marah-marah esoknya. Maka Ny.Ri mengajak ibu-ibu tetangganya membeli sebotol miras yang murah dan mereka meminumnya sedikit di depan suami. Lalu mereka bergaya mabuk, berjalan sempoyongan dan bicara berceloteh. Sang suami tertawa ternahak-bahak, menghentikan semuanya itu dan, oke,oke, aku tak akan mabuk lagi, katanya.
Pada ketika yang lain suami membaca koran di teras depan rumah hanya dengan bercelana pendek bertelanjang dada. Ny.Ri itu sudah beberapa kali menegur hal itu malah diumpat-umpat. Akhirnya ibu itu dengan hanya bercelana pendek saja, tanpa baju hanya memakai kutang saja menyapu halaman depan rumahnya. Ini membikin kaget siapapun yang lewat dan kontan suaminya menariknya ke dalam rumah. Mereka tertawa-tawa dan sejak itu suaminya tak pernah bertelanjang dada lagi di luar rumah.
***********
Suatu ketika saya harus menyelenggarakan seminar dengan teman-teman saya para dokter ahli berbagai bidang di RSU swasta tempat kami bekerja. Panitia mengalami kebuntuan karena sedikitnya sponsor yang masuk. Akibatnya kami saling menyalahkan dalam rapat yang bertele-tele. Akhirnya saya katakan: “Oke, sekarang semua harus manut sama saya karena saya Menteri Kesehatan Khusus untuk Orang-orang gila”.
Kontan semua tertawa dan beramai-ramai mereka “menggarap” saya. Tapi saya balas dengan mengejek mereka masing-masing. Suasana buntu pun cair dan segar kembali. Akhirnya ide-ide mencari dana bermunculan dan seminarpun terlenggara dengan meriah.
Humor itu perlu untuk kesehatan. Orang bijak bilang humor itu menyehatkan. Tentu saja humor yang baik. Yaitu humor yang segar dan tidak melukai siapapun. Ini tidak mudah. Banyak orang yang, karena pembawaan, maunya membuat humor yang segar tapi selalu menyakiti orang lain. Akibatnya ia dijauhi teman-temannya. Orang harus berlatih untuk membuat humor yang sehat dan menyegarkan.
“Bila kau akan mengejek orang lain untuk humor, selalu ingatlah bagaimana perasaanmu kalau menerima ejekan seperti itu”, kata bapak saya almarhum di meja makan waktu saya masih klas VI SD. Atau dalam bahasa Jawa bapak mengatakan : “kudu mbok tepakna neng awakmu dewe”. Petuah ini saya praktekkan sampai kini dan hasilnya cukup bagus.
Membuat humor segar paling mudah adalah apabila kita menceritakan kekonyolan, kekurangan dan kegagalan kita sendiri. Bila saya menceritakan kegagalan saya mati-matian berlatih menyanyi yang akhirnya cuma ditertawakan pasien-pasien saya penyandang skizofrenia, padahal mereka mengajari saya menyanyi dengan nada suara yang pas dan gaya mirip artis, tentu membikin tawa segar siapapun yang mendengarnya. Juga bila saya ceritakan bagaimana saya pergi bersama istri ke mall dan pulang sendiri karena lupa dan istri ketinggalan di mall.
Humor-humor demikian menyehatkan, karena membuat kita bisa “mengambil jarak” atau “distansi” dengan kehidupan kita sendiri. Dengan keseriusan atau kerja keras dan usaha-usaha kita setiap hari. Dengan “distansi” kita bisa melihat kekonyolan kita sendiri, memberi kesegaran yang meredakan ketegangan dan stres akibat tekanan kehidupan.
Bukan berarti kita harus menjalani hidup ini sebagai dagelan, lelucon tanpa keseriusan dan kerja keras. Tapi dari celah-celah keseriusan dan kerja keras itu kita bisa mengambil sisi-sisi humor untuk mentertawakan diri kita sendiri. Orang yang bisa mentertawakan dirinya sendiri adalah orang yang benar-benar sehat jiwanya, tulis seorang guru besar psikiatri. Memang, orang-orang dengan gangguan paranoid adalah mereka yang tidak pernah bisa mentertawakan dirinya sendiri.
Arnold Lazarus, seorang psikoterapis dunia menyarankan, berusahalah untuk membawa diri anda dengan ringan, bahkan ketika sedang mengerjakan sebuah tugas yang serius. Rasa humor yang asli memungkinkan seseorang keluar dari keruwetan mental, melawan kebosanan dan bahkan menghindari depresi.
“Tertawa gembira” adalah obat kejiwaan. Para ahli biologi telah membuat hipotesis bahwa tertawa akan menstimulasi produksi katekolamin dan endorfin di otak, mempengaruhi kadar hormon yang berhubungan dengan kegembiraan, dan mengakibatkan meningkatnya ambang toleransi terhadap rasa sakit serta menguatnya sistem kekebalan tubuh.
Tapi kita harus tetap ingat untuk menghindari lelucon mengejek orang lain yang kita sendiri tidak mau menerima ejekan seperti itu. Humor ini akan menyakitkan dan menimbulkan permusuhan. Tingkah Ny Ri diatas adalah humor bagus yang tidak menyakiti suaminya tapi bahkan langsung menyadarkannya. Lelucon yang sarkastik, sinisme, juga tidak menolong tapi sebaliknya malah menimbulkan kebencian.
Janganlah bermaksud humor dengan menceritakan kehebatan, kesuksesan, atau teman-teman kita yang tokoh-tokoh penting dan acara-acara penting yang harus kita ikuti, karena hal ini sangat memuakkan selain membosankan. Sebaliknya permainan kata-kata dapat menjadi fantastis dan sungguh menghibur, seperti misalnya “plesetan gaya dagelan Jogya” yang termashur itu. Humor yang sehat dan segar akan membikin "hidup lebih hidup". Membuat hidup bersama keluarga dan teman-teman kita lebih indah dan menyenangkan untuk dijalani.*** *
HUMOR
Seorang ibu rumah tangga yang cerdas, Ny Ri, yang bekerja wiraswasta membantu suaminya usahawan tembakau dan sarang burung di Temanggung, menulis ke rubrik kita ini. Apakah memang humor dibutuhkan dalam kehidupan berumah tangga? Apakah humor itu menyehatkan?
Suaminya pekerja keras, tapi sangat pemarah dan mudah tersinggung. Mereka sering berselisih pendapat tentang cara mendidik anak dan berhubungan dengan tetangga. Demikian seringnya terjadi pertengkaran sehingga ancaman perceraianpun mulai muncul.
Suatu ketika sang suami ronda di kampung dan mabuk, berjalan-jalan di lorong kampung sambil berteriak-teriak tak karuan disaksikan orang banyak. Ny.Ri sangat malu tapi tak berani memperingatkan karena suaminya akan marah-marah esoknya. Maka Ny.Ri mengajak ibu-ibu tetangganya membeli sebotol miras yang murah dan mereka meminumnya sedikit di depan suami. Lalu mereka bergaya mabuk, berjalan sempoyongan dan bicara berceloteh. Sang suami tertawa ternahak-bahak, menghentikan semuanya itu dan, oke,oke, aku tak akan mabuk lagi, katanya.
Pada ketika yang lain suami membaca koran di teras depan rumah hanya dengan bercelana pendek bertelanjang dada. Ny.Ri itu sudah beberapa kali menegur hal itu malah diumpat-umpat. Akhirnya ibu itu dengan hanya bercelana pendek saja, tanpa baju hanya memakai kutang saja menyapu halaman depan rumahnya. Ini membikin kaget siapapun yang lewat dan kontan suaminya menariknya ke dalam rumah. Mereka tertawa-tawa dan sejak itu suaminya tak pernah bertelanjang dada lagi di luar rumah.
Suatu ketika saya harus menyelenggarakan seminar dengan teman-teman saya para dokter ahli berbagai bidang di RSU swasta tempat kami bekerja. Panitia mengalami kebuntuan karena sedikitnya sponsor yang masuk. Akibatnya kami saling menyalahkan dalam rapat yang bertele-tele. Akhirnya saya katakan: “Oke, sekarang semua harus manut sama saya karena saya Menteri Kesehatan Khusus untuk Orang-orang gila”.
Kontan semua tertawa dan beramai-ramai mereka “menggarap” saya. Tapi saya balas dengan mengejek mereka masing-masing. Suasana buntu pun cair dan segar kembali. Akhirnya ide-ide mencari dana bermunculan dan seminarpun terlenggara dengan meriah.
Humor itu perlu untuk kesehatan. Orang bijak bilang humor itu menyehatkan. Tentu saja humor yang baik. Yaitu humor yang segar dan tidak melukai siapapun. Ini tidak mudah. Banyak orang yang, karena pembawaan, maunya membuat humor yang segar tapi selalu menyakiti orang lain. Akibatnya ia dijauhi teman-temannya. Orang harus berlatih untuk membuat humor yang sehat dan menyegarkan.
“Bila kau akan mengejek orang lain untuk humor, selalu ingatlah bagaimana perasaanmu kalau menerima ejekan seperti itu”, kata bapak saya almarhum di meja makan waktu saya masih klas VI SD. Atau dalam bahasa Jawa bapak mengatakan : “kudu mbok tepakna neng awakmu dewe”. Petuah ini saya praktekkan sampai kini dan hasilnya cukup bagus.
Membuat humor segar paling mudah adalah apabila kita menceritakan kekonyolan, kekurangan dan kegagalan kita sendiri. Bila saya menceritakan kegagalan saya mati-matian berlatih menyanyi yang akhirnya cuma ditertawakan pasien-pasien saya penyandang skizofrenia, padahal mereka mengajari saya menyanyi dengan nada suara yang pas dan gaya mirip artis, tentu membikin tawa segar siapapun yang mendengarnya. Juga bila saya ceritakan bagaimana saya pergi bersama istri ke mall dan pulang sendiri karena lupa dan istri ketinggalan di mall.
Humor-humor demikian menyehatkan, karena membuat kita bisa “mengambil jarak” atau “distansi” dengan kehidupan kita sendiri. Dengan keseriusan atau kerja keras dan usaha-usaha kita setiap hari. Dengan “distansi” kita bisa melihat kekonyolan kita sendiri, memberi kesegaran yang meredakan ketegangan dan stres akibat tekanan kehidupan.
Bukan berarti kita harus menjalani hidup ini sebagai dagelan, lelucon tanpa keseriusan dan kerja keras. Tapi dari celah-celah keseriusan dan kerja keras itu kita bisa mengambil sisi-sisi humor untuk mentertawakan diri kita sendiri. Orang yang bisa mentertawakan dirinya sendiri adalah orang yang benar-benar sehat jiwanya, tulis seorang guru besar psikiatri. Memang, orang-orang dengan gangguan paranoid adalah mereka yang tidak pernah bisa mentertawakan dirinya sendiri.
Arnold Lazarus, seorang psikoterapis dunia menyarankan, berusahalah untuk membawa diri anda dengan ringan, bahkan ketika sedang mengerjakan sebuah tugas yang serius. Rasa humor yang asli memungkinkan seseorang keluar dari keruwetan mental, melawan kebosanan dan bahkan menghindari depresi.
“Tertawa gembira” adalah obat kejiwaan. Para ahli biologi telah membuat hipotesis bahwa tertawa akan menstimulasi produksi katekolamin dan endorfin di otak, mempengaruhi kadar hormon yang berhubungan dengan kegembiraan, dan mengakibatkan meningkatnya ambang toleransi terhadap rasa sakit serta menguatnya sistem kekebalan tubuh.
Tapi kita harus tetap ingat untuk menghindari lelucon mengejek orang lain yang kita sendiri tidak mau menerima ejekan seperti itu. Humor ini akan menyakitkan dan menimbulkan permusuhan. Tingkah Ny Ri diatas adalah humor bagus yang tidak menyakiti suaminya tapi bahkan langsung menyadarkannya. Lelucon yang sarkastik, sinisme, juga tidak menolong tapi sebaliknya malah menimbulkan kebencian.
Janganlah bermaksud humor dengan menceritakan kehebatan, kesuksesan, atau teman-teman kita yang tokoh-tokoh penting dan acara-acara penting yang harus kita ikuti, karena hal ini sangat memuakkan selain membosankan. Sebaliknya permainan kata-kata dapat menjadi fantastis dan sungguh menghibur, seperti misalnya “plesetan gaya dagelan Jogya” yang termashur itu. Humor yang sehat dan segar akan membikin "hidup lebih hidup". Membuat hidup bersama keluarga dan teman-teman kita lebih indah dan menyenangkan untuk dijalani.*** *
Wednesday, June 23, 2010
TldJOG70 IDOL
Herbud:
Wah setuju mbak Asti, iki ide bagus.... "TldJOG70 Idol" mesti seru iku ....masing2 Kemantren hrs ngirim peserta... Nah ttg juri mbak ... aku wae dijamin obyektif wis..he ..he...
Wassalam Herbud.
Djapong:
Trus lagune kudu uro-uro "Dandang Gula" utowo "Mocopatan". Sigro miliiirrrrr. .... anggetheking. ..... slendro pathet manyuro. Kwkkkwwkkkwwwkkkk. ..
Darsono:
Ayo ...kpn-kpn kita bikin kompetisi "kejuaraan seni suara" ato "Tld70 Idol " antar kemantren ... Jkt , Jogya dan Sby .... Ora popo wis , mskipun kemantren Sby cuma bbrp gelintir anggotanya. ..... Siapa takut ??? He he he ....
Mslah Juri , aku sing nanggung beres ....
Mas Edmart..., ayo cantut tali wondo....., ditantang mas.
Aku mewakili Yogya boleh, mewakili Jakarta juga boleh....... ......... ..
Wah golek karaoke-nan nggo latihan ana ra ya , pucung, megatruh, sinom dll.
(Yen mewakili Cikampek tak serahke sing langganan Panyebar Semangat mas Darmanto wae he he )
Marsito:
Yen uro-uro mocopatan... ...gliyak- gliyak aku nggabung.
Marsito.
Herbud:
Wah yen iku sing iso mung mas STW he..he..
Wassalam Herbud.
Djapong:
horrreee.... Kmt Jkt wis ono wakile. Ayo mas Marsito saben malem Jemuwah latihan neng TMII (anjungan DIY), ono sing ngajari mocopatan koq (mas Darmanto gurune..... hueheehheeee. ..)
Hayoooo.... Kmt Srby iso mocopatan ora ? Ojok mung ngremo karo ngok-bengok ae..... huahaahhaaaa. ..
Asti:
Wuaaa ... Lha nek uro-uro .... STW lan Edmart sing seneng ...diatas angin dia nya ...he he he he .....
Asti:
Mas Djapong ....
Lha nek kemantren Jkt sing menang ..... Horrreee ...hidup kemantrn Jkt ! Lha aku yo masuk anggota kemntr Jkt je .... Yo ora bung Emel ...?
He he he ...
Herbud:
Ora ngono mbak Asti.. Wedi nek kalah he..he.. wirang ngono lho...
Wassalam Herbud.
Mas Djapong ......
Wahhh .... Ini ada inspirasi baru yg bisa ditiru nih !
Mengingat anak2 sekarang jauh dari usaha nguri-uri kabudayan. .... Bocah saiki nek kon diskusi ngeciwis cas-cis-cus boso manca ....wuahh wasis tenan ....ning krungu boso jowo ...dho mlongo. ...hopo tumon ,turune wong jowo je. ...?
Nah idea trah-e mas Djapong isok ditiru .... Suwun !
Sudjendro:
Wah...rame diskusi IDOL..! Lagunya Jawa Campur Sari. Rek, ayo rek mlaku-mlaku neng tunjungan... ...! He..he..HE...!
Wah setuju mbak Asti, iki ide bagus.... "TldJOG70 Idol" mesti seru iku ....masing2 Kemantren hrs ngirim peserta... Nah ttg juri mbak ... aku wae dijamin obyektif wis..he ..he...
Wassalam Herbud.
Djapong:
Trus lagune kudu uro-uro "Dandang Gula" utowo "Mocopatan". Sigro miliiirrrrr. .... anggetheking. ..... slendro pathet manyuro. Kwkkkwwkkkwwwkkkk. ..
Darsono:
Ayo ...kpn-kpn kita bikin kompetisi "kejuaraan seni suara" ato "Tld70 Idol " antar kemantren ... Jkt , Jogya dan Sby .... Ora popo wis , mskipun kemantren Sby cuma bbrp gelintir anggotanya. ..... Siapa takut ??? He he he ....
Mslah Juri , aku sing nanggung beres ....
Mas Edmart..., ayo cantut tali wondo....., ditantang mas.
Aku mewakili Yogya boleh, mewakili Jakarta juga boleh....... ......... ..
Wah golek karaoke-nan nggo latihan ana ra ya , pucung, megatruh, sinom dll.
(Yen mewakili Cikampek tak serahke sing langganan Panyebar Semangat mas Darmanto wae he he )
Marsito:
Yen uro-uro mocopatan... ...gliyak- gliyak aku nggabung.
Marsito.
Herbud:
Wah yen iku sing iso mung mas STW he..he..
Wassalam Herbud.
Djapong:
horrreee.... Kmt Jkt wis ono wakile. Ayo mas Marsito saben malem Jemuwah latihan neng TMII (anjungan DIY), ono sing ngajari mocopatan koq (mas Darmanto gurune..... hueheehheeee. ..)
Hayoooo.... Kmt Srby iso mocopatan ora ? Ojok mung ngremo karo ngok-bengok ae..... huahaahhaaaa. ..
Asti:
Wuaaa ... Lha nek uro-uro .... STW lan Edmart sing seneng ...diatas angin dia nya ...he he he he .....
Asti:
Mas Djapong ....
Lha nek kemantren Jkt sing menang ..... Horrreee ...hidup kemantrn Jkt ! Lha aku yo masuk anggota kemntr Jkt je .... Yo ora bung Emel ...?
He he he ...
Herbud:
Ora ngono mbak Asti.. Wedi nek kalah he..he.. wirang ngono lho...
Wassalam Herbud.
Mas Djapong ......
Wahhh .... Ini ada inspirasi baru yg bisa ditiru nih !
Mengingat anak2 sekarang jauh dari usaha nguri-uri kabudayan. .... Bocah saiki nek kon diskusi ngeciwis cas-cis-cus boso manca ....wuahh wasis tenan ....ning krungu boso jowo ...dho mlongo. ...hopo tumon ,turune wong jowo je. ...?
Nah idea trah-e mas Djapong isok ditiru .... Suwun !
Sudjendro:
Wah...rame diskusi IDOL..! Lagunya Jawa Campur Sari. Rek, ayo rek mlaku-mlaku neng tunjungan... ...! He..he..HE...!
HATI AMINUL GUNDAH
Wha lha nek kedah mandeg lhe udud, nggih trimah mboten da dos mentri mawon. Lha mengke le ajeng nulis pripun. Nek mbo ten ngge niku, ra ketang tigang sedotan, idene mboten medal. Ning niki nggih dlm rangka ngendegke greg mas. Nuwun.
Nah, skr serius.
Minggu pagi kmrn ktka kubaca coment Asti di mailist, Srby du du alas Nu, aku tertawa terba hak bahak. Ya jelas dudu. Bagi ku Srby tu sgala bidang medis nya hebat. RS Dr Sutomo kan jauh lebih maju drpd Sardjito? Belum lagi RS Swastanya. Ning nek seseg krn decomp nya mun cul neng ndalan kuwi lho As. Sepur kan ra isa dindegke.
Tapi, budal atau tdk, ia harus diberitahu ulem2 Herbud itu kan? Ia berhak tahu. Maka siang sehabis baca coment Asti itu aku segra telp ny Ita Amin nul.
"Halo pak dokter, piye, ana apa?
"Piye kahanane Aminul? Apik ta?
"Apik, ana kemajuan terus, kreatinine medun. Omong dewe ya? Dan Hp pun pindah tangan.
"Nu, keadaanku apik. Ana kema juan terus. Aku latihan terus. Jalan2. Kreatininku medun. Kandagke kanca2 ya. Trimakasih unt semuanya ya? Ana apa nu?". Aminul terdengar bersemangat. Kukatakan Herbud mantu n mengundang kita. Semua teman akan gem bira bila ia bisa datang. Hening sejenak.
"Aku ki nek mubeng2 kota rung kuat je".
"Ora mubeng2 kota. Turun dari KA dijemput, njur ke penginapan, esoknya dijemput di penginapan brnkt sma2 ke gedung. Balik kepenginpan lagi, ke KA, pulang".
"Lha ning neng perjalanane ku wi, pirang jam"
"KA malam jam24.30, empat jam"
"Ora ta, enam jam", kata Minul.
"Ya, nek ra memungkinkan ya aja dipeksa Nul".
"Ya wis, ngko hasil rapate piye, aku dikabari, tak pikir2 disik.
Hati Aminul gundah, krn kuberi tahu Sobirin brangkat. Tapi kalo istri harus ikut, istrinya tak bisa mbolos. Ketika kuberitahu tgl 3 itu sabtu, istri nya libur. Nah, ia gundah lagi.
Aminul ambivalen. Disatu sisi ia ingin sekali brankat,di pihak lain ia berat memikirkan kondi siya. Bagi Aminul dan istri turunnya kreatinin merupakan indikator kemajuan yg terppen ting. Krn itu berarti fungsi gin jalnya masih bisa diperbaiki, berarti terhindar dari cuci darah. Sementara.
Keragu-raguan Aminul nampak dari esok paginya. Aku menerima sms aneh, dari sese orang yg mengaku bernama Har tono, temanku PP2, menyatakan ingin brankat barena2 dan minta diampiri. Tinggalnya di Sragen.
Tak ada temanku TLD70 berna ma Hartono selain si Tono, dok ter spesialis mata. Ternyata me mang dia, yg ber tahun2 tak per nah bertemu krn setelah ahli bekerja dan tinggal di Sragen. Ia memang teman dekat Aminul dan Zuchron. Kemunculannya di Wonosari dulu juga krn peran Aminul. Kuduga sekarangpun ia dihubungi Minul hal njagong Herbud. Tapi Tono mengira ka mi naik bis sendiri, shg bisa ngampiri dia. Padahal rencana ku naik sepur
Jadi bagaimanapun tergantung rapat kabinet nanti, sing ra dadi2 yg kan dimpin Perdana Mentri Demang Karangbolotan.
Salam
IW, 22 Juni 2010
Nah, skr serius.
Minggu pagi kmrn ktka kubaca coment Asti di mailist, Srby du du alas Nu, aku tertawa terba hak bahak. Ya jelas dudu. Bagi ku Srby tu sgala bidang medis nya hebat. RS Dr Sutomo kan jauh lebih maju drpd Sardjito? Belum lagi RS Swastanya. Ning nek seseg krn decomp nya mun cul neng ndalan kuwi lho As. Sepur kan ra isa dindegke.
Tapi, budal atau tdk, ia harus diberitahu ulem2 Herbud itu kan? Ia berhak tahu. Maka siang sehabis baca coment Asti itu aku segra telp ny Ita Amin nul.
"Halo pak dokter, piye, ana apa?
"Piye kahanane Aminul? Apik ta?
"Apik, ana kemajuan terus, kreatinine medun. Omong dewe ya? Dan Hp pun pindah tangan.
"Nu, keadaanku apik. Ana kema juan terus. Aku latihan terus. Jalan2. Kreatininku medun. Kandagke kanca2 ya. Trimakasih unt semuanya ya? Ana apa nu?". Aminul terdengar bersemangat. Kukatakan Herbud mantu n mengundang kita. Semua teman akan gem bira bila ia bisa datang. Hening sejenak.
"Aku ki nek mubeng2 kota rung kuat je".
"Ora mubeng2 kota. Turun dari KA dijemput, njur ke penginapan, esoknya dijemput di penginapan brnkt sma2 ke gedung. Balik kepenginpan lagi, ke KA, pulang".
"Lha ning neng perjalanane ku wi, pirang jam"
"KA malam jam24.30, empat jam"
"Ora ta, enam jam", kata Minul.
"Ya, nek ra memungkinkan ya aja dipeksa Nul".
"Ya wis, ngko hasil rapate piye, aku dikabari, tak pikir2 disik.
Hati Aminul gundah, krn kuberi tahu Sobirin brangkat. Tapi kalo istri harus ikut, istrinya tak bisa mbolos. Ketika kuberitahu tgl 3 itu sabtu, istri nya libur. Nah, ia gundah lagi.
Aminul ambivalen. Disatu sisi ia ingin sekali brankat,di pihak lain ia berat memikirkan kondi siya. Bagi Aminul dan istri turunnya kreatinin merupakan indikator kemajuan yg terppen ting. Krn itu berarti fungsi gin jalnya masih bisa diperbaiki, berarti terhindar dari cuci darah. Sementara.
Keragu-raguan Aminul nampak dari esok paginya. Aku menerima sms aneh, dari sese orang yg mengaku bernama Har tono, temanku PP2, menyatakan ingin brankat barena2 dan minta diampiri. Tinggalnya di Sragen.
Tak ada temanku TLD70 berna ma Hartono selain si Tono, dok ter spesialis mata. Ternyata me mang dia, yg ber tahun2 tak per nah bertemu krn setelah ahli bekerja dan tinggal di Sragen. Ia memang teman dekat Aminul dan Zuchron. Kemunculannya di Wonosari dulu juga krn peran Aminul. Kuduga sekarangpun ia dihubungi Minul hal njagong Herbud. Tapi Tono mengira ka mi naik bis sendiri, shg bisa ngampiri dia. Padahal rencana ku naik sepur
Jadi bagaimanapun tergantung rapat kabinet nanti, sing ra dadi2 yg kan dimpin Perdana Mentri Demang Karangbolotan.
Salam
IW, 22 Juni 2010
Tuesday, June 22, 2010
KEPPRES NO 1/KEPPRES/06/2010
Teman2:
Karena presidennya pocokan, maka ini lagi belajar ikhlas jadi presiden (saya jadi ingat anak2 BEM dan SEM di kampus sekarang ini, tidak ada lagi ketuanya, tapi menyebut diri Presiden dan kabinetnya ... Sayangnya mereka serius ...).
Baik, Peraturan/Keputusan Presiden yang akan disahkan segera adalah ketetapan (peraturan, keputusan apa ketetapan, sih? Bedane apa ya? Prof Djito, ahli hukum kita, di mana Anda?) bahwa wajib hukumnya menyelenggarakan pertemuan sehabis lebaran di Yogya, mengingat:
1. Akar dasar lulusan SMA N I Tld Yogyakarta tahun 1972 ada di Yogyakarta
2. Lebaran adalah momen pulang mudik terbesar di Indonesia. Di dunia hanya kalah dengan RR Cina menjelang Imlek
3. Harus ada pertemuan rutin dan wajib untuk dihadiri oleh semua rekan TldJOG70
4. Jumpa darat itu lebih indah daripada jumpa udara, apalagi dibanding jumpa laut dan kepolisian.
5. Salah satu slogan yang harus dihidupi adalah "mangan ora mangan nek kumpul, ning luwih becik kumpul-kumpul lan mangan-mangan"
Maka dengan ini ditetapkan bahwa setiap sesudah lebaran, keluarga TldJOG70 perlu berkumpul di Yogya untuk tatap muka, eye-ball contact, jumpa darat, QSO, rendez vous, trysting dll. Hal2 yang berhubungan dengan waktu dan tempat akan diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesegera-segeranya.
Kewajiban ini merupakan wajib khifayah: jika tidak ada satu pun yang menyelenggarakan, maka semua ummat TldJOG70 berdosa, sedang untuk masing2 individu tidak boleh merlanggar dengan tidak hadir tiga kali berturut-turut. Barangsiapa tidak hadir berturut-turut sebanyak tiga kali, maka mudah baginya untuk tidak datang yang keempat, kelima dst. Artinya--kapan tekane?
Bapak ibu yang akan menambahkan usulan argumentasi ketetapan ini, dipersilakan. Semakin banyak argumentasinya, semakin kuat ketetapan ini.
Demikian keppres ini dibuat, dan segera diundangkan untuk anggota2 yang lain. Howgh!
atas nama bangsa TldJOG70
edhi dan martono
KOMENTAR:
Hitapriya:
Setuju ... hogwh .....
Terus kapan ..... nang ndi .... ???...
Sudarmanta Tri Widada:
Teman-teman dan pak bung Presiden,
- RanTap yang berhukum Wajib ini menunjukkan ghirah yang tinggi untuk bersilah-rahmah sesami wargi.
- Dihukumi Wajib untuk menyelenggarakan saya setuju pol
- Dihukumi Wajib untuk hadir saya mengusulkan untuk dihukumi seperti " sunnah muakaddah ", dengan alasan ;
1. Tidak dapat hadir (walau sampai tiga x berturutan ) tidak selalu karena tidak bersedia hadir.
2. Hukum Wajib itu ada unsur pemaksa, sedang sunnah muakkad lebih dominan karena cinta.
3. Dihukumi Wajib berkonsekwensi adanya sanksi, hatta sangsi ringan sekalipun. Adakah sangsi untuk bercinta ? Bila cinta bersua cinta tidak disuruh saja mara dhewe ...
4. Hukum Wajib untuk SELURUH anggota ki gek seluruh yang mannah ??
Demikinong komentar saya.
STW
Herbud:
Untuk Presiden Edmart, sekedar tambahan utk Peraturan Presiden... perlu ada topik Olah raga dlm salah satu pertemuan kelak ...mungkin sepedaan, tenis, senam atau apapun...
Wassalam Herbud.
Karena presidennya pocokan, maka ini lagi belajar ikhlas jadi presiden (saya jadi ingat anak2 BEM dan SEM di kampus sekarang ini, tidak ada lagi ketuanya, tapi menyebut diri Presiden dan kabinetnya ... Sayangnya mereka serius ...).
Baik, Peraturan/Keputusan Presiden yang akan disahkan segera adalah ketetapan (peraturan, keputusan apa ketetapan, sih? Bedane apa ya? Prof Djito, ahli hukum kita, di mana Anda?) bahwa wajib hukumnya menyelenggarakan pertemuan sehabis lebaran di Yogya, mengingat:
1. Akar dasar lulusan SMA N I Tld Yogyakarta tahun 1972 ada di Yogyakarta
2. Lebaran adalah momen pulang mudik terbesar di Indonesia. Di dunia hanya kalah dengan RR Cina menjelang Imlek
3. Harus ada pertemuan rutin dan wajib untuk dihadiri oleh semua rekan TldJOG70
4. Jumpa darat itu lebih indah daripada jumpa udara, apalagi dibanding jumpa laut dan kepolisian.
5. Salah satu slogan yang harus dihidupi adalah "mangan ora mangan nek kumpul, ning luwih becik kumpul-kumpul lan mangan-mangan"
Maka dengan ini ditetapkan bahwa setiap sesudah lebaran, keluarga TldJOG70 perlu berkumpul di Yogya untuk tatap muka, eye-ball contact, jumpa darat, QSO, rendez vous, trysting dll. Hal2 yang berhubungan dengan waktu dan tempat akan diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesegera-segeranya.
Kewajiban ini merupakan wajib khifayah: jika tidak ada satu pun yang menyelenggarakan, maka semua ummat TldJOG70 berdosa, sedang untuk masing2 individu tidak boleh merlanggar dengan tidak hadir tiga kali berturut-turut. Barangsiapa tidak hadir berturut-turut sebanyak tiga kali, maka mudah baginya untuk tidak datang yang keempat, kelima dst. Artinya--kapan tekane?
Bapak ibu yang akan menambahkan usulan argumentasi ketetapan ini, dipersilakan. Semakin banyak argumentasinya, semakin kuat ketetapan ini.
Demikian keppres ini dibuat, dan segera diundangkan untuk anggota2 yang lain. Howgh!
atas nama bangsa TldJOG70
edhi dan martono
KOMENTAR:
Hitapriya:
Setuju ... hogwh .....
Terus kapan ..... nang ndi .... ???...
Sudarmanta Tri Widada:
Teman-teman dan pak bung Presiden,
- RanTap yang berhukum Wajib ini menunjukkan ghirah yang tinggi untuk bersilah-rahmah sesami wargi.
- Dihukumi Wajib untuk menyelenggarakan saya setuju pol
- Dihukumi Wajib untuk hadir saya mengusulkan untuk dihukumi seperti " sunnah muakaddah ", dengan alasan ;
1. Tidak dapat hadir (walau sampai tiga x berturutan ) tidak selalu karena tidak bersedia hadir.
2. Hukum Wajib itu ada unsur pemaksa, sedang sunnah muakkad lebih dominan karena cinta.
3. Dihukumi Wajib berkonsekwensi adanya sanksi, hatta sangsi ringan sekalipun. Adakah sangsi untuk bercinta ? Bila cinta bersua cinta tidak disuruh saja mara dhewe ...
4. Hukum Wajib untuk SELURUH anggota ki gek seluruh yang mannah ??
Demikinong komentar saya.
STW
Herbud:
Untuk Presiden Edmart, sekedar tambahan utk Peraturan Presiden... perlu ada topik Olah raga dlm salah satu pertemuan kelak ...mungkin sepedaan, tenis, senam atau apapun...
Wassalam Herbud.
Monday, June 21, 2010
DARSONO
He he aku masih di dunia perminyakan, banyak di lapangannya.........sampai sekarang.
Usia wis masuk usia pensiun, tapi alhamdulillah isih di paringi sehat waras - wiris, dadi masih suka mbusuk2 nang daerah.
Aku sebagai Wellsite Geologist ( konsultan ), sing gaweanne nungggoni sumur selama di bor, ditonton seka serbuk /cutting ana minyak e apa ora, mandeg ngebore neng ngendi etc etc .....
Saiki aku di Selat Malaka, ada pulau Padang, selatan pulau Bengkalis. Aku wis 3 minggu neng kene..........
Aku sak keluarga masih tinggal di Yogya, tapi yen pas ana kerjaan di kantor, aku jg ana rumah kecil di JKT.
Salam
Darsono
DILANJUTKAN DISKUSI PENYUSUNAN KABINET
Darsono:
Bapak2, ibu2 ......
Kan anggota kita komplit plit dari berbagai profesi, ada dokter, ada ekonom, ada ahli obat, ada provokator, ada ahli hama, ada pengusaha restoran, ada guru agama, ada Bappenas, etc etc.....
Mungkin kalo dibuat Kabinet bayangan untuk memerintah negeri ngastino ini sebetulnya mampu ya.......... ..he he.....
Perdana Menteri / Presiden : Edmart
Penanehat Spiritual : dr Inu
Menteri Kesehatan : dr Asti
Juru bicara kepresidenan : Muhtar Malaranggeng
Menteri Agama : Sudarmanto
he he he ...........
Asti:
Ha ha ha ..... Ono-ono wae Darsono iki ....???
Muchtar:
Menteri Kepala Batu: Darsono
Whuahaahhaa. ..selamat muncul kembali Dar...!
(Emel)
Darsono:
Menteri Perbaikan Gizi : Sobirin
he he .....
Muchtar:
Ha-ha-ha...butul. ..butul.. .!
Menteri Kominfo: Djapong
Menteri Pariwisata: Jumhan
Menteri Peranan Wanita: Rima
Menteri Angkasa: Kaloka
Menteri Kesehatan, bukan Asti, tapi Hendra Bharata...kmd Asti sbg "Menteri Korban Lelaki"...ha- ha-ha...
(Emel)
Hitapriya:
Menteri Perbaikan Gizi : Sobirin
he he .....
Edhi Martono:
Menteri Perancangan Perbaikan Gizi: Yu Naknik
Menteri Pelaksanaan Perbaikan Gizi: Sobirin
Menteri Kimpraswilpu merangkap Menteri Kemerduan/Perbuluhp erinduan: Herry Budianto
edm
Darsono:
Kalo menteri peranan wanita nya mbak Rima, pasti anak2 SMA roknya harus dibawah dengkul ya ta.......... ..
He he , mat pagi mbak Rima
Herbud:
Setuju mas Darsono... nama negaranya opo mas..Republik TldJOG70 ngono yo...haaahaa..
Ayo lanjut terus mas Darsono...cerita2 yg lain lagi apa ?
Wassalam Herbud.
Marsito:
Kemudian sbg ketua KPK : Muchtar .........paling ora kumise wis mbaplang koyo Antazhari!
M Murtijanto:
Nek wis ana Ketua KPK ... gari golek MARKUS e
Abid Muhammad:
wiiiiss, komplit....? Saiki tak bubarke wae, lha wong aku ora dadi apa2.... he...he ....he.....
Naniek sm:
Mas Abid....
awake dewe dadi rakyat wae, nek kabeh dadi menteri rak ora ono rakyate....
mengko nek ono menteri sing gak bener, genti rakyat sing berperan ( di demo, gitu loh....
Usia wis masuk usia pensiun, tapi alhamdulillah isih di paringi sehat waras - wiris, dadi masih suka mbusuk2 nang daerah.
Aku sebagai Wellsite Geologist ( konsultan ), sing gaweanne nungggoni sumur selama di bor, ditonton seka serbuk /cutting ana minyak e apa ora, mandeg ngebore neng ngendi etc etc .....
Saiki aku di Selat Malaka, ada pulau Padang, selatan pulau Bengkalis. Aku wis 3 minggu neng kene..........
Aku sak keluarga masih tinggal di Yogya, tapi yen pas ana kerjaan di kantor, aku jg ana rumah kecil di JKT.
Salam
Darsono
DILANJUTKAN DISKUSI PENYUSUNAN KABINET
Darsono:
Bapak2, ibu2 ......
Kan anggota kita komplit plit dari berbagai profesi, ada dokter, ada ekonom, ada ahli obat, ada provokator, ada ahli hama, ada pengusaha restoran, ada guru agama, ada Bappenas, etc etc.....
Mungkin kalo dibuat Kabinet bayangan untuk memerintah negeri ngastino ini sebetulnya mampu ya.......... ..he he.....
Perdana Menteri / Presiden : Edmart
Penanehat Spiritual : dr Inu
Menteri Kesehatan : dr Asti
Juru bicara kepresidenan : Muhtar Malaranggeng
Menteri Agama : Sudarmanto
he he he ...........
Asti:
Ha ha ha ..... Ono-ono wae Darsono iki ....???
Muchtar:
Menteri Kepala Batu: Darsono
Whuahaahhaa. ..selamat muncul kembali Dar...!
(Emel)
Darsono:
Menteri Perbaikan Gizi : Sobirin
he he .....
Muchtar:
Ha-ha-ha...butul. ..butul.. .!
Menteri Kominfo: Djapong
Menteri Pariwisata: Jumhan
Menteri Peranan Wanita: Rima
Menteri Angkasa: Kaloka
Menteri Kesehatan, bukan Asti, tapi Hendra Bharata...kmd Asti sbg "Menteri Korban Lelaki"...ha- ha-ha...
(Emel)
Hitapriya:
Menteri Perbaikan Gizi : Sobirin
he he .....
Edhi Martono:
Menteri Perancangan Perbaikan Gizi: Yu Naknik
Menteri Pelaksanaan Perbaikan Gizi: Sobirin
Menteri Kimpraswilpu merangkap Menteri Kemerduan/Perbuluhp erinduan: Herry Budianto
edm
Darsono:
Kalo menteri peranan wanita nya mbak Rima, pasti anak2 SMA roknya harus dibawah dengkul ya ta.......... ..
He he , mat pagi mbak Rima
Herbud:
Setuju mas Darsono... nama negaranya opo mas..Republik TldJOG70 ngono yo...haaahaa..
Ayo lanjut terus mas Darsono...cerita2 yg lain lagi apa ?
Wassalam Herbud.
Marsito:
Kemudian sbg ketua KPK : Muchtar .........paling ora kumise wis mbaplang koyo Antazhari!
M Murtijanto:
Nek wis ana Ketua KPK ... gari golek MARKUS e
Abid Muhammad:
wiiiiss, komplit....? Saiki tak bubarke wae, lha wong aku ora dadi apa2.... he...he ....he.....
Naniek sm:
Mas Abid....
awake dewe dadi rakyat wae, nek kabeh dadi menteri rak ora ono rakyate....
mengko nek ono menteri sing gak bener, genti rakyat sing berperan ( di demo, gitu loh....
Sunday, June 20, 2010
WIRID DAN DZIKIR
EDHI MARTONO:
Bu Asti, wiridan itu tidak harus dengan lisan. Anda mengerjakan kewajiban dan tugas Anda dengan ikhlas dan ridha, karena AlLah swt, itu juga wirid dan dzikir. Tidak perlu risau tidak bisa duduk habis Ashar. Yang Anda lakukan dengan mengingat AlLah, itulah wiridan Anda ...
Makaten rumiyin
edmart
SUYATNI:
Mas Edmart,
Kok ndadak ngenteni ashar yo.. klo bisa kan setiap tarikan nafas, lebih jago lagi setiap detak jantung ( klo yg terakhir agak susah je ) Kados pundi Romo STW & Romo Edmart, nyuwun ular2e
yu naknik
SUDARMANTA TRI WIDADA:
Sharing ya yu NakNik, dinukilkan dari buku " Allah, Kokohkan Kaki Kami di atas Jalan-Mu ", - Renungan Perjalanan Menuju Allah swt - Muhammad Lili Nur Aulia, Tarbawi Press, ctkn I, Januari 2010, hlm 44 :
"...Mungkinkah kita memiliki keikhlasan ? Tanpa bantuan Allah swt kita tak bisa memilikinya. Itu sebabnya Rasulullah saw selalu berdoa :" Wahai Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu. Wahai Yang Memalingkan hati, palingkanlah hatiku untuk taat kepada-Mu " ( HR Muslim )
" Yaa muqallibal quluubi wal abshaari tsabbit qalbi 'ala dinnika "
InsyaAllah yang selalu menuntun Yang Memiliki kita dan Pemilik qalbu kita.
Wassalam,
STW
EDHI MARTONO:
Yu Naknik:
Wah, panjenengan pancen leres, ning menungsa ki kondisine naik-turun, negatip-positif, ke kiri ke kanan, dhat-nyeng dst. AlLah paham betul watak kayak gitu itu. Maka kondisi idealnya memang 'in every breath you take' (kaya Sting/the Police ya), tapi silakan manusianya menerapkan pada diri msg2, the best is those who are closer to what has set by AlLah and conveyed by His Messenger (pbuh). Silakan dipirsani Ali Imran ayat2 akhir, 190 - 194. Insya AlLah!
nuwun, klentu nyuwun pangapunten.
edmart
Bu Asti, wiridan itu tidak harus dengan lisan. Anda mengerjakan kewajiban dan tugas Anda dengan ikhlas dan ridha, karena AlLah swt, itu juga wirid dan dzikir. Tidak perlu risau tidak bisa duduk habis Ashar. Yang Anda lakukan dengan mengingat AlLah, itulah wiridan Anda ...
Makaten rumiyin
edmart
SUYATNI:
Mas Edmart,
Kok ndadak ngenteni ashar yo.. klo bisa kan setiap tarikan nafas, lebih jago lagi setiap detak jantung ( klo yg terakhir agak susah je ) Kados pundi Romo STW & Romo Edmart, nyuwun ular2e
yu naknik
SUDARMANTA TRI WIDADA:
Sharing ya yu NakNik, dinukilkan dari buku " Allah, Kokohkan Kaki Kami di atas Jalan-Mu ", - Renungan Perjalanan Menuju Allah swt - Muhammad Lili Nur Aulia, Tarbawi Press, ctkn I, Januari 2010, hlm 44 :
"...Mungkinkah kita memiliki keikhlasan ? Tanpa bantuan Allah swt kita tak bisa memilikinya. Itu sebabnya Rasulullah saw selalu berdoa :" Wahai Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu. Wahai Yang Memalingkan hati, palingkanlah hatiku untuk taat kepada-Mu " ( HR Muslim )
" Yaa muqallibal quluubi wal abshaari tsabbit qalbi 'ala dinnika "
InsyaAllah yang selalu menuntun Yang Memiliki kita dan Pemilik qalbu kita.
Wassalam,
STW
EDHI MARTONO:
Yu Naknik:
Wah, panjenengan pancen leres, ning menungsa ki kondisine naik-turun, negatip-positif, ke kiri ke kanan, dhat-nyeng dst. AlLah paham betul watak kayak gitu itu. Maka kondisi idealnya memang 'in every breath you take' (kaya Sting/the Police ya), tapi silakan manusianya menerapkan pada diri msg2, the best is those who are closer to what has set by AlLah and conveyed by His Messenger (pbuh). Silakan dipirsani Ali Imran ayat2 akhir, 190 - 194. Insya AlLah!
nuwun, klentu nyuwun pangapunten.
edmart
SOBIRIN IKUT NJAGONG
Jumat malam kemarin, sehabis praktek, aku menjemput istri yg kerja malam di RS PKU. Ketiga anakku ikut menuntut makan malam diluar krn mrk libur. Kuajak dulu mrk nonton Festi fal Kesenian Jogya di benteng Vredenburg, baru njemput istri dan mencari makan. Pilihan ja tuh ke Rumah Sate Pak Sobirin.
Jam sudah menunjukkan pk 9.30 mlm ketika sampai ke rumah makan Sob yg hampir tu tup. Satenya entek2 an, tinggal 2 porsi. Istri Sob menyambut hangat. Sob sedang bertandang ke tetangga. Tak lama kemudian ia datang. Aku duduk berhadapan dengannya di rumah sate yg tlah sepi itu. Istri dan ketiga anakku menge lilingi meja jauh di sudut ruangan. Istri Sob sibuk memasak sate di dapur ruang sebelah tapi membuka kuping nya lewat pintu yg terbuka me ndengarkan pembicaraan pen ting kami.
Sob basa basi ngabarkan petua langan kita di Pangandaran. Kucritakan dgn singkat betapa meriahnya reuni GC itu. Lalu disana Herbud mengumumkan akan nduwe gawe mantu dan mengundang kita sekalian.
"Nah, aku dan teman2 sangat mengharap kau bisa brangkat njagong Rin, bersama sama, dgn istrimu" kataku. Sobirin tertun duk. Inilah rupanya permintaan yg di khawatirkannya. Beberapa detik sepi.
Tiba-tiba istri Sob nyelonong masuk sambil berkata:
"Pak, nek neng Pangandaran ki rak dolan2, seneng2, rekreasi, dadi nek ana keperluan kaya wi ngi, sampeyan ra budal ra papa.Tapi nek iki rek duwe gawe, sifate pribadi, kancamu SMA mantu, dadi arepa adoh ya kudu teka, wis diundang kok".
Sebuah tembakan yg bagus dan tak kuduga sama sekali. Aku cepat menambahkan:
" Kau dan istrimu tinggal bran kat kok Rin. Semua wis ditangg ung teman2. Aku akan beli tiket KA empat. PP".
Sob tetap menunduk dan terdi am. Kurasakan benar masih ada sisa2 keminderan. Meski kami semua sudah bikin rapat di ru mah satenya, ia tak ampiri Syawalan th lalu dan berhasil ngundang Samsul Hadi, lalu rpt persiapan GC di rumahku sekali
Akhirnya Sob menjawab pelan:
"Ya wis terserah kowe, bune".
Istrinya segera nyelonong lagi, menyantlap:
"Kok terserah kowe piye ta. Lha Pak Herbud kuwi rak kancamu. Kanca2mu Teladan ki le ngreng kuh sampeyan wis kaya ngono kuwi lho Pak. Kok terserah aku. Aku ki ming nunut. Ndampingi sampeyan!".
Tembakan kedua yang telak. Mengenai tepat ulu hati profe sor sate ini. Istriku terkesiap. Tak mengira ada tembakan ke dua yg jitu ini. Aku menyedot rokokku kuat2 menjalani detik2 menegangkan ini.
Akhirnya Sobirin berkata lemah, tanpa memandang mata ku:
"Ya wis nek ngono. Matur nuwun untuk kanca2 kabeh. Insya Allah aku budal njagong. Demi Herbud karo kanca2 kabeh".
Yes. Good! Kugebrak meja dgn tangan kiriku sampai anak2 terlonjak kaget. Kutoleh istriku, is sedang berpandang pandangan dgn istri Sob. Ter senyum2 dan akhirnya tertawa. Nampaknya dua istri ini rada kompak. Apa memang sudah ada rencana?
Kepastian Sobirin unt budal ke Srbya adalah berita hebat. Bah kan Edmart dan Surya belum ku kabari maka kutuliskan saja di sini. Prof Demang pasti akan menghubungi teman2 lain dan memastikan rapat minggu depan. Didiek akan melonjak lonjak gembira seperti waktu SMA dulu. Surya akan mengge druk gedrukkan kakinya seribu kali bila ternyata ia tak bisa brangkat krn urusan Wina. Dan Aminul akan turun dari tempat tidurnya mau ikut2an brankat. Waduh, bilahik, piye le njaga Ast?
Demikianlah teman2, bila Tuhan mengijinkan dan tiada aral melintang, teman kita Sobirin dgn istri akan berangkat njagong Herbud ke Srbaya, bersama kami semua. Kepastian jumlah dan jam kebe rangkatan serta kereta akan segera kami beritahukan setelah rapat Minggu depan.
Salam hangat
IW ,19 Juni 2010.
CATATAN KI DEMANG:
YESS, Good! Aku arep nggebrak apa ya, nggebrak komputer barange wis lemot, digebrak-gebrak, niat remuuuk.Thanks, Nu. Pdktmu karo Sobirin top tenan. OK, Yogya segera cari waktu kumpul menentukan carane nyang Surabaya (lha mosok sudah direncana tiga kali durung sida juga ...).
Jam sudah menunjukkan pk 9.30 mlm ketika sampai ke rumah makan Sob yg hampir tu tup. Satenya entek2 an, tinggal 2 porsi. Istri Sob menyambut hangat. Sob sedang bertandang ke tetangga. Tak lama kemudian ia datang. Aku duduk berhadapan dengannya di rumah sate yg tlah sepi itu. Istri dan ketiga anakku menge lilingi meja jauh di sudut ruangan. Istri Sob sibuk memasak sate di dapur ruang sebelah tapi membuka kuping nya lewat pintu yg terbuka me ndengarkan pembicaraan pen ting kami.
Sob basa basi ngabarkan petua langan kita di Pangandaran. Kucritakan dgn singkat betapa meriahnya reuni GC itu. Lalu disana Herbud mengumumkan akan nduwe gawe mantu dan mengundang kita sekalian.
"Nah, aku dan teman2 sangat mengharap kau bisa brangkat njagong Rin, bersama sama, dgn istrimu" kataku. Sobirin tertun duk. Inilah rupanya permintaan yg di khawatirkannya. Beberapa detik sepi.
Tiba-tiba istri Sob nyelonong masuk sambil berkata:
"Pak, nek neng Pangandaran ki rak dolan2, seneng2, rekreasi, dadi nek ana keperluan kaya wi ngi, sampeyan ra budal ra papa.Tapi nek iki rek duwe gawe, sifate pribadi, kancamu SMA mantu, dadi arepa adoh ya kudu teka, wis diundang kok".
Sebuah tembakan yg bagus dan tak kuduga sama sekali. Aku cepat menambahkan:
" Kau dan istrimu tinggal bran kat kok Rin. Semua wis ditangg ung teman2. Aku akan beli tiket KA empat. PP".
Sob tetap menunduk dan terdi am. Kurasakan benar masih ada sisa2 keminderan. Meski kami semua sudah bikin rapat di ru mah satenya, ia tak ampiri Syawalan th lalu dan berhasil ngundang Samsul Hadi, lalu rpt persiapan GC di rumahku sekali
Akhirnya Sob menjawab pelan:
"Ya wis terserah kowe, bune".
Istrinya segera nyelonong lagi, menyantlap:
"Kok terserah kowe piye ta. Lha Pak Herbud kuwi rak kancamu. Kanca2mu Teladan ki le ngreng kuh sampeyan wis kaya ngono kuwi lho Pak. Kok terserah aku. Aku ki ming nunut. Ndampingi sampeyan!".
Tembakan kedua yang telak. Mengenai tepat ulu hati profe sor sate ini. Istriku terkesiap. Tak mengira ada tembakan ke dua yg jitu ini. Aku menyedot rokokku kuat2 menjalani detik2 menegangkan ini.
Akhirnya Sobirin berkata lemah, tanpa memandang mata ku:
"Ya wis nek ngono. Matur nuwun untuk kanca2 kabeh. Insya Allah aku budal njagong. Demi Herbud karo kanca2 kabeh".
Yes. Good! Kugebrak meja dgn tangan kiriku sampai anak2 terlonjak kaget. Kutoleh istriku, is sedang berpandang pandangan dgn istri Sob. Ter senyum2 dan akhirnya tertawa. Nampaknya dua istri ini rada kompak. Apa memang sudah ada rencana?
Kepastian Sobirin unt budal ke Srbya adalah berita hebat. Bah kan Edmart dan Surya belum ku kabari maka kutuliskan saja di sini. Prof Demang pasti akan menghubungi teman2 lain dan memastikan rapat minggu depan. Didiek akan melonjak lonjak gembira seperti waktu SMA dulu. Surya akan mengge druk gedrukkan kakinya seribu kali bila ternyata ia tak bisa brangkat krn urusan Wina. Dan Aminul akan turun dari tempat tidurnya mau ikut2an brankat. Waduh, bilahik, piye le njaga Ast?
Demikianlah teman2, bila Tuhan mengijinkan dan tiada aral melintang, teman kita Sobirin dgn istri akan berangkat njagong Herbud ke Srbaya, bersama kami semua. Kepastian jumlah dan jam kebe rangkatan serta kereta akan segera kami beritahukan setelah rapat Minggu depan.
Salam hangat
IW ,19 Juni 2010.
CATATAN KI DEMANG:
YESS, Good! Aku arep nggebrak apa ya, nggebrak komputer barange wis lemot, digebrak-gebrak, niat remuuuk.Thanks, Nu. Pdktmu karo Sobirin top tenan. OK, Yogya segera cari waktu kumpul menentukan carane nyang Surabaya (lha mosok sudah direncana tiga kali durung sida juga ...).
BLOG DAPAT MENGHIBUR
Mas Djendro ..... Memang hebat.
Sy hbs selesai operasi sc cito , lahirlah jabang bayi dg tangisnya yg memecah kesunyian dinihari di OK sebuah RS swasta dibilangan Sby barat .....
Sambil nunggu subuh , spy gak ketiduran ....sy iseng2 buka Blog nya mas Djendro ...he he he .....sngt menghibur dan bisa menghilangkan capek dan kantuk ... Tks mas !
Yg sy heran ....kok bisa ada waktu dan punya ketlatenan ....dan yg utama punya keahlian ....(Gak spt sy yg gaptek abis ....qik qi qiq qik .....kdng sy malu)
Skl lg appreciate yg tinggi buat mas Djendro !
Sugeng enjang mas !
(asti)
KOMENTAR:
Herbud:
Pengumuman yang sangat membanggakan dan hebat deh pokok nya.... Silakan sobat- sobat TldJOG70 membuka : "www.tldjog70. blogspot. com" ...ini adalah karya mas Sudjendro (bintaro jaya),disana akan kita dapati kumpulan tulisan mas Inu dilengkapi foto, kegiatan TldJOG70, profil bbrp teman kita, dan lain2...
Menurut beliaunya "buletin" itu akan terus beliau update jika ada posting foto,tulisan, komentar2 dari sobat2 semua...
Ternyata mas Sudjendro jarang muncul di milis kita bukan lupa kepada kita semua...eh ternyata bahkan sedang menyiapkan hadiah yg istimewa bagi kita TldJOG70 ... Sepuluh jempol untuk mas Djendro....
Wassalam Herbud.
Herbud:
Mbak Asti Ysh....
Yang juga saya kagumi adalah rasa cinta dan sayangnya mas Djendro kepada TldJOG70... Krn tanpa rasa itu nggak mungkin mas Djendro mau meluangkan waktu untuk membuat karya itu untuk kita semua...
Skl lagi...matur nuwun mas Djendro.
Wassalam Herbud.
Marsito:
Mas Djendro memang hebat.
Dg adanya blog ini yg memuat tulisan-2 si Penulis Jenius ,Inu W, jadi semakin tahu kiprah teman-2ku sekarang, yg ternyata menjadi orang-orang sukses/hebat.
Alhamdulillah. Marsito.
Djapong:
Wah wah wah.... benar2 hebat karya mas Sudjendro (Bintaro) ini, sangat-sangat artistik suntingan lay-out nya, penuh variasi dalam tampilan sehingga blog-spot tsb. menarik dan nyaman untuk di baca, dilihat dan dihayati. Benar-benar seorang Bloger sejati.
Maturnuwun mas Djendro atas karya besarmu ini yg sangat bermanfaat bagi teman2 TldJOG70.
Salam,
Djapong
Rima:
Assalamu'alaikum Wr.Wb Teman TLd70 yang tercinta
Saya sungguh apreciate dengan blog yg dibuat Djendro...sangat indah, artistik,dan betul kata Japong, enak dibaca....Saya ada pertanyaan mas Djendro...nek mau ngisi carane piye...????, spy kita semua bisa partisipasi nulis ataupun pasang foto...atau pasang info dlsb....
Salam
RDS
Sy hbs selesai operasi sc cito , lahirlah jabang bayi dg tangisnya yg memecah kesunyian dinihari di OK sebuah RS swasta dibilangan Sby barat .....
Sambil nunggu subuh , spy gak ketiduran ....sy iseng2 buka Blog nya mas Djendro ...he he he .....sngt menghibur dan bisa menghilangkan capek dan kantuk ... Tks mas !
Yg sy heran ....kok bisa ada waktu dan punya ketlatenan ....dan yg utama punya keahlian ....(Gak spt sy yg gaptek abis ....qik qi qiq qik .....kdng sy malu)
Skl lg appreciate yg tinggi buat mas Djendro !
Sugeng enjang mas !
(asti)
KOMENTAR:
Herbud:
Pengumuman yang sangat membanggakan dan hebat deh pokok nya.... Silakan sobat- sobat TldJOG70 membuka : "www.tldjog70. blogspot. com" ...ini adalah karya mas Sudjendro (bintaro jaya),disana akan kita dapati kumpulan tulisan mas Inu dilengkapi foto, kegiatan TldJOG70, profil bbrp teman kita, dan lain2...
Menurut beliaunya "buletin" itu akan terus beliau update jika ada posting foto,tulisan, komentar2 dari sobat2 semua...
Ternyata mas Sudjendro jarang muncul di milis kita bukan lupa kepada kita semua...eh ternyata bahkan sedang menyiapkan hadiah yg istimewa bagi kita TldJOG70 ... Sepuluh jempol untuk mas Djendro....
Wassalam Herbud.
Herbud:
Mbak Asti Ysh....
Yang juga saya kagumi adalah rasa cinta dan sayangnya mas Djendro kepada TldJOG70... Krn tanpa rasa itu nggak mungkin mas Djendro mau meluangkan waktu untuk membuat karya itu untuk kita semua...
Skl lagi...matur nuwun mas Djendro.
Wassalam Herbud.
Marsito:
Mas Djendro memang hebat.
Dg adanya blog ini yg memuat tulisan-2 si Penulis Jenius ,Inu W, jadi semakin tahu kiprah teman-2ku sekarang, yg ternyata menjadi orang-orang sukses/hebat.
Alhamdulillah. Marsito.
Djapong:
Wah wah wah.... benar2 hebat karya mas Sudjendro (Bintaro) ini, sangat-sangat artistik suntingan lay-out nya, penuh variasi dalam tampilan sehingga blog-spot tsb. menarik dan nyaman untuk di baca, dilihat dan dihayati. Benar-benar seorang Bloger sejati.
Maturnuwun mas Djendro atas karya besarmu ini yg sangat bermanfaat bagi teman2 TldJOG70.
Salam,
Djapong
Rima:
Assalamu'alaikum Wr.Wb Teman TLd70 yang tercinta
Saya sungguh apreciate dengan blog yg dibuat Djendro...sangat indah, artistik,dan betul kata Japong, enak dibaca....Saya ada pertanyaan mas Djendro...nek mau ngisi carane piye...????, spy kita semua bisa partisipasi nulis ataupun pasang foto...atau pasang info dlsb....
Salam
RDS
Saturday, June 19, 2010
BLOG SEBAGAI ARSIP ELEKTRONIK
Rekan-rekan:
Hanya tiga hari saya tidak terlibat penuh pada mailing list kita, dan isinya sudah tambah hebat dan tambah bijak ... Sudah terlalu banyak kita memuji kelompok kita ini, tapi terutama untuk teman-teman yang punya ide-ide cemerlang (blog, renungan pagi-siang-malam, menyusun log-book kegiatan, mencatat kesan hati dan kesan pikiran, membuka kesempatan ketemu lagi dll) masih tetap perlu disampaikan ucapan apresiasi, penghargaan dan terimakasih yang setinggi-tingginya.
Inu, kalau di Malaysia dan negeri-negeri berbudaya lainnya mereka punya "penulis negeri, penyair negeri" (poet laureate), maka kamu mau diangkat jadi "writer laureate" untuk TldJOG70 ya? Bedane TldJOG70 ora isa mbayar, malah sok njaluk urunan ...
MAs Djendro, terimakasih sekali, Anda telah mengarsip secara elektronis jejak-jejak kelompok kita ini, yang meskipun baru sebentar tetapi rasanya sudah panjaaaang sekali. Apalagi mengarsipnya dengan lay-out dan disain yang cantik begitu. Siapa bilang teknologi tidak bisa indah? Terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya.
Mas Emel, mas STW, mbak Asti, mas Herbud dll teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu--seumpama hari maka usia kita ini kira-kira sudah habis Ashar. Bagi yang muslim petunjuknya adalah berdxikir dan berwiridlah dari sehabis Ashar sampai tenggelamnya matahari. Mari kita baca ini sebagai ajakan yang sesungguhnya (akeh sing wiridane bar Maghrib, maka tuntunane bar Ashar), maupun sebagai metafora kehidupan kita. Mari kita gunakan wiridan yang benar, warisan dari panutan kita yang sesungguhnya, ora golek panutan-panutan liya kecuali untuk pembanding (aja diimani lho, mbebayani ... ).
Mas Herbud, mugi2 delegasi Yogya saged kathah. PAdos wekdal kepanggih kemawon yaksih rekaos, dados dereng wonten keputusan gumathok. mBokbilih minggu ngajeng menika saged nglempak, lan kabar salajengipun temtu kita kintunaken dhumateng panjenengan saha rencang-rencang Surabaya sadaya. Nuwun.
Tetap semangat, menuju akhir yang baik!
edmart
Hanya tiga hari saya tidak terlibat penuh pada mailing list kita, dan isinya sudah tambah hebat dan tambah bijak ... Sudah terlalu banyak kita memuji kelompok kita ini, tapi terutama untuk teman-teman yang punya ide-ide cemerlang (blog, renungan pagi-siang-malam, menyusun log-book kegiatan, mencatat kesan hati dan kesan pikiran, membuka kesempatan ketemu lagi dll) masih tetap perlu disampaikan ucapan apresiasi, penghargaan dan terimakasih yang setinggi-tingginya.
Inu, kalau di Malaysia dan negeri-negeri berbudaya lainnya mereka punya "penulis negeri, penyair negeri" (poet laureate), maka kamu mau diangkat jadi "writer laureate" untuk TldJOG70 ya? Bedane TldJOG70 ora isa mbayar, malah sok njaluk urunan ...
MAs Djendro, terimakasih sekali, Anda telah mengarsip secara elektronis jejak-jejak kelompok kita ini, yang meskipun baru sebentar tetapi rasanya sudah panjaaaang sekali. Apalagi mengarsipnya dengan lay-out dan disain yang cantik begitu. Siapa bilang teknologi tidak bisa indah? Terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya.
Mas Emel, mas STW, mbak Asti, mas Herbud dll teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu--seumpama hari maka usia kita ini kira-kira sudah habis Ashar. Bagi yang muslim petunjuknya adalah berdxikir dan berwiridlah dari sehabis Ashar sampai tenggelamnya matahari. Mari kita baca ini sebagai ajakan yang sesungguhnya (akeh sing wiridane bar Maghrib, maka tuntunane bar Ashar), maupun sebagai metafora kehidupan kita. Mari kita gunakan wiridan yang benar, warisan dari panutan kita yang sesungguhnya, ora golek panutan-panutan liya kecuali untuk pembanding (aja diimani lho, mbebayani ... ).
Mas Herbud, mugi2 delegasi Yogya saged kathah. PAdos wekdal kepanggih kemawon yaksih rekaos, dados dereng wonten keputusan gumathok. mBokbilih minggu ngajeng menika saged nglempak, lan kabar salajengipun temtu kita kintunaken dhumateng panjenengan saha rencang-rencang Surabaya sadaya. Nuwun.
Tetap semangat, menuju akhir yang baik!
edmart
BLOG SEBAGAI PRASASTI SEJARAH
Sudjendro sahabatku,
Siang tadi kubuka blog bikinan mu itu dgn BB ku di kantor. Betapa kagetku tulisan pers jagong yg ku send jam O2.OO dini hari telah kau pasang. Bahkan tulisan Emel Sarapan Pagi telah kau pasang pula lengkap dgn foto Emel dgn kumisnya yg ganteng.
Kau benar2 hebat ndro, aku kagum padamu. Aku sendiri punya 3 blog yg ra kopen, jadi aku tahu betapa sulitnya orang bikin blog yg bagus. Tak berlebihan Japong me- muji2-mu entek amek.
Aku tak pernah membayangkan suatu kelompok spt tldjo70 ini bisa dibuatkan satu blog kroyokan yg ngisi.
Blog ini bukan hanya album foto, tapi juga album semua ide, pikiran, perasaan, harapan, ingatan masa lalu maupun masa depan kita yg telah tua. Blog ini akan menjadi prasasti, sejarah kita. Sejarah anak2 yg pernah bersekolah di SMA Tld.
Blog kita bisa dibaca siapa saja. Anak istri dan saudara kita, adik2 dan kakak kelas kita, guru2 kita maupun anak2 yg sedang sekolah di Teladan.
Blog kita ini disamping bermakna untuk kekayaan hidup kita, juga bisa memberikan sesuatu yg bermanfaat bagi kehidupan banyak orang. Atau seperti kata kata Muchtar, sebuah UNIVERSITAS KEHIDUPAN. Menyajikan Ilmu Humaniora dan Filsafat Kehidupan yang tak pernah diberikan di fakultas manapun. Ya, kecuali di East West Centre University, kata ibuku alm, entah dimana itu.
Jadi secara tak kau sadari kau sudah membuat "Sejarah", Djendro. Sejarah kehidupan kita ber sama.
Seperti Mailist, blog kroyokan pun membutuhkan moderator atau Admin. Contohnya blog Kompasiana dan blog Detik. Sudah selayaknya untuk blog kita ini moderatornya kamu sendiri sbg penciptanya. Tapi aku akan tetap menulis ke Mailist kita, bila kau anggap baik, kaulah yg memasangnya di blog lengkap dgn ilustrasi fotonya. Karena kalau aku langsung nulis ke blog, bukankah tak semua teman rajin membuka blog? Teman2 pasti mendahulukan membuka Mailist dulu.
Nah, hari2 mendatang ini, kusiapkan untuk menulis ke mailist kita adalah From Green Canyon With Love (seri tamat), lalu IKHLASNYA ASTI DARI FALSA FAH HIDUP JAWA, dan AMENA NGI JAMAN EDAN RONGGO WARSITO.
Nah, sekali lagi trima kasih Djendro, atas sumbanganmu membuat blog untuk kelanggengan dan sejarah paguyuban kita.
Salam
IW, 18 Juni 2010.
Siang tadi kubuka blog bikinan mu itu dgn BB ku di kantor. Betapa kagetku tulisan pers jagong yg ku send jam O2.OO dini hari telah kau pasang. Bahkan tulisan Emel Sarapan Pagi telah kau pasang pula lengkap dgn foto Emel dgn kumisnya yg ganteng.
Kau benar2 hebat ndro, aku kagum padamu. Aku sendiri punya 3 blog yg ra kopen, jadi aku tahu betapa sulitnya orang bikin blog yg bagus. Tak berlebihan Japong me- muji2-mu entek amek.
Aku tak pernah membayangkan suatu kelompok spt tldjo70 ini bisa dibuatkan satu blog kroyokan yg ngisi.
Blog ini bukan hanya album foto, tapi juga album semua ide, pikiran, perasaan, harapan, ingatan masa lalu maupun masa depan kita yg telah tua. Blog ini akan menjadi prasasti, sejarah kita. Sejarah anak2 yg pernah bersekolah di SMA Tld.
Blog kita bisa dibaca siapa saja. Anak istri dan saudara kita, adik2 dan kakak kelas kita, guru2 kita maupun anak2 yg sedang sekolah di Teladan.
Blog kita ini disamping bermakna untuk kekayaan hidup kita, juga bisa memberikan sesuatu yg bermanfaat bagi kehidupan banyak orang. Atau seperti kata kata Muchtar, sebuah UNIVERSITAS KEHIDUPAN. Menyajikan Ilmu Humaniora dan Filsafat Kehidupan yang tak pernah diberikan di fakultas manapun. Ya, kecuali di East West Centre University, kata ibuku alm, entah dimana itu.
Jadi secara tak kau sadari kau sudah membuat "Sejarah", Djendro. Sejarah kehidupan kita ber sama.
Seperti Mailist, blog kroyokan pun membutuhkan moderator atau Admin. Contohnya blog Kompasiana dan blog Detik. Sudah selayaknya untuk blog kita ini moderatornya kamu sendiri sbg penciptanya. Tapi aku akan tetap menulis ke Mailist kita, bila kau anggap baik, kaulah yg memasangnya di blog lengkap dgn ilustrasi fotonya. Karena kalau aku langsung nulis ke blog, bukankah tak semua teman rajin membuka blog? Teman2 pasti mendahulukan membuka Mailist dulu.
Nah, hari2 mendatang ini, kusiapkan untuk menulis ke mailist kita adalah From Green Canyon With Love (seri tamat), lalu IKHLASNYA ASTI DARI FALSA FAH HIDUP JAWA, dan AMENA NGI JAMAN EDAN RONGGO WARSITO.
Nah, sekali lagi trima kasih Djendro, atas sumbanganmu membuat blog untuk kelanggengan dan sejarah paguyuban kita.
Salam
IW, 18 Juni 2010.
Ku persembahkan blog ini untuk persahabatan
Ass Wr Wb,
Doa saya menyertai teman2 TldJOG70, semoga teman2 senantiasa mendapatkan keberkahan, keselamatan, dan kesehatan dari Allah SWT (amin).
Teman2 TldJOG70 yang saya hormati dan banggakan, mohon maaf saya lama tidak menyapa teman2 melalui milist kita karena … alasan klasik saja (sedang sibuk), namun saya masih tetap berusaha untuk dapat mengikuti informasi kegiatan teman2 komunitas TldJOG70 melalui milist. Wah..luar biasa banyak kegiatan yang telah dilakukan selama ini, beberapa teman lama telah ditemukan kembali dan bergabung di milist kita.
Teman-teman …sungguh saya sangat menyesal tidak dapat ikut reuni jilid II di Green Canyon of Pangandaran karena waktu itu bersamaan dengan kegiatan saya yang tidak dapat saya tinggalkan. Salute buat mas Inu W, penulis jenius yang telah mengabadikan reuni jilid II ini dengan untaian kata-kata yang indah, penuh makna. Oh..iya reuni jilid I di Wonosari juga direkam dalam untaian kata-kata indah oleh sang penulis jenius ini.
Berkaitan dengan kegiatan2 alumni TldJOG70 ini, saya juga ingin mengabadikan dalam bentuk blog yang telah saya siapkan dengan alamat: www.tldjog70. blogspot. com . Tulisan Inu W dan beberapa profil teman-teman telah saya posting di blog ini.
Teman-teman juga dapat mengisi blog ini dengan artikel, foto maupun vidio anda melalui alamat email saya, sudjendro_2008@ yahoo.co. id. Insya Allah bahan-bahan dari teman-teman dapat saya unggah di blog ini. Saya berharap blog ini juga dapat menjadi salah satu sarana silaturahim, mempererat tali persahabatan kita di usia senja ini, sehingga kita tetap mempunyai semangat!
Demikian yang dapat saya sampaikan, atas perhatian teman-teman saya ucapkan terima kasih.
Salam persahabatan selalu!
Wass,
-sudjendro-
Catatan: Blog ini di-launching tanggal:15 Juni 2010.
Doa saya menyertai teman2 TldJOG70, semoga teman2 senantiasa mendapatkan keberkahan, keselamatan, dan kesehatan dari Allah SWT (amin).
Teman2 TldJOG70 yang saya hormati dan banggakan, mohon maaf saya lama tidak menyapa teman2 melalui milist kita karena … alasan klasik saja (sedang sibuk), namun saya masih tetap berusaha untuk dapat mengikuti informasi kegiatan teman2 komunitas TldJOG70 melalui milist. Wah..luar biasa banyak kegiatan yang telah dilakukan selama ini, beberapa teman lama telah ditemukan kembali dan bergabung di milist kita.
Teman-teman …sungguh saya sangat menyesal tidak dapat ikut reuni jilid II di Green Canyon of Pangandaran karena waktu itu bersamaan dengan kegiatan saya yang tidak dapat saya tinggalkan. Salute buat mas Inu W, penulis jenius yang telah mengabadikan reuni jilid II ini dengan untaian kata-kata yang indah, penuh makna. Oh..iya reuni jilid I di Wonosari juga direkam dalam untaian kata-kata indah oleh sang penulis jenius ini.
Berkaitan dengan kegiatan2 alumni TldJOG70 ini, saya juga ingin mengabadikan dalam bentuk blog yang telah saya siapkan dengan alamat: www.tldjog70. blogspot. com . Tulisan Inu W dan beberapa profil teman-teman telah saya posting di blog ini.
Teman-teman juga dapat mengisi blog ini dengan artikel, foto maupun vidio anda melalui alamat email saya, sudjendro_2008@ yahoo.co. id. Insya Allah bahan-bahan dari teman-teman dapat saya unggah di blog ini. Saya berharap blog ini juga dapat menjadi salah satu sarana silaturahim, mempererat tali persahabatan kita di usia senja ini, sehingga kita tetap mempunyai semangat!
Demikian yang dapat saya sampaikan, atas perhatian teman-teman saya ucapkan terima kasih.
Salam persahabatan selalu!
Wass,
-sudjendro-
Catatan: Blog ini di-launching tanggal:15 Juni 2010.
Friday, June 18, 2010
UNIVERSITAS KEHIDUPAN
Ketika kerjamu tidak dihargai,maka saat itu kau sedang belajar tentang KETULUSAN.
Ketika usahamu dinilai tidak penting,maka saat itu kau sedang belajar KEIKHLASAN.
Ketika hatimu terluka sangat dalam,maka saat itu kau sedang belajar tentang MEMAAFKAN.
Ketika kau harus lelah dan kecewa,maka saat itu kau sedang belajar tentang KESUNGGUHAN.
Ketika kau merasa sepi dan sendiri,maka saat itu kau sedang belajar tentang KETANGGUHAN.
Ketika kau harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kau sedang belajar tentang KEMURAH HATIAN.
Ketika semua kemungkinan tidak masuk akal,maka saat itu kau belajar tentang BERIMAN.
Tetap semangat ..!!:)
Tetap sabar....
Tetap tersenyum..
Terus belajar....
Karena kau sedang menimba ilmu di universitas kehidupan..! !
TUHAN menaruhmu di tempatmu yang sekarang, bukan karena kebetulan....Dia punya maksud utk hidupmu...
Selamat menempuh mata pelajaran kehidupan..
Salam, Emel
(Ketika kau pul-kumpul dg teman2 TldJOG70,maka saat itu kau sedang belajar tentang PERSAUDARAAN & KESETIAKAWANAN)
KOMENTAR:
Jumhan
Ketika kita baca renungan pagi Emel, kita sedang belajar menjaga bola kaca ....... ! Selamat dan terima kasih bung renungannya !!!
Salam,
»jvMh^N 7856
Sudarmanto
Semua yang dikemukakan di dalam Renungan Pagi ini adalah hal-hal yang
sedang saya hadapi, peng-ingatan yang saya perlukan saat ini...tepak
tenan..! :-D)
Terima kasih bung EmEl..
STW
Herbud
Ketika aku sedang membaca dan mengha yati Renungan Kehidup an kiriman mas Emel... Maka saat itu aku sedang belajar MENJAGA HATI... Terima kasih mas Emel....
Wassalam Herbud.
Asti
Bung Emel ....
Tks , artikelnya sngt inspiratif ! memang proses belajar mengajar itu selalu tetap ada selama kehidupan manusia .....
Sy merasakan belajar ilmu IKHLAS itu tdk mudah ....krn di Univ. Kehidupan ini dasar yg utama adalh ilmu IKHLAS ! Sampai saat inipun sy merasa blm mendpt nilai yg layak "lulus" ....sehari-hari sdh ngulang ujian brp ribu kali ....eh ...kok tetap saja blm bisa dapat nilai lulus ?
Mungkin kalo bukan di univ.kehidupan ....sy sdh di drop out dulu2 .... He he he ..
Mhn teman2 yg sdh bisa lulus , mbok sy di tenteer. ....
Sulitnya .... Krn "IKHLAS" mudah dikatakan scr lahiriah , tp betapa sempurnanya kalo bisa merasakan sampai ke lubuk hati yg paling dalam ....
Mak nyesss ...adem !
Thanks bung Emel ....
(asti)
Saat aku tak paham maksud Tuhan, aku memilih... : Percaya...
Saat aku tertekan oleh kekecewaan, aku memilih... : Bersyukur...
Saat rencana hidupku berantakan, aku memilih.... : Berserah...
Saat putus asa melingkupiku,
aku memilih... : Tetap Maju...
Saat aku dipuji, aku memilih... : Mawas Diri...
Have a blessed day everyone...
(Emel)
Sudjendro:
Yes, I agree with your tips of life.....bung EMEL ! Thank's.
-nDro-
Rima:
Bung Emel,
Matur nuwun, dan sangat setuju dengan tips tersebut...itulah yang namanya "Ikhlas" karena Ridhlo Allah SWT. Semoga kita selalu mendapat Ridhlo NYA
salam
RD
Abid:
Alhamdulillah, temen2ku wis podo dadi wong bijak, semoga Allah SWT selalu membimbing kita ke jalan yang benar, dan memberikan rahmat, dan hidayahnya untuk kita.... Amin ya rabbil alamin..... SALAM.... (MA)
Sudarmanta Tri Widada:
Aamiin ya Rabbul'alamin
Mas Abid Muhammad dan rekan2 semua, insyaAllah forum ini dapat bermanfaat untuk menjaga silaturahim di antara kita, bertukar informasi, kabar-kabari keselamatan dan kesehatan, bercanda-ria, dan saling ingatkan dalam haq ( ben tidak termasuk golongan empat yang merugi ).
Sugeng makarya ( belum purna ta ? )
Salam,
STW
Sudjendro:
Sekali lagi terima kasih bung EMEL atas Tips Kehidupan untuk Kebahagian Hidup. Kata bijak anda telah saya update di www.tldjog70.blogspot.com
Saya hanya ingin menambahkan bahwa orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.
Salam,
-ndro-
Ketika usahamu dinilai tidak penting,maka saat itu kau sedang belajar KEIKHLASAN.
Ketika hatimu terluka sangat dalam,maka saat itu kau sedang belajar tentang MEMAAFKAN.
Ketika kau harus lelah dan kecewa,maka saat itu kau sedang belajar tentang KESUNGGUHAN.
Ketika kau merasa sepi dan sendiri,maka saat itu kau sedang belajar tentang KETANGGUHAN.
Ketika kau harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kau sedang belajar tentang KEMURAH HATIAN.
Ketika semua kemungkinan tidak masuk akal,maka saat itu kau belajar tentang BERIMAN.
Tetap semangat ..!!:)
Tetap sabar....
Tetap tersenyum..
Terus belajar....
Karena kau sedang menimba ilmu di universitas kehidupan..! !
TUHAN menaruhmu di tempatmu yang sekarang, bukan karena kebetulan....Dia punya maksud utk hidupmu...
Selamat menempuh mata pelajaran kehidupan..
Salam, Emel
(Ketika kau pul-kumpul dg teman2 TldJOG70,maka saat itu kau sedang belajar tentang PERSAUDARAAN & KESETIAKAWANAN)
KOMENTAR:
Jumhan
Ketika kita baca renungan pagi Emel, kita sedang belajar menjaga bola kaca ....... ! Selamat dan terima kasih bung renungannya !!!
Salam,
»jvMh^N 7856
Sudarmanto
Semua yang dikemukakan di dalam Renungan Pagi ini adalah hal-hal yang
sedang saya hadapi, peng-ingatan yang saya perlukan saat ini...tepak
tenan..! :-D)
Terima kasih bung EmEl..
STW
Herbud
Ketika aku sedang membaca dan mengha yati Renungan Kehidup an kiriman mas Emel... Maka saat itu aku sedang belajar MENJAGA HATI... Terima kasih mas Emel....
Wassalam Herbud.
Asti
Bung Emel ....
Tks , artikelnya sngt inspiratif ! memang proses belajar mengajar itu selalu tetap ada selama kehidupan manusia .....
Sy merasakan belajar ilmu IKHLAS itu tdk mudah ....krn di Univ. Kehidupan ini dasar yg utama adalh ilmu IKHLAS ! Sampai saat inipun sy merasa blm mendpt nilai yg layak "lulus" ....sehari-hari sdh ngulang ujian brp ribu kali ....eh ...kok tetap saja blm bisa dapat nilai lulus ?
Mungkin kalo bukan di univ.kehidupan ....sy sdh di drop out dulu2 .... He he he ..
Mhn teman2 yg sdh bisa lulus , mbok sy di tenteer. ....
Sulitnya .... Krn "IKHLAS" mudah dikatakan scr lahiriah , tp betapa sempurnanya kalo bisa merasakan sampai ke lubuk hati yg paling dalam ....
Mak nyesss ...adem !
Thanks bung Emel ....
(asti)
TIPS KEHIDUPAN-BUNG EMEL
Saat aku tak paham maksud Tuhan, aku memilih... : Percaya...
Saat aku tertekan oleh kekecewaan, aku memilih... : Bersyukur...
Saat rencana hidupku berantakan, aku memilih.... : Berserah...
Saat putus asa melingkupiku,
aku memilih... : Tetap Maju...
Saat aku dipuji, aku memilih... : Mawas Diri...
Have a blessed day everyone...
(Emel)
Sudjendro:
Yes, I agree with your tips of life.....bung EMEL ! Thank's.
-nDro-
Rima:
Bung Emel,
Matur nuwun, dan sangat setuju dengan tips tersebut...itulah yang namanya "Ikhlas" karena Ridhlo Allah SWT. Semoga kita selalu mendapat Ridhlo NYA
salam
RD
Abid:
Alhamdulillah, temen2ku wis podo dadi wong bijak, semoga Allah SWT selalu membimbing kita ke jalan yang benar, dan memberikan rahmat, dan hidayahnya untuk kita.... Amin ya rabbil alamin..... SALAM.... (MA)
Sudarmanta Tri Widada:
Aamiin ya Rabbul'alamin
Mas Abid Muhammad dan rekan2 semua, insyaAllah forum ini dapat bermanfaat untuk menjaga silaturahim di antara kita, bertukar informasi, kabar-kabari keselamatan dan kesehatan, bercanda-ria, dan saling ingatkan dalam haq ( ben tidak termasuk golongan empat yang merugi ).
Sugeng makarya ( belum purna ta ? )
Salam,
STW
Sudjendro:
Sekali lagi terima kasih bung EMEL atas Tips Kehidupan untuk Kebahagian Hidup. Kata bijak anda telah saya update di www.tldjog70.blogspot.com
Saya hanya ingin menambahkan bahwa orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.
Salam,
-ndro-
KEMANTREN JOGJA MAU NJAGONG
Halo, Asalamualaikum, teman-temanku yang tercinta
Sepuluh hari lalu aku sudah menerima undangan mantu dari Herbud. Betapa kaget dan gembiraku undangan itu bisa sampai di rumahku, desa Popongan, Sinduadi, Mlati, Sleman. Tapi sepulang dari GC Pangdrn aku sudah bilang ke istriku bahwa temanku Tld70 Herbud akan mantu di Srby dan aku mewajibkan diriku untuk datang. Apalagi Asti telah “memerintahkan” aku untuk mengajakmu, kataku pada istri. Ia pun setuju. Harus mbolos sehari, Sabtu, tak apa, meski ia sedang sibuk2nya menjadi ketua Akreditasi RSU Muntilan. Ya, demi Herbud dan TldJog70. Jadi kupastikan, Insya Allah, kami datang njagong Herbud. Dengan KA saja Jumat malam, dan pulang Sabtu malam, karena dgn pesawat hujan2 begini saya takut.
Lima hari lalu Prof Demang sms, ngajak kumpul2 untuk ngrembug njagong dan syawalan. Kusanggupi hari Jumat sore saja dirumahnya, jam 04 sore biar yg datang banyak terutama kaum wanita. Tapi Edmart malah brangkat ke Medan . Kemarin malam saya telpon untuk kepastian, ia bilang Surya menawarkan rumahnya. Eh, sudah pulang to Yang Ti. Tapi Edmart ngajukan rumah Hajar, atau kidul-kidulan karena dari dulu kok kumpul2nya di lor terus. Baiklah.
Kemungkinan besar si Prof dan Yang Ti bisa brnkt njagong dan kami akan mengajak teman2 lain untuk brangkat juga, seperti Wahyuningsih, Harjanti, Mursri, AKBP Poerpetoek, Hajar, Jumadi, Jendro, Didiek, dll. Hitung2 untuk menebus ketidakberangkatan mereka ke GC Pangdrn. Dan istriku mendesakku untuk mengajak Sobirin, sekaligus dgn membiayainya. Aku tak boleh melupakan dia, katanya. Yah, kalau si Sob mau, mengajak istrinya pula, bisa dua hari warung satenya tutup.
Hajar, Jumadi, Zuchron, Aminul sangat berterimakasih pada panitia GC khususnya Kaloka karena “sudah diomani” kaos biru yg bahannya lebih bagus dari kaos di Joglo Samiaji dulu. Tapi terutama merga ra mbayar. Kuingat saat terakhir berpisah pagi itu, dengan malu-malu, kuminta tambahan 5 kaos (plus Surya) ke Kaloka. Ia segera balik kanan dan lari naik ke bis. Karena sisa kaos sudah “diamankan” Ketua KPK. Antasari Emel. Sang Ketua segera memberikan tambahan 5 kaos untuk Jogya itu. Tapi........ ........aduh aku lupa Didiek?. Bakal di kruwes-kruwes aku.
Sesungguhnya surat ini sudah kutulis dua hari lalu, jam01.00 mlm, dengan penuh gairah. Tapi ketika aku meng “Atach” 5 foto GC dan “Upload”, komputrku ngadat. Berjam-jam tidak ter “Upload” malah amblas kabeh. Hilang krn belum tak “Save to Draft”. Aku sedih banget karena tulisan yg sarat dgn emosi spontan sangat sukar diulangi. Pengalaman. Sekarang kalau menulis di hal Word dulu, lalu saved, baru kopipaste ke mailist TldJog70. Japong tadi sore sms nyuruh aku mbukak TldJog70.blogspot. com yg dibuat Sujendro untuk menyimpan tulisan2ku dan foto-foto. Oalah, trims ya nDro.
Dulu, dua hari sepulang dari GC Pangdran aku memenuhi janjiku, menulis “From GC With Love” berikut kima foto. Setelah tak Send, langsung ke alamat TldJog, dan nunut Replay postingan teman2, judul tulisan dan namaku tak muncul di Inbox, meski di Sent ada. Aku panic. Kutelpon Edmart. Katanya belum masuk dan aku disuruh ngulang saja. Waduh. Kutelpon Haryadi , ia mbukak internet tergantung anaknya. Wah. Kutelpon Hajar, katanya masuk sebagian. Wah. Lalu Japong sms dan telpon, menanyakan apakah foto2 kirimannya masuk. Segera kubukak, lalu kujawab sudah masuk semua. Japong menjawab tulisan dan foto2 kirimankupun sudah masuk semua. Alhamdulilah, baru lega aku dan kutulis lanjutannya.
Sudah lama Blackbarryku tak kupakai, kusimpan saja. Ketika ku “chast” dan kubuka kagetlah aku melihat sambutan teman2 terhadap tulisanku. Muchtar, Herbud, Marsito, Japong, Ninik, Sudarmanto, bahkan Najib yg baru ngikut. Namaku sendiri dan judul tulisan ada. Baru kutahu kalau di BB nama dan tulisan pengirim bisa muncul di mailist, sedang dgn komputerku tidak. Tapi kalau menulis dgn BB, selain jariku keju, juga tak bisa sekalian meng’Atach” foto2 yg sudah tersimpan di hardisk komputer. Yang penting, aku sudah lega kalau tulisan yg dibuat payah2 sudah terkirim masuk. Itulah gunanya koment dari teman2.
Dan aku sangat bahagia sekaligus terharu membaca komentar dan sambutan teman2 semua pada tulisanku. Bahkan Muchtar telah “memerintahkan” untuk membukukan tulisan2 itu dan Herbud langsung menyanggupi. Sampai berkaca-kaca mataku. Aduh, cengeng amat aku setelah tua ini. Ini selalu tyerjadi bila berkaitan dgn teman2 TldJog70. Sama seperti ketika berpeluk cium dgn teman2 setelah menyanyi perpisahan berpegangan tangan di pendopo Joglo Samiaji dulu dan di Hotel Laut Biru lantai dua kemarin.
Aku tak pernah berpeluk cium dgn teman2ku laki-laki atau wanita dimanapun. Peluk cium adalah kebiasaan para pecandu dan pengurus panti2 rehabilitasi narkoba di Indonesia dan di dunia. Tapi dengan teman2ku TldJog70 ini, aneh, aku tak bisa hanya bersalaman saja tanpa berpelukan cipika cipiki. Spontan. Ini membuktikan betapa dalamnya hubungan afektif emosional diantara kami semua.
Kuingat ketika pertemuan besar di halaman SMA TLD dan di pendopo Joglo Wonosari dulu, emosi dan gairahku demikian melonjak, seperti juga Edmart, Surya, Didiek dan teman2 lain Jogya. Sampai aku lupa kalau istriku ulang tahun waktu malam di Joglo itu. Istriku merayakan ulang tahunnya sendiri dgn anak2nya tanpa ucapan selamat ultah dariku via sms. Sonia, anak perempuanku, menulis di Fb nya “bapak itu benar2 kebangeten, kesenengen reuni dengan teman2 Teladan sampai lupa ibu ulangtahun”,. Kontan saja aku dimarahi adik2ku dan teman2 di RS istri dan RSJ ku.
Lha piye ta nduk, kataku. Sudah puluhan tahun tidak ketemu, tiba2 pada muncul seakan keluar dari dalam bumi. Semua sudah terbenam di dunianya sendiri dan lenyap dari ingatan dan duniaku. Seorang priya tua, tinggi, berpipi gembul, hayo, sapa aku, katanya. Setengah mati aku tak bisa mengingatnya, sampai ia memukul keras pundakku, Perry! Katanya. Oalah, lha kok sebesar ini.
Demikian pula seorang ibu-ibu cantik berjilbab, brukut, muncul dari jauh. Aku melongo. Siapakah dia? Ia tiba-tiba menolehku dan langsung menunjuk ke mukaku, Inu! Katanya garang. Oh, ingat aku. Inilah Rimadewi dengan “rok sekilannya” yg termashur itu. Lha kok sekarang berubah jadi begini ini critane piye? Sedang Fuad, Hitapriya, Yoyon Kusnendar, Achmad Prabowo, aku cepat mengenalinya dari jauh seperti mereka juga langsung berteriak memanggilku.
Betapa mengharukan. Seperti Didiek yg susah payah mengkomando bis untuk berhenti di hutan jati Wonosari untuk menanti mobilku yg berisi HB, Kaloka, Marwoto dan Haryanto dari Jabar. Dan Jumhan dengan sabar berdiri menanti disamping bis di bawah hutan jati. Jumhan!, teriakku keras, dan ia segera memelukku erat-erat. Seerat pelukan Hary Suryanto, yg tak kuduga ikut, ketika menyambut kami dari Jogya di depan Hotel Laut Biru Pangandaran kemarin. Kulihat Hary mengusap tetes air matanya di matanya yg sudah tak berkaca lagi karena di Lasik.
Istriku tidak marah sama sekali aku telah melupakan ultahnya, karena ia tahu benar arti reuni itu bagiku. Menurutnya aku telah capek bekerja selama dua puluh tahun melayani dan mengurusi orang gila dari pagi sampai jam dua di RSJ , lalu sore sampai malam di praktekku. Aku butuh "penyegar" atau sesuatu yang "bermakna", katanya. Di masa tua ini, bertemu dngan teman2 SMA, bukan hanya kegembiraan, tapi ada sesuatu yg lain. Suatu “arti” atau “makna” yg tiba-tiba muncul dalam hidupku. Aku cukup dihargai, memang, sebagai psikiater di duniaku. Tapi ternyata itu tak cukup. Di mata teman2ku TldJog70 ini aku menemukan sesuatu yg lain.
Suatu “arti” yang membikin kaya hidupku. Entahlah. Sukar ini dijelaskan dengan kata-kata. Benar juga kalau Poernomo yang mengatakan reuni SMA memang “rabuking jiwo”. Mungkin ini pula sebabnya Asti dan HB lebih aktif dan bergairah di reuni TldJog70 daripada reuni Dokter UGM Angktn 73. Marsito malah tak berkeinginan untuk datang di reuni Dokter 73 itu, sedang di TldJog70 ia bahkan mengajak istrinya. Ini pula sebabnya bagi Prof Edmart yg anggauta Senat Guru Besar UGM, dan Surya serta Rima yg doktor pengajar itu, jadwal pertemuan dengan TldJog70 mungkin sama pentingnya dengan jadwal kerja di kantor / fakultasnya.
Demikian juga pejabat Depnaker si Muchtar Lutfi yang marah-marah kalau temannya tak mau ngumpul dengan alasan apapun. Tapi tak semua teman sama. Misalnya Heru Prajatmo dan Harjoko. Sudah capek aku mengabari dan mengajak, mereka belum tergerak juga untuk datang. Sampai kadang aku berpikir. Minat untuk datang reuni berkaitan erat dengan kedekatan hubungan dan kegembiraan bergaul dengan teman2 SMA dulu. Ah, ini tak sepenuhnya benar.
Basu Asti Manuhara, pejabat tinggi Pemda GK itu. Ia sangat erat berkawan dgn temannya di PP2 seperti Ipoeng, Ninik, Sunariyah, Arief , Didiek, Aku sendiri dan Muchtar, dan masih ada foto di rumah Basu yg disimpan Arief. Ia jelas bahagia berteman dengan kami semua tapi mengapa ia tak tergerak juga untuk datang kumpul2 di Jogya (selain di Wonosari itu). Lain pula halnya dgn Hardono. Pertama kali dulu dia sangat aktif .Mencatat dan mengumpulkan teman2, sebelum Edmart muncul. Tapi kemudian lenyap. Muncul semalam di Wonosari sudah itu tak pernah kontak lagi sampai sekarang. Entahlah.
Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Kusedot rokokku sambil dengan senang membayangkan Yu Nanik menyedot rokoknya pula dengan nikmat di luar rumah makan Solichah malam itu.
Teman-temanku semua yang kucintai,
Tulisanku yang kedua, lanjutan itu, berakhir pada tidur sore sehabis dari GC, Batu Karas dan Batu Hiu. Aku tak berani menulis “Bersambung” krn nanti kalau tak sempat menyambung pasti Ketua KPK Muchtar mengomel marah2. Padahal masih ada lanjutannya bukan? Mandi dan berangkat habis maghrib ke rumah makan di luar, balik lagi ke hotel dan pesta menyanyi dan berdansa, lingkaran penutupan, sarapan pagi dengan ide-ide Muchtar tentang Syawalan, bentuknya, tempat, tanpa banyak biaya, yang dicatat Ki Demang. Ini terlalu penting untuk tidak dituliskan. Apalagi Herbud sudah bersedia mengumpulkan. Jadi kucoba tuliskan beberapa hari mendatang sehingga njagong ke tempat Herbud nanti sudah lengkaplah critanya.
Salam hangat
IW
Sepuluh hari lalu aku sudah menerima undangan mantu dari Herbud. Betapa kaget dan gembiraku undangan itu bisa sampai di rumahku, desa Popongan, Sinduadi, Mlati, Sleman. Tapi sepulang dari GC Pangdrn aku sudah bilang ke istriku bahwa temanku Tld70 Herbud akan mantu di Srby dan aku mewajibkan diriku untuk datang. Apalagi Asti telah “memerintahkan” aku untuk mengajakmu, kataku pada istri. Ia pun setuju. Harus mbolos sehari, Sabtu, tak apa, meski ia sedang sibuk2nya menjadi ketua Akreditasi RSU Muntilan. Ya, demi Herbud dan TldJog70. Jadi kupastikan, Insya Allah, kami datang njagong Herbud. Dengan KA saja Jumat malam, dan pulang Sabtu malam, karena dgn pesawat hujan2 begini saya takut.
Lima hari lalu Prof Demang sms, ngajak kumpul2 untuk ngrembug njagong dan syawalan. Kusanggupi hari Jumat sore saja dirumahnya, jam 04 sore biar yg datang banyak terutama kaum wanita. Tapi Edmart malah brangkat ke Medan . Kemarin malam saya telpon untuk kepastian, ia bilang Surya menawarkan rumahnya. Eh, sudah pulang to Yang Ti. Tapi Edmart ngajukan rumah Hajar, atau kidul-kidulan karena dari dulu kok kumpul2nya di lor terus. Baiklah.
Kemungkinan besar si Prof dan Yang Ti bisa brnkt njagong dan kami akan mengajak teman2 lain untuk brangkat juga, seperti Wahyuningsih, Harjanti, Mursri, AKBP Poerpetoek, Hajar, Jumadi, Jendro, Didiek, dll. Hitung2 untuk menebus ketidakberangkatan mereka ke GC Pangdrn. Dan istriku mendesakku untuk mengajak Sobirin, sekaligus dgn membiayainya. Aku tak boleh melupakan dia, katanya. Yah, kalau si Sob mau, mengajak istrinya pula, bisa dua hari warung satenya tutup.
Hajar, Jumadi, Zuchron, Aminul sangat berterimakasih pada panitia GC khususnya Kaloka karena “sudah diomani” kaos biru yg bahannya lebih bagus dari kaos di Joglo Samiaji dulu. Tapi terutama merga ra mbayar. Kuingat saat terakhir berpisah pagi itu, dengan malu-malu, kuminta tambahan 5 kaos (plus Surya) ke Kaloka. Ia segera balik kanan dan lari naik ke bis. Karena sisa kaos sudah “diamankan” Ketua KPK. Antasari Emel. Sang Ketua segera memberikan tambahan 5 kaos untuk Jogya itu. Tapi........ ........aduh aku lupa Didiek?. Bakal di kruwes-kruwes aku.
Sesungguhnya surat ini sudah kutulis dua hari lalu, jam01.00 mlm, dengan penuh gairah. Tapi ketika aku meng “Atach” 5 foto GC dan “Upload”, komputrku ngadat. Berjam-jam tidak ter “Upload” malah amblas kabeh. Hilang krn belum tak “Save to Draft”. Aku sedih banget karena tulisan yg sarat dgn emosi spontan sangat sukar diulangi. Pengalaman. Sekarang kalau menulis di hal Word dulu, lalu saved, baru kopipaste ke mailist TldJog70. Japong tadi sore sms nyuruh aku mbukak TldJog70.blogspot. com yg dibuat Sujendro untuk menyimpan tulisan2ku dan foto-foto. Oalah, trims ya nDro.
Dulu, dua hari sepulang dari GC Pangdran aku memenuhi janjiku, menulis “From GC With Love” berikut kima foto. Setelah tak Send, langsung ke alamat TldJog, dan nunut Replay postingan teman2, judul tulisan dan namaku tak muncul di Inbox, meski di Sent ada. Aku panic. Kutelpon Edmart. Katanya belum masuk dan aku disuruh ngulang saja. Waduh. Kutelpon Haryadi , ia mbukak internet tergantung anaknya. Wah. Kutelpon Hajar, katanya masuk sebagian. Wah. Lalu Japong sms dan telpon, menanyakan apakah foto2 kirimannya masuk. Segera kubukak, lalu kujawab sudah masuk semua. Japong menjawab tulisan dan foto2 kirimankupun sudah masuk semua. Alhamdulilah, baru lega aku dan kutulis lanjutannya.
Sudah lama Blackbarryku tak kupakai, kusimpan saja. Ketika ku “chast” dan kubuka kagetlah aku melihat sambutan teman2 terhadap tulisanku. Muchtar, Herbud, Marsito, Japong, Ninik, Sudarmanto, bahkan Najib yg baru ngikut. Namaku sendiri dan judul tulisan ada. Baru kutahu kalau di BB nama dan tulisan pengirim bisa muncul di mailist, sedang dgn komputerku tidak. Tapi kalau menulis dgn BB, selain jariku keju, juga tak bisa sekalian meng’Atach” foto2 yg sudah tersimpan di hardisk komputer. Yang penting, aku sudah lega kalau tulisan yg dibuat payah2 sudah terkirim masuk. Itulah gunanya koment dari teman2.
Dan aku sangat bahagia sekaligus terharu membaca komentar dan sambutan teman2 semua pada tulisanku. Bahkan Muchtar telah “memerintahkan” untuk membukukan tulisan2 itu dan Herbud langsung menyanggupi. Sampai berkaca-kaca mataku. Aduh, cengeng amat aku setelah tua ini. Ini selalu tyerjadi bila berkaitan dgn teman2 TldJog70. Sama seperti ketika berpeluk cium dgn teman2 setelah menyanyi perpisahan berpegangan tangan di pendopo Joglo Samiaji dulu dan di Hotel Laut Biru lantai dua kemarin.
Aku tak pernah berpeluk cium dgn teman2ku laki-laki atau wanita dimanapun. Peluk cium adalah kebiasaan para pecandu dan pengurus panti2 rehabilitasi narkoba di Indonesia dan di dunia. Tapi dengan teman2ku TldJog70 ini, aneh, aku tak bisa hanya bersalaman saja tanpa berpelukan cipika cipiki. Spontan. Ini membuktikan betapa dalamnya hubungan afektif emosional diantara kami semua.
Kuingat ketika pertemuan besar di halaman SMA TLD dan di pendopo Joglo Wonosari dulu, emosi dan gairahku demikian melonjak, seperti juga Edmart, Surya, Didiek dan teman2 lain Jogya. Sampai aku lupa kalau istriku ulang tahun waktu malam di Joglo itu. Istriku merayakan ulang tahunnya sendiri dgn anak2nya tanpa ucapan selamat ultah dariku via sms. Sonia, anak perempuanku, menulis di Fb nya “bapak itu benar2 kebangeten, kesenengen reuni dengan teman2 Teladan sampai lupa ibu ulangtahun”,. Kontan saja aku dimarahi adik2ku dan teman2 di RS istri dan RSJ ku.
Lha piye ta nduk, kataku. Sudah puluhan tahun tidak ketemu, tiba2 pada muncul seakan keluar dari dalam bumi. Semua sudah terbenam di dunianya sendiri dan lenyap dari ingatan dan duniaku. Seorang priya tua, tinggi, berpipi gembul, hayo, sapa aku, katanya. Setengah mati aku tak bisa mengingatnya, sampai ia memukul keras pundakku, Perry! Katanya. Oalah, lha kok sebesar ini.
Demikian pula seorang ibu-ibu cantik berjilbab, brukut, muncul dari jauh. Aku melongo. Siapakah dia? Ia tiba-tiba menolehku dan langsung menunjuk ke mukaku, Inu! Katanya garang. Oh, ingat aku. Inilah Rimadewi dengan “rok sekilannya” yg termashur itu. Lha kok sekarang berubah jadi begini ini critane piye? Sedang Fuad, Hitapriya, Yoyon Kusnendar, Achmad Prabowo, aku cepat mengenalinya dari jauh seperti mereka juga langsung berteriak memanggilku.
Betapa mengharukan. Seperti Didiek yg susah payah mengkomando bis untuk berhenti di hutan jati Wonosari untuk menanti mobilku yg berisi HB, Kaloka, Marwoto dan Haryanto dari Jabar. Dan Jumhan dengan sabar berdiri menanti disamping bis di bawah hutan jati. Jumhan!, teriakku keras, dan ia segera memelukku erat-erat. Seerat pelukan Hary Suryanto, yg tak kuduga ikut, ketika menyambut kami dari Jogya di depan Hotel Laut Biru Pangandaran kemarin. Kulihat Hary mengusap tetes air matanya di matanya yg sudah tak berkaca lagi karena di Lasik.
Istriku tidak marah sama sekali aku telah melupakan ultahnya, karena ia tahu benar arti reuni itu bagiku. Menurutnya aku telah capek bekerja selama dua puluh tahun melayani dan mengurusi orang gila dari pagi sampai jam dua di RSJ , lalu sore sampai malam di praktekku. Aku butuh "penyegar" atau sesuatu yang "bermakna", katanya. Di masa tua ini, bertemu dngan teman2 SMA, bukan hanya kegembiraan, tapi ada sesuatu yg lain. Suatu “arti” atau “makna” yg tiba-tiba muncul dalam hidupku. Aku cukup dihargai, memang, sebagai psikiater di duniaku. Tapi ternyata itu tak cukup. Di mata teman2ku TldJog70 ini aku menemukan sesuatu yg lain.
Suatu “arti” yang membikin kaya hidupku. Entahlah. Sukar ini dijelaskan dengan kata-kata. Benar juga kalau Poernomo yang mengatakan reuni SMA memang “rabuking jiwo”. Mungkin ini pula sebabnya Asti dan HB lebih aktif dan bergairah di reuni TldJog70 daripada reuni Dokter UGM Angktn 73. Marsito malah tak berkeinginan untuk datang di reuni Dokter 73 itu, sedang di TldJog70 ia bahkan mengajak istrinya. Ini pula sebabnya bagi Prof Edmart yg anggauta Senat Guru Besar UGM, dan Surya serta Rima yg doktor pengajar itu, jadwal pertemuan dengan TldJog70 mungkin sama pentingnya dengan jadwal kerja di kantor / fakultasnya.
Demikian juga pejabat Depnaker si Muchtar Lutfi yang marah-marah kalau temannya tak mau ngumpul dengan alasan apapun. Tapi tak semua teman sama. Misalnya Heru Prajatmo dan Harjoko. Sudah capek aku mengabari dan mengajak, mereka belum tergerak juga untuk datang. Sampai kadang aku berpikir. Minat untuk datang reuni berkaitan erat dengan kedekatan hubungan dan kegembiraan bergaul dengan teman2 SMA dulu. Ah, ini tak sepenuhnya benar.
Basu Asti Manuhara, pejabat tinggi Pemda GK itu. Ia sangat erat berkawan dgn temannya di PP2 seperti Ipoeng, Ninik, Sunariyah, Arief , Didiek, Aku sendiri dan Muchtar, dan masih ada foto di rumah Basu yg disimpan Arief. Ia jelas bahagia berteman dengan kami semua tapi mengapa ia tak tergerak juga untuk datang kumpul2 di Jogya (selain di Wonosari itu). Lain pula halnya dgn Hardono. Pertama kali dulu dia sangat aktif .Mencatat dan mengumpulkan teman2, sebelum Edmart muncul. Tapi kemudian lenyap. Muncul semalam di Wonosari sudah itu tak pernah kontak lagi sampai sekarang. Entahlah.
Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Kusedot rokokku sambil dengan senang membayangkan Yu Nanik menyedot rokoknya pula dengan nikmat di luar rumah makan Solichah malam itu.
Teman-temanku semua yang kucintai,
Tulisanku yang kedua, lanjutan itu, berakhir pada tidur sore sehabis dari GC, Batu Karas dan Batu Hiu. Aku tak berani menulis “Bersambung” krn nanti kalau tak sempat menyambung pasti Ketua KPK Muchtar mengomel marah2. Padahal masih ada lanjutannya bukan? Mandi dan berangkat habis maghrib ke rumah makan di luar, balik lagi ke hotel dan pesta menyanyi dan berdansa, lingkaran penutupan, sarapan pagi dengan ide-ide Muchtar tentang Syawalan, bentuknya, tempat, tanpa banyak biaya, yang dicatat Ki Demang. Ini terlalu penting untuk tidak dituliskan. Apalagi Herbud sudah bersedia mengumpulkan. Jadi kucoba tuliskan beberapa hari mendatang sehingga njagong ke tempat Herbud nanti sudah lengkaplah critanya.
Salam hangat
IW
Wednesday, June 16, 2010
FROM GREEN CANYON WITH LOVE
(di FB kutulis Reuni Alumni SMA Teladan Jogya Angkt70 di Green Canyon of Pangandaran) .
Kira2 awal April aku dapat telp ke Hpku, katanya dari Asti . Hah, Asti , Asti siapa, Prasti? tanyaku heran. Ia jawab jengkel, Hiya, he, apa kau punya teman bernama Asti selain aku, Nu? Nah, ketahuan aslinya. Benar2 Asti PSP, si Ni Woro Ciblon, kata Hihit. Ya; Asti didorong Emel untk menilponku, krn Muchtar sendiri me sms aku tak kubalas. Asti memintaku dgn tegas untuk ikut, supaya teman2 Jogya juga pada ikut.
Ya, aku memang tak bisa memberi ketegasan pada Edmart untuk ikut. Aku sedang tugas di Unit Gaduh Gelisah bulan ini, kalau hari kecepit Sabtu itu nggak masuk dan nggak nyetroomi pasien, nek da ngamuk piye krn teman2 pasti nggak ada yg mau gantikan. Tapi permintaan Asti benar2 menohok jantungku. Jadi kutegaskan, aku harus ikut. Demi keutuhan Lasykar TLDJog70.
Istriku, adik kelasnya Asti 3 th, berpendapat lain. Aku harus ikut untuk kesehatan jiwaku. Wuah, apa aku dianggapnya sudah sinting dan ia sdh bosen merawatku? Katanya, seperti waktu di Joglo Samiaji Wnsr dulu, aku akan pulang dengan ketawa-ketawa ceria dan wajah bersinar-sinar. Ini kesempatan langka yg tak bisa kudapat di kesempatan lain. Segala keluh dan beban di kantor akan hilang setiap kali aku pulang reuni dgn teman2 TLD70 edan kabeh itu.
Tapi istriku mengharuskan aku untuk membawa Sobirin berikut nanggung segala biayanya. Malam itu juga kugedor warung sate Sob yg sudah tutup. Tapi Sob benar2 tak bisa ikut. Jumat pagi ia menyambut 150 0rg suatu klub Sepeda dari Jakarta . Sabtu pagi harus mengawal mereka, yg rata2 masih pemula, naik ke Pakem ke rumah Mbah Marijan, lalu ke timur lewat jalan2 berbahaya ke Prambanan. Harus dikawal 50 org pesepeda senior klub nya Sob. Ya, kutahu ini eksistensi, sekaligus aktualisasi diri Sobirin. Maka aku merelakannya. Kalau tidak, Jumat siang kuseret dia untuk ikut.
Jadilah Jumat siang sehabis jumatan ( krn Edmart harus khotbah dulu di Masjid Karangwaru) kami berkumpul di rumah Edmart. Jendro, Haryadi dengan istri mudanya (bojone ya ming siji kuwi), dan Surya yg memberi bekal untuk di jalan. Nampak sekali betapa gelonya Surya tak bisa ikut acara yg di nanti2 ini. Jadwalnya ke Wina bergeser. Esok pagi ia sudah harus ke Vienna . Ia Vice President WHO untuk urusan Obat.
Diam-diam aku sangat iri. Ia seperti punya kehidupan kedua di Vienna , tempat kelahiran dan berkarya Sigmund Freud, bapak psikoanalisa dunia. Pujaanku sekaligus idolaku, yg selalu kusitir teori2nya di Konggres Nasional. Aku sampai dipanggil "the Freud from Jogya" oleh teman2ku kalangan psikiatri, padahal aku belum pernah menjejakkan kaki barang sehari di museumnya di Vienna .
Akhirnya jam dua kurang seprempat kami berangkat. Mobil Travel L300 Fak Pertanian UGM benar2 bisa diandalkan. Banter, nyaman, ber AC dingin dengan sopir Pertanian jam terbang tinggi. Baru beberapa saat HB sudah menelpon, sampai dimana. Selanjutnya aku yang menelpon dan ia menelpon bergantian ke Edmart. Hm, tuan rumah beserta keluarga yg sangat mencemaskan tamu2nya yg gendheng. Gerimis mulai menyiram seakan air pemandian bidadari jatuh di senja hari menetes ke bumi. Kami berhenti di masjid, kemudia di rumah makan karena perut mulai lapar meski di jalan bekal makan dari Nanik Haryadi n Surya cukup banyak.
Jam 07.30 mlm aku menelpon HB, ternyata rombongan dari Jkt belum datang juga, selain Yu Nanik yg sudah masuk Pangandaran. Yu Nanik yg mana? yg boss catering atau yg ngepit dgnku dulu dari Semaki Gede? Ah, ayem, dari Jkt ternyata lambat juga. Akhirnya jam9.00 mlm kami masuk Pangandaran dan kami salah menginterpretasi petunjuk HB.
Kami kebablasen ke barat ke sasar ke gedung hantu. Lalu balik ke timur, menyusur pantai sambil mendelik mencari Hotel Laut Biru dgn komando HB. Akhirnya sampai juga, disambut HB dgn istri, dan Kaloka. Wah panitia penyambutan Jabar. Lalu segera naik ke atas ke lantai dua dan disambut teman2 rombongan ML. Peluk cium hangat, tawa2 gembira, lalu makan hidangan lezat tuan rumah.
Lalu digiring ke ruang sebelah. Nah ruang cukup luas, berkarpet hijau, tanpa perabot kecuali kursi2 ditepi yg disusun setengah lingkaran. Dan di ujung kiri tepi meja-meja kecil tempat nyamikan, empek2, kacang godhok, pisang godog, coca cola, fanta merah, dan entah apa lagi. Sebuah orgen canggih di sudut depan.
Tepat spt dugaanku. Inilah gaya HB. Baginya alam indah Pangandaran, Green Canyon, Cagar Alam dengan pasir putih dgn goa-goa Jepang dan stalagtit-stalagmit , peninggalan2 purba, tidak penting.
Yang penting adalah ruang luas kosong dengan orgen tunggal dan soundsystem bagus untuk menyanyi dan menari. Suatu hal yg tak kusukai. Dan ia akan main orgen sendiri, lalu menyanyi lagu-lagu barat kesukaanya. Mungkin ia bayangkan Linda Agustin akan hadir juga. Benar-benar gila juga temanku yg ahli kandungan ini.
Asti, Retno, dan Dewi sudah mandi malam itu dan berdandan cantik. Semua memakai celana panjang ketat spt mahasiswa2 FK yg praktek di RSJ. Apa mereka sudah akan menari malam ini, sementara kami semua belum mandi? Acara dimulai dgn sambutan HB selaku tuan rumah, dilanjut Ki Demang Edmart. Profesor anggauta Senat Guru Besar UGM ini menyambut dengan cengingas cengingis. Jelas hanya disini ia bisa menyambut kayak pasienku macam itu, di Senat UGM sana ia tersenyum pun tak bisa, dan wajah harus diangker-angkerkan. Angker bir apa angker burung. Wah.
Ed menjelaskan tentang berbagai pemikiran tentang paguyuban kita, ide-ide mendatang, permintaan para alumni guru Pamantu, kegiatan2 sekolah kita, ide anak2 Teladan sekarang, dll. Lalu permintaan padaku memberi laporan tentang Aminul. Kemudian acara untuk besuk pagi yg padat sampai maghrib dengan makan malam di luar dijelaskan HB.
Dijelaskan pula bahwa unt acara reuni GC ini Kaloka telah membuat sendiri kaos biru tua dgn kraag dan simbol TLDJog70. Dibuat dalam 4 hari. Aku bertepuk tangan keras diikuti teman2. Kuingat dulu untuk reuni di Wonosari, bersama Hajar dan Hardono kubuat kaos dalam 2 minggu, isih nganggo pisuh2an barang. Oalah, gombal kok Hajar ki. Tur diregani seket ewu. Untuk kaos ini Kaloka tak meminta bayaran, dibagi gratis. Tepuk tangan mbata rubuh kedua kali.
Lalu HB mengambilkan kaos yg berukuran XL untku, dan Kaloka berjongkok, memilih-milih ukuran, dan mengulungkan sendiri kaos2 itu ke teman2 yg berdiri berebut. Melihat Kaloka yg seperti itu aku amat terharu, mataku sempat berkaca-kaca, ah cengeng amat aku ini.
Tapi kulihat Kaloka amat bangga memberikan dgn penuh kasih kaos bikinannya sendiri pada teman-teman semasa SMA yang sangat disayanginya. Lho, nek ra terharu ya bangeten ta. Marsito, dokter ahli anastesi yg anteng dari mbantul itu kulihat juga terharu melihat Kaloka. Jumhan dan Japong sibuk memotret adegan mbagi kaos ini.
Acara malam pertama ditutup jam 11.00 malm. Semua turun ke kamar yg sudah di bagi2, empat org satu kamar. Aku mengira akan sekamar dgn teman2 dari Jogya. Rupanya panitia cukup bijak untuk membagi tidak berdasar tempat tinggal. Tapi mataku tiba2 mendelik. Di pintu kamar tertulis nama Dadang di atas namaku. Edan, apa2an ini? Emangnya aku harus mendiagnosis Dadang dan sekaligus menterapinya dalam dua mlm ini?
Dan benar juga. Baru ku masuk kamar, Dadang sudah duduk di tempat tidur, aku berdiri bersandar ke dinding. Baru satu or dua pertanyaan dariku Dadang sudah nggronrol wutah mengungkapkan konflik-konflik dlm perjalanan hidupnya. Aku terkejut. Aneka ragam gejala kejiwaan muncul darinya. Herbud sudah ngglintung tidur disamping Dadang, dan Arif tidur di tempat tidur yg lain. Ternyata Arif Djoko Budiono cuma pura-pura tidur. Telinganya terbuka lebar2 mendengarkan percakapan kami. Ya, percakapan protokol psikiatri yg layak didengarkan oleh semua calon psikiater.
Kami bergeser keluar. Ke beranda kamar kami yg menghadap ke pantai. Debur ombak mengiringi percakapanku dengan Dadang. Di beranda ini ada tiga kursi kayu dan meja kecil menghadap ke laut. Tepat untuk minum kopi sambil merokok menikmati pantai. Pengalaman hidup dadang bagai ombak yg berdebur tiada henti. Ia pernah dipondokkan ke RSJ swasta Puri Nirmala Jogya karena marah dan mengamuk. Ketidakcocokan dengan orangtuanya, dengan teman2 sekantor. Kecurigaan2nya bahwa surat dari Puri itu menghambat kariernya. Ketidakcocokan dengan cara beragama yg hanya mengandalkan ibadah. Hal-hal yg menekannya karena pola pikirnya sendiri yg selalu tidak cocok dengan lingkungan.
Hal-hal biasa, seperti beradu pantat dgn Linda Ismail di bis menuju Gunungkidul dulu diyakininya berkaitan dgn mobilnya yg ketabrak dari belakang sekarang. Dan lain-lain lagi. Sudah berapa simtom kudapat? Cara bicaranya yg meloncat, kadang samoai inkoheren. Jelas aku tak sampai hati mendiagnose sahabatku sejak di SD Taman Siswa ini. Tapi sudah muncul tiga jenis obat berikut dosisnya dibenakku. Aku sangat ingin mengobati Dadang tapi bagaimana caranya?
Berbagai peristiwa yg kualami, emosi yg bergolak krn kegembiraan, jelas tak kan bisa membuatku tertidur. Maka kutelan alprazolam merek Zipras 0,5 mg dan langsung tergolek disamping Herbud yg tubuhnya mulus seperti perempuan. Dadang merebahkan dirinya disamping Arief. Terlentang menerawang ke langit-langit. Entah dia bisa tidur apa tidak malam ini.
Salam hangat,
IW, juni 2010
FROM GREEN CANYON WITH LOVE (Lanjutan)
Matahari kuyakin belum terbit ketika kudengar teman-teman mulai usrek di dalam maupun di luar kamar. Ya, aku ingat acara seperti diumumkan HB semalam. Melihat “sunrise di pangandaran” bersama. Tapi mataku masih terlalu berat gara-gara tidur jam2.00. Lagi pula bukankah langit mendung? Biarlah, andai harus memotret “sunrise” pasti Japong telah memotretnya.
Kulanjutkan tidur. Sampai kudengar rebut-ribut, rupanya suara Muchtar membangunkan teman2. Dadang mulai mandi, sedang Herbud dan Arief telah rapi keluar kamar. Kesempatanku menunggu sambil duduk-duduk di beranda kamar yang menghadap ke laut dan pasar, nyruput kopi sisa semalam dan menyedot gudang garam. Sebuah kenikmatan tiada tara yang tak bisa ditandingi oleh sarapan pagi hotel.
Tiba-tiba si Prof Demang masuk dan mengatakan semua sudah siap-siap, maka kugedor kamar mandi dan Dadangpun keluar. Aku mandi dan berpakaian cepat2 dan keluar dengan menyambar tas kamera. Aku ketinggalan foto bersama di depan hotel dengan semua berseragam kaos “laut biru” hadiah Kaloka. Ini sangat kusesali kemudian. Kemudian semua naik bis yg berwarna biru juga dan akupun meloncat naik tanpa kober sarapan.
Di bis aku duduk dipaling belakang bersama Jumhan dan Japong. Bis melaju pelan sepanjang pantai dan HB berdiri didepan dengan “mike” menjelaskan pemandangan kiri kanan jalan persis seperti “guide” panggilan dari Sosrowijayan Jogya. Tapi penjelasan HB sangat mendetil, sampai ke route2 bis, pemekaran wilayah, berubahnya batas2 kecamatan, sehingga teman2 menduga pasti si HB itu kemarin ikut mencalonkan Pilkada. Marsito yg pendiam malah nyeletuk kalau saham HB di daerah wisata ini lebih dari 70%. Wah, gila.
Dalam perjalanan di bis inilah aku sempat mengamati teman2ku satu demi satu. Si Jumhan, Japong, Hary Suryanto, Kaloka, Marsito, apa yang berubah dari teman2ku ini. Hampir2 tak ada. Demikian pula teman-teman yang lain, tak banyak berubah. Sehingga rasanya aku seperti satu bis dengan teman2ku SMA Teladan klas 1 dlm tour wisata sekolah.
Jumhan itu dengan bentuk kepalanya yang persegi, pundaknya yang bidang, dan cara berjalannya, masih Jumhan yang dulu. Ia dulu kukenal pendiam, agak serius, dan penuh perhatian padaku. Ia menyarankan aku mulai memikirkan klinik mental health sendiri untuk masa pensiunku nanti. Sedang ia sekarang mendirikan biro konsultan bangunan besar. Bandara Adisucipto Jogya adalah proyeknya yg nantinya akan dibuat 4x lebih besar. Wuah, hebat temanku ini. Sebagai insinyur, jelas kemampuan “IT”nya tinggi dan Jumhan mengajarkanku bagaimana mengirim foto-foto dgn blackbary dll.
Japong dengan tubuhnya yang kecil tetap “kiyeng” dengan otot-otot menonjol. Ia olahragawan sejati sampai tua. Diam-diam aku sangat iri dengan kekuatan dan kelincahan tubuhnya. Manusia macam gini apa mungkin bisa sakit? Sedang aku yang dokter ahli malah harus dipasang satu “ring” di pembuluh jantungku. Japong selalu bergerak dengan tas melingkar didadanya yg berisi handycam, kamera, dan Hp-Hp serep untuk memotret. Ia rajin memotret dan menyuting semua gerak teman-teman yg dicintainya.
Untuk artistik jepretan foto, aku sebagai mantan anggauta senior Club Foto HISFA Jogya tak mungkin dikalahkan Japong, tapi apalah artinya ketrampilanku itu bila tak diimbangi kemampuan “IT” tinggi seperti yang dimiliki temanku itu? Japong, dengan teknologi komputer, bisa mengedit foto, membikin foto gelap jadi terang, menajamkan, latar belakang terang digelapkan, mentrnfer foto, menyusun foto dlm satu cerita diedit dlm CD diseling film-film shootingannya diiringi lagu-lagu rock kuno atau seruling sunda. Wah,wah, tobat,tobat. Wis,wis, trima kalah aku.
Lalu Marsito. Temanku asal mBantul yang pendiam ini terkenal pandai, di SMA maupun dikedokteran. Ia tak berubah, Cuma sekarang pakai kacamata. Setelah lulus kedokteran tak kedenganaran beritanya. Maklum, aku bekerja di jajaran Depkes. Ternyata Marsito ke Wamil, lalu spesialisasi anastesi di Jakarta. Sekarang ia sudah keluar dari Wamil, kerja di RS Pertamina dan disekolahkan lagi oleh Pertamina ke subspesialisasi. Ya, dokter pandai dan subspesialisasi pula macam Marsito tentu tak kenal pensiun karena pasti akan dimanfaatkan terus oleh Pertamina. Ia dalam tour GC ini didampingi istrinya, dan entah kenapa aku selalu “jumbuh” dengan istrinya Herbud. Mungkin karena hampir sama tingginya. Pethuk tenan kok aku ki.
Dan kemudian si Emel, Muchtar. Ia jelas lebih gemuk, nampak putih, dengan kumis Antasarinya. Mriyayeni tenan sekarang. Tapi suara braokannya masih sama, memerintah atau meledek orang. Bedanya, dulu ia tak begitu berpengaruh dalam pergaulan, karena hanya braokan meledek cewek-cewek, atau teman serius macam Suwarjono, dan guru-guru yang nganyelke. Tapi sekarang ia nampak “berkuasa” dan berwibawa. Teman-teman kulihat manut dan “berserah diri” padanya.
Kukira ini karena kepribadian Muchtar yg berubah total di usia tua. Tanpa keseriusan, keuletan, hubungan interpersonal yang baik, dan rasa tanggungjawab yang besar, tak mungkin ia jadi pejabat tinggi di Depnaker. Sikap di lingkungan kerjanya ini rupanya berpengaruh pada kehidupan paguyuban TldJog70. Pendapat Emel bahkan bisa mempengaruhi HB si tuan rumah dan sang ketua Prof Demang, selain semua teman di Jakarta . Ia cocok jadi bos sindikat Mafia. Dan Dadang, ketika kutanya kok mau-maunya ikut ke Pangandaran, siapa yang mengajakmu. Ia menjawab pendek : “Muchtar!”. Wuah, edan.
“Nah teman-teman, inilah Sungai Cijulang, yang masuk ke Green Canyon!”, suara HB mengagetkan kami yg asyik berbincang. Tak terasa bis sudah menyusuri tepi GC. Kulihat permukaan air sungai itu naik tinggi karena hujan berturut-turut sepanjang hari. Warna air sungai yang bisasnya kehijauan menjadi kecoklatan dan arus tengahnya cukup deras untuk menggulingkan perahu pelancong.
Menurut HB, Green Canyon ini ditemukan oleh seorang geolog Prancis th 1845, semula hanya turis-turis barat saja yang adventurer kesini. Pada 1970an baru terkenal bagi orang-orang Indonesia sendiri. Toh anak-anak Teladan spt kita ini baru mendengarnya setelah tua-tua ini. Yang memikat dari GC ini adalah sungai lebar panjang yang berkelok-kelok dengan tebing kiri kanan dinding batu kuno berlapis-lapis dan hutan belukar liar tanpa penduduk sehingga menaiki perahu di sungai ini seperti di Amazon atau sungai-sungai di Kalimantan. Atau bagiku, dengan imajinasi spt film Indiana Jones Steven Spielberg atau Apolaypse Now dgn Marthin Seen dan Marlon Brando, Cuma yg ini di Vietnam .
Tebing batu kuno di kiri kanan Sungai Cijulang ini semakin lama semakin tinggi sampai pada suatu tempat diujung sana menjulang tinggi dan melengkung di atas menutrup langit. Dari atas selalu jatuh serpih-serpih titik air yg hamper merusakkan lensa Nikorku yg kupakai memotret menengadah. Perahu-perahu para pelancong berhenti menumpuk pada batu-batu karang mencuat di bawahnya dan penumpangnya pada turun untuk mencebur ke sungai atau sekedar berdiri foto-fotoan.
Dari jauh tebing tinggi melengkung itu nampak seperti mulut jiu raksasa yang menganga gelap dengan taring-taring batu runcing yang siap menelan semua perahu pelancong. Semua teman2 berfoto ria di GC ini sehingga Japong dan Jumhan sangat sibuk dengan hanycam maupun kameranya mengabadikan. Malam nanti shutingan ini akan ditayangkan di pesta dansa di hotel..
Dari GC bis kami ke barat ke Batu Karas, selekuk pantai yang rindang. Tempat ini penuh dengan bis-bis wisata, dan laskar TLD70 mengambil tempat di dua pohon besar yang rindang, menggelar tikar dan membuka makanan. Tentu tak lupa disinipin kami foto-fotoan, lebih banyak close-up berkelompok. Disini kembali aku memperhatikan teman-temanku tercinta ini.
Untuk ibu-ibu, jelas mereka tambah gemuk disbanding waktu gadis dulu. Ini alamiah, biologis, hormonal bagi wanita2 yg sudah melahirkan. Tapi teman2ku putri ini kulihat kegemukannya tak seberapat, rata-rata sintal, moleg, padat, mungkin karena suka berolahraga, jalan kaki atau dancegroup. Seperti Dewi, Asti, Retno, Ipoeng, Nanik, Ninik, Rimadewi, Nyonya Herbud, Nyonya Marsito, Muslichah, dll. Alangkah sehat dan mudanya teman2ku cewek ini, pasti aku lupa kalau mereka semua sudah beranak rata-rata tiga dan hampir mantu semua. Wah, belum lagi ditambah Yang Ti Surya yg semakin tua semakin genit dan langsing itu. Ingin rasanya aku men-towel pinggang teman2 putriku ini semua karena dulu wakti di Teladan aku mendekatpun nggak berani, hehehe.
Dari Batu Karas, HB membawa bis kami ke Batu Hiu. Ini sebuah pantai juga dengan seonggok batu mirip Hiu mendongak yg muncul di permukaan laut agak ke tepi pantai, terpisah laut dalam. Kami berfoto bersama disini karena tempatnya ada padang rumpu yg lapang dengan pagar2 batu putih. Foto foto bersama ini mungkin yg paling lengkap dan akan kukirim di mailist semua melengkapi jepretan2 Japong. Haryadi yg nampak mesra dgn istri mudanya tak luput dari bidikan kameraku.
Dan Rima, yg duduk menyendiri di unda2an tanah atas, duduk di bangku batu putih, dibawah sebatang pohon, pagar putih, menghadap laut, wah. Kujepret dia dgn lima tembakan sekaligus kamera Panasonik lensa Leica ku. Di sebelah kiriku Japong tak kalah cepat membidiknya dgn beberapa jepretan.
Sewaktu naik tangga batu melingkar menuju puncak Batu Hiu tadi, aku tertinggal di belakang. Asti tiba-tiba mendampingiku, berjalan santai sambil ngobrol. Tiba-tiba dari kejauhan atas sana HB dan Marsito berlari-lari turun. Nu, kau taka pa-apa Nu? Tanya mereka. Asti yg jawab : “Ra papa, aku sudah mengawasinya. Aku kan sudah pengalaman ber tahun2 mendampingi orang kaya Inu ini”,. Ah, ya. Kami tertawa bersama-sama.
Asti pasti sudah merasakan bagaimana harus mendampingi dan menjaga Sakti Hutomo, suaminya. Ia sama-sama sudah dipasang “ring”. Ayah Momok dan ayahku bersahabat sejak muda. Sama-sama guru SMA Institut Indonesia . Kedua bapak almarhum itu pasti dulu tak pernah bermimpi kalau kedua anak lelakinya akan jadi dokter ahli yg kondang di kota masing2. Ayahku perokok berat dan mungkin ayah Momok juga.
Diam-diam aku amat terharu dgn perhatian teman2ku tiga dokter ahli ini. Apakah teman2ku sekerja di RS akan seperti ini pula padaku? Bah. Tidak. Mereka sibuk dgn pasien2nya sendiri, bahkan tak tahu aku masuk ICCU. Inilah bedanya teman2 dalam pekerjaan dengan teman2 masa remaja di SMA.
Tak usah kuceritakan bagaimana susah payahnya istriku mendorongku masuk ke ICCU. Bahkan masuk ICCU inipun aku masih bisa menyembunyikan 5 bungkus rokok berikut koreknya di saku2 celana pendekku yg akhirnya ketahuan perawat dan bikin geger ICCU. Bagaimana tegang dan senam jantungnya istri ketika harus melihat ke layer mengamati kardiolog memasukkan kawat tebal ke pembuluh pergelangan tanganku yg merambat terus sampai menembus ke jantung yg ber gerak2 liar, hanya Asti yg tahu.
Istri HB dan ketiga anak perempuannya menggelar tikar di rerumputan Batu Hiu. Doos-doos makan siang berikut rantang dan minuman aqua dikeluarkan. Makan siang disini sambil memandang laut adalah rencana HB. Muchtar sudah teriak2 sambil ketawa2 mencubiti Retno yg menggemaskan. Tapi kojur. Hujan rintik-rintik turun seperti air mata Hiu besar yang kehilangan anaknya. Kamipun menggulung tikar-tkar itu lagi dan berlari-lari masuk ke bis.
Hujan makin lama makin deras sehingga tak ada kemungkinan lain kecuali kembali ke hotel. Makan di beranda kamar masing2 atau di loby sambil ngobrol. Kupandangi langit mendung gelap dgn hujan di luar. Rencanaku semula adalah “menodong” HB untuk mengajak rombongan naik perahu di pantai Pangandaran menuju pasir putih, lalu berjalan masuk hutan cagar alam, ke goa-goa Jepang, goa stalagmite, goa nenek lampir, melihat batu-batu bekas candi, flying fox, tentu asyik sekali bersama teman-teman ini. Tapi apa daya hujan tiada henti. Akhirnya kami cuma mengobrol saja sambil bergolek-golek di tempat tidur.
Tapi bukankah ngobrol sepuas-puasnya dgn teman2 SMA inilah yg kami impi2kan? Apalah artinya keindahan alam dibanding ini? Besok lagi toh kita bisa datang lagi kalau memang kepingin. Akhirnya, dasar balung tuwo, kecapaian merambati tubuh-tubuh kami dan kamipun segera terlelap sejenak. Menunggu malam tiba dimana HB akan mengajak kami semua makan di rumah makan Haji Solichah yang berlanjut pesta nyanyi dan dansa di lantai dua hotel Laut Biru.
IW, 14 juni 2010
Kira2 awal April aku dapat telp ke Hpku, katanya dari Asti . Hah, Asti , Asti siapa, Prasti? tanyaku heran. Ia jawab jengkel, Hiya, he, apa kau punya teman bernama Asti selain aku, Nu? Nah, ketahuan aslinya. Benar2 Asti PSP, si Ni Woro Ciblon, kata Hihit. Ya; Asti didorong Emel untk menilponku, krn Muchtar sendiri me sms aku tak kubalas. Asti memintaku dgn tegas untuk ikut, supaya teman2 Jogya juga pada ikut.
Ya, aku memang tak bisa memberi ketegasan pada Edmart untuk ikut. Aku sedang tugas di Unit Gaduh Gelisah bulan ini, kalau hari kecepit Sabtu itu nggak masuk dan nggak nyetroomi pasien, nek da ngamuk piye krn teman2 pasti nggak ada yg mau gantikan. Tapi permintaan Asti benar2 menohok jantungku. Jadi kutegaskan, aku harus ikut. Demi keutuhan Lasykar TLDJog70.
Istriku, adik kelasnya Asti 3 th, berpendapat lain. Aku harus ikut untuk kesehatan jiwaku. Wuah, apa aku dianggapnya sudah sinting dan ia sdh bosen merawatku? Katanya, seperti waktu di Joglo Samiaji Wnsr dulu, aku akan pulang dengan ketawa-ketawa ceria dan wajah bersinar-sinar. Ini kesempatan langka yg tak bisa kudapat di kesempatan lain. Segala keluh dan beban di kantor akan hilang setiap kali aku pulang reuni dgn teman2 TLD70 edan kabeh itu.
Tapi istriku mengharuskan aku untuk membawa Sobirin berikut nanggung segala biayanya. Malam itu juga kugedor warung sate Sob yg sudah tutup. Tapi Sob benar2 tak bisa ikut. Jumat pagi ia menyambut 150 0rg suatu klub Sepeda dari Jakarta . Sabtu pagi harus mengawal mereka, yg rata2 masih pemula, naik ke Pakem ke rumah Mbah Marijan, lalu ke timur lewat jalan2 berbahaya ke Prambanan. Harus dikawal 50 org pesepeda senior klub nya Sob. Ya, kutahu ini eksistensi, sekaligus aktualisasi diri Sobirin. Maka aku merelakannya. Kalau tidak, Jumat siang kuseret dia untuk ikut.
Jadilah Jumat siang sehabis jumatan ( krn Edmart harus khotbah dulu di Masjid Karangwaru) kami berkumpul di rumah Edmart. Jendro, Haryadi dengan istri mudanya (bojone ya ming siji kuwi), dan Surya yg memberi bekal untuk di jalan. Nampak sekali betapa gelonya Surya tak bisa ikut acara yg di nanti2 ini. Jadwalnya ke Wina bergeser. Esok pagi ia sudah harus ke Vienna . Ia Vice President WHO untuk urusan Obat.
Diam-diam aku sangat iri. Ia seperti punya kehidupan kedua di Vienna , tempat kelahiran dan berkarya Sigmund Freud, bapak psikoanalisa dunia. Pujaanku sekaligus idolaku, yg selalu kusitir teori2nya di Konggres Nasional. Aku sampai dipanggil "the Freud from Jogya" oleh teman2ku kalangan psikiatri, padahal aku belum pernah menjejakkan kaki barang sehari di museumnya di Vienna .
Akhirnya jam dua kurang seprempat kami berangkat. Mobil Travel L300 Fak Pertanian UGM benar2 bisa diandalkan. Banter, nyaman, ber AC dingin dengan sopir Pertanian jam terbang tinggi. Baru beberapa saat HB sudah menelpon, sampai dimana. Selanjutnya aku yang menelpon dan ia menelpon bergantian ke Edmart. Hm, tuan rumah beserta keluarga yg sangat mencemaskan tamu2nya yg gendheng. Gerimis mulai menyiram seakan air pemandian bidadari jatuh di senja hari menetes ke bumi. Kami berhenti di masjid, kemudia di rumah makan karena perut mulai lapar meski di jalan bekal makan dari Nanik Haryadi n Surya cukup banyak.
Jam 07.30 mlm aku menelpon HB, ternyata rombongan dari Jkt belum datang juga, selain Yu Nanik yg sudah masuk Pangandaran. Yu Nanik yg mana? yg boss catering atau yg ngepit dgnku dulu dari Semaki Gede? Ah, ayem, dari Jkt ternyata lambat juga. Akhirnya jam9.00 mlm kami masuk Pangandaran dan kami salah menginterpretasi petunjuk HB.
Kami kebablasen ke barat ke sasar ke gedung hantu. Lalu balik ke timur, menyusur pantai sambil mendelik mencari Hotel Laut Biru dgn komando HB. Akhirnya sampai juga, disambut HB dgn istri, dan Kaloka. Wah panitia penyambutan Jabar. Lalu segera naik ke atas ke lantai dua dan disambut teman2 rombongan ML. Peluk cium hangat, tawa2 gembira, lalu makan hidangan lezat tuan rumah.
Lalu digiring ke ruang sebelah. Nah ruang cukup luas, berkarpet hijau, tanpa perabot kecuali kursi2 ditepi yg disusun setengah lingkaran. Dan di ujung kiri tepi meja-meja kecil tempat nyamikan, empek2, kacang godhok, pisang godog, coca cola, fanta merah, dan entah apa lagi. Sebuah orgen canggih di sudut depan.
Tepat spt dugaanku. Inilah gaya HB. Baginya alam indah Pangandaran, Green Canyon, Cagar Alam dengan pasir putih dgn goa-goa Jepang dan stalagtit-stalagmit , peninggalan2 purba, tidak penting.
Yang penting adalah ruang luas kosong dengan orgen tunggal dan soundsystem bagus untuk menyanyi dan menari. Suatu hal yg tak kusukai. Dan ia akan main orgen sendiri, lalu menyanyi lagu-lagu barat kesukaanya. Mungkin ia bayangkan Linda Agustin akan hadir juga. Benar-benar gila juga temanku yg ahli kandungan ini.
Asti, Retno, dan Dewi sudah mandi malam itu dan berdandan cantik. Semua memakai celana panjang ketat spt mahasiswa2 FK yg praktek di RSJ. Apa mereka sudah akan menari malam ini, sementara kami semua belum mandi? Acara dimulai dgn sambutan HB selaku tuan rumah, dilanjut Ki Demang Edmart. Profesor anggauta Senat Guru Besar UGM ini menyambut dengan cengingas cengingis. Jelas hanya disini ia bisa menyambut kayak pasienku macam itu, di Senat UGM sana ia tersenyum pun tak bisa, dan wajah harus diangker-angkerkan. Angker bir apa angker burung. Wah.
Ed menjelaskan tentang berbagai pemikiran tentang paguyuban kita, ide-ide mendatang, permintaan para alumni guru Pamantu, kegiatan2 sekolah kita, ide anak2 Teladan sekarang, dll. Lalu permintaan padaku memberi laporan tentang Aminul. Kemudian acara untuk besuk pagi yg padat sampai maghrib dengan makan malam di luar dijelaskan HB.
Dijelaskan pula bahwa unt acara reuni GC ini Kaloka telah membuat sendiri kaos biru tua dgn kraag dan simbol TLDJog70. Dibuat dalam 4 hari. Aku bertepuk tangan keras diikuti teman2. Kuingat dulu untuk reuni di Wonosari, bersama Hajar dan Hardono kubuat kaos dalam 2 minggu, isih nganggo pisuh2an barang. Oalah, gombal kok Hajar ki. Tur diregani seket ewu. Untuk kaos ini Kaloka tak meminta bayaran, dibagi gratis. Tepuk tangan mbata rubuh kedua kali.
Lalu HB mengambilkan kaos yg berukuran XL untku, dan Kaloka berjongkok, memilih-milih ukuran, dan mengulungkan sendiri kaos2 itu ke teman2 yg berdiri berebut. Melihat Kaloka yg seperti itu aku amat terharu, mataku sempat berkaca-kaca, ah cengeng amat aku ini.
Tapi kulihat Kaloka amat bangga memberikan dgn penuh kasih kaos bikinannya sendiri pada teman-teman semasa SMA yang sangat disayanginya. Lho, nek ra terharu ya bangeten ta. Marsito, dokter ahli anastesi yg anteng dari mbantul itu kulihat juga terharu melihat Kaloka. Jumhan dan Japong sibuk memotret adegan mbagi kaos ini.
Acara malam pertama ditutup jam 11.00 malm. Semua turun ke kamar yg sudah di bagi2, empat org satu kamar. Aku mengira akan sekamar dgn teman2 dari Jogya. Rupanya panitia cukup bijak untuk membagi tidak berdasar tempat tinggal. Tapi mataku tiba2 mendelik. Di pintu kamar tertulis nama Dadang di atas namaku. Edan, apa2an ini? Emangnya aku harus mendiagnosis Dadang dan sekaligus menterapinya dalam dua mlm ini?
Dan benar juga. Baru ku masuk kamar, Dadang sudah duduk di tempat tidur, aku berdiri bersandar ke dinding. Baru satu or dua pertanyaan dariku Dadang sudah nggronrol wutah mengungkapkan konflik-konflik dlm perjalanan hidupnya. Aku terkejut. Aneka ragam gejala kejiwaan muncul darinya. Herbud sudah ngglintung tidur disamping Dadang, dan Arif tidur di tempat tidur yg lain. Ternyata Arif Djoko Budiono cuma pura-pura tidur. Telinganya terbuka lebar2 mendengarkan percakapan kami. Ya, percakapan protokol psikiatri yg layak didengarkan oleh semua calon psikiater.
Kami bergeser keluar. Ke beranda kamar kami yg menghadap ke pantai. Debur ombak mengiringi percakapanku dengan Dadang. Di beranda ini ada tiga kursi kayu dan meja kecil menghadap ke laut. Tepat untuk minum kopi sambil merokok menikmati pantai. Pengalaman hidup dadang bagai ombak yg berdebur tiada henti. Ia pernah dipondokkan ke RSJ swasta Puri Nirmala Jogya karena marah dan mengamuk. Ketidakcocokan dengan orangtuanya, dengan teman2 sekantor. Kecurigaan2nya bahwa surat dari Puri itu menghambat kariernya. Ketidakcocokan dengan cara beragama yg hanya mengandalkan ibadah. Hal-hal yg menekannya karena pola pikirnya sendiri yg selalu tidak cocok dengan lingkungan.
Hal-hal biasa, seperti beradu pantat dgn Linda Ismail di bis menuju Gunungkidul dulu diyakininya berkaitan dgn mobilnya yg ketabrak dari belakang sekarang. Dan lain-lain lagi. Sudah berapa simtom kudapat? Cara bicaranya yg meloncat, kadang samoai inkoheren. Jelas aku tak sampai hati mendiagnose sahabatku sejak di SD Taman Siswa ini. Tapi sudah muncul tiga jenis obat berikut dosisnya dibenakku. Aku sangat ingin mengobati Dadang tapi bagaimana caranya?
Berbagai peristiwa yg kualami, emosi yg bergolak krn kegembiraan, jelas tak kan bisa membuatku tertidur. Maka kutelan alprazolam merek Zipras 0,5 mg dan langsung tergolek disamping Herbud yg tubuhnya mulus seperti perempuan. Dadang merebahkan dirinya disamping Arief. Terlentang menerawang ke langit-langit. Entah dia bisa tidur apa tidak malam ini.
Salam hangat,
IW, juni 2010
FROM GREEN CANYON WITH LOVE (Lanjutan)
Matahari kuyakin belum terbit ketika kudengar teman-teman mulai usrek di dalam maupun di luar kamar. Ya, aku ingat acara seperti diumumkan HB semalam. Melihat “sunrise di pangandaran” bersama. Tapi mataku masih terlalu berat gara-gara tidur jam2.00. Lagi pula bukankah langit mendung? Biarlah, andai harus memotret “sunrise” pasti Japong telah memotretnya.
Kulanjutkan tidur. Sampai kudengar rebut-ribut, rupanya suara Muchtar membangunkan teman2. Dadang mulai mandi, sedang Herbud dan Arief telah rapi keluar kamar. Kesempatanku menunggu sambil duduk-duduk di beranda kamar yang menghadap ke laut dan pasar, nyruput kopi sisa semalam dan menyedot gudang garam. Sebuah kenikmatan tiada tara yang tak bisa ditandingi oleh sarapan pagi hotel.
Tiba-tiba si Prof Demang masuk dan mengatakan semua sudah siap-siap, maka kugedor kamar mandi dan Dadangpun keluar. Aku mandi dan berpakaian cepat2 dan keluar dengan menyambar tas kamera. Aku ketinggalan foto bersama di depan hotel dengan semua berseragam kaos “laut biru” hadiah Kaloka. Ini sangat kusesali kemudian. Kemudian semua naik bis yg berwarna biru juga dan akupun meloncat naik tanpa kober sarapan.
Di bis aku duduk dipaling belakang bersama Jumhan dan Japong. Bis melaju pelan sepanjang pantai dan HB berdiri didepan dengan “mike” menjelaskan pemandangan kiri kanan jalan persis seperti “guide” panggilan dari Sosrowijayan Jogya. Tapi penjelasan HB sangat mendetil, sampai ke route2 bis, pemekaran wilayah, berubahnya batas2 kecamatan, sehingga teman2 menduga pasti si HB itu kemarin ikut mencalonkan Pilkada. Marsito yg pendiam malah nyeletuk kalau saham HB di daerah wisata ini lebih dari 70%. Wah, gila.
Dalam perjalanan di bis inilah aku sempat mengamati teman2ku satu demi satu. Si Jumhan, Japong, Hary Suryanto, Kaloka, Marsito, apa yang berubah dari teman2ku ini. Hampir2 tak ada. Demikian pula teman-teman yang lain, tak banyak berubah. Sehingga rasanya aku seperti satu bis dengan teman2ku SMA Teladan klas 1 dlm tour wisata sekolah.
Jumhan itu dengan bentuk kepalanya yang persegi, pundaknya yang bidang, dan cara berjalannya, masih Jumhan yang dulu. Ia dulu kukenal pendiam, agak serius, dan penuh perhatian padaku. Ia menyarankan aku mulai memikirkan klinik mental health sendiri untuk masa pensiunku nanti. Sedang ia sekarang mendirikan biro konsultan bangunan besar. Bandara Adisucipto Jogya adalah proyeknya yg nantinya akan dibuat 4x lebih besar. Wuah, hebat temanku ini. Sebagai insinyur, jelas kemampuan “IT”nya tinggi dan Jumhan mengajarkanku bagaimana mengirim foto-foto dgn blackbary dll.
Japong dengan tubuhnya yang kecil tetap “kiyeng” dengan otot-otot menonjol. Ia olahragawan sejati sampai tua. Diam-diam aku sangat iri dengan kekuatan dan kelincahan tubuhnya. Manusia macam gini apa mungkin bisa sakit? Sedang aku yang dokter ahli malah harus dipasang satu “ring” di pembuluh jantungku. Japong selalu bergerak dengan tas melingkar didadanya yg berisi handycam, kamera, dan Hp-Hp serep untuk memotret. Ia rajin memotret dan menyuting semua gerak teman-teman yg dicintainya.
Untuk artistik jepretan foto, aku sebagai mantan anggauta senior Club Foto HISFA Jogya tak mungkin dikalahkan Japong, tapi apalah artinya ketrampilanku itu bila tak diimbangi kemampuan “IT” tinggi seperti yang dimiliki temanku itu? Japong, dengan teknologi komputer, bisa mengedit foto, membikin foto gelap jadi terang, menajamkan, latar belakang terang digelapkan, mentrnfer foto, menyusun foto dlm satu cerita diedit dlm CD diseling film-film shootingannya diiringi lagu-lagu rock kuno atau seruling sunda. Wah,wah, tobat,tobat. Wis,wis, trima kalah aku.
Lalu Marsito. Temanku asal mBantul yang pendiam ini terkenal pandai, di SMA maupun dikedokteran. Ia tak berubah, Cuma sekarang pakai kacamata. Setelah lulus kedokteran tak kedenganaran beritanya. Maklum, aku bekerja di jajaran Depkes. Ternyata Marsito ke Wamil, lalu spesialisasi anastesi di Jakarta. Sekarang ia sudah keluar dari Wamil, kerja di RS Pertamina dan disekolahkan lagi oleh Pertamina ke subspesialisasi. Ya, dokter pandai dan subspesialisasi pula macam Marsito tentu tak kenal pensiun karena pasti akan dimanfaatkan terus oleh Pertamina. Ia dalam tour GC ini didampingi istrinya, dan entah kenapa aku selalu “jumbuh” dengan istrinya Herbud. Mungkin karena hampir sama tingginya. Pethuk tenan kok aku ki.
Dan kemudian si Emel, Muchtar. Ia jelas lebih gemuk, nampak putih, dengan kumis Antasarinya. Mriyayeni tenan sekarang. Tapi suara braokannya masih sama, memerintah atau meledek orang. Bedanya, dulu ia tak begitu berpengaruh dalam pergaulan, karena hanya braokan meledek cewek-cewek, atau teman serius macam Suwarjono, dan guru-guru yang nganyelke. Tapi sekarang ia nampak “berkuasa” dan berwibawa. Teman-teman kulihat manut dan “berserah diri” padanya.
Kukira ini karena kepribadian Muchtar yg berubah total di usia tua. Tanpa keseriusan, keuletan, hubungan interpersonal yang baik, dan rasa tanggungjawab yang besar, tak mungkin ia jadi pejabat tinggi di Depnaker. Sikap di lingkungan kerjanya ini rupanya berpengaruh pada kehidupan paguyuban TldJog70. Pendapat Emel bahkan bisa mempengaruhi HB si tuan rumah dan sang ketua Prof Demang, selain semua teman di Jakarta . Ia cocok jadi bos sindikat Mafia. Dan Dadang, ketika kutanya kok mau-maunya ikut ke Pangandaran, siapa yang mengajakmu. Ia menjawab pendek : “Muchtar!”. Wuah, edan.
“Nah teman-teman, inilah Sungai Cijulang, yang masuk ke Green Canyon!”, suara HB mengagetkan kami yg asyik berbincang. Tak terasa bis sudah menyusuri tepi GC. Kulihat permukaan air sungai itu naik tinggi karena hujan berturut-turut sepanjang hari. Warna air sungai yang bisasnya kehijauan menjadi kecoklatan dan arus tengahnya cukup deras untuk menggulingkan perahu pelancong.
Menurut HB, Green Canyon ini ditemukan oleh seorang geolog Prancis th 1845, semula hanya turis-turis barat saja yang adventurer kesini. Pada 1970an baru terkenal bagi orang-orang Indonesia sendiri. Toh anak-anak Teladan spt kita ini baru mendengarnya setelah tua-tua ini. Yang memikat dari GC ini adalah sungai lebar panjang yang berkelok-kelok dengan tebing kiri kanan dinding batu kuno berlapis-lapis dan hutan belukar liar tanpa penduduk sehingga menaiki perahu di sungai ini seperti di Amazon atau sungai-sungai di Kalimantan. Atau bagiku, dengan imajinasi spt film Indiana Jones Steven Spielberg atau Apolaypse Now dgn Marthin Seen dan Marlon Brando, Cuma yg ini di Vietnam .
Tebing batu kuno di kiri kanan Sungai Cijulang ini semakin lama semakin tinggi sampai pada suatu tempat diujung sana menjulang tinggi dan melengkung di atas menutrup langit. Dari atas selalu jatuh serpih-serpih titik air yg hamper merusakkan lensa Nikorku yg kupakai memotret menengadah. Perahu-perahu para pelancong berhenti menumpuk pada batu-batu karang mencuat di bawahnya dan penumpangnya pada turun untuk mencebur ke sungai atau sekedar berdiri foto-fotoan.
Dari jauh tebing tinggi melengkung itu nampak seperti mulut jiu raksasa yang menganga gelap dengan taring-taring batu runcing yang siap menelan semua perahu pelancong. Semua teman2 berfoto ria di GC ini sehingga Japong dan Jumhan sangat sibuk dengan hanycam maupun kameranya mengabadikan. Malam nanti shutingan ini akan ditayangkan di pesta dansa di hotel..
Dari GC bis kami ke barat ke Batu Karas, selekuk pantai yang rindang. Tempat ini penuh dengan bis-bis wisata, dan laskar TLD70 mengambil tempat di dua pohon besar yang rindang, menggelar tikar dan membuka makanan. Tentu tak lupa disinipin kami foto-fotoan, lebih banyak close-up berkelompok. Disini kembali aku memperhatikan teman-temanku tercinta ini.
Untuk ibu-ibu, jelas mereka tambah gemuk disbanding waktu gadis dulu. Ini alamiah, biologis, hormonal bagi wanita2 yg sudah melahirkan. Tapi teman2ku putri ini kulihat kegemukannya tak seberapat, rata-rata sintal, moleg, padat, mungkin karena suka berolahraga, jalan kaki atau dancegroup. Seperti Dewi, Asti, Retno, Ipoeng, Nanik, Ninik, Rimadewi, Nyonya Herbud, Nyonya Marsito, Muslichah, dll. Alangkah sehat dan mudanya teman2ku cewek ini, pasti aku lupa kalau mereka semua sudah beranak rata-rata tiga dan hampir mantu semua. Wah, belum lagi ditambah Yang Ti Surya yg semakin tua semakin genit dan langsing itu. Ingin rasanya aku men-towel pinggang teman2 putriku ini semua karena dulu wakti di Teladan aku mendekatpun nggak berani, hehehe.
Dari Batu Karas, HB membawa bis kami ke Batu Hiu. Ini sebuah pantai juga dengan seonggok batu mirip Hiu mendongak yg muncul di permukaan laut agak ke tepi pantai, terpisah laut dalam. Kami berfoto bersama disini karena tempatnya ada padang rumpu yg lapang dengan pagar2 batu putih. Foto foto bersama ini mungkin yg paling lengkap dan akan kukirim di mailist semua melengkapi jepretan2 Japong. Haryadi yg nampak mesra dgn istri mudanya tak luput dari bidikan kameraku.
Dan Rima, yg duduk menyendiri di unda2an tanah atas, duduk di bangku batu putih, dibawah sebatang pohon, pagar putih, menghadap laut, wah. Kujepret dia dgn lima tembakan sekaligus kamera Panasonik lensa Leica ku. Di sebelah kiriku Japong tak kalah cepat membidiknya dgn beberapa jepretan.
Sewaktu naik tangga batu melingkar menuju puncak Batu Hiu tadi, aku tertinggal di belakang. Asti tiba-tiba mendampingiku, berjalan santai sambil ngobrol. Tiba-tiba dari kejauhan atas sana HB dan Marsito berlari-lari turun. Nu, kau taka pa-apa Nu? Tanya mereka. Asti yg jawab : “Ra papa, aku sudah mengawasinya. Aku kan sudah pengalaman ber tahun2 mendampingi orang kaya Inu ini”,. Ah, ya. Kami tertawa bersama-sama.
Asti pasti sudah merasakan bagaimana harus mendampingi dan menjaga Sakti Hutomo, suaminya. Ia sama-sama sudah dipasang “ring”. Ayah Momok dan ayahku bersahabat sejak muda. Sama-sama guru SMA Institut Indonesia . Kedua bapak almarhum itu pasti dulu tak pernah bermimpi kalau kedua anak lelakinya akan jadi dokter ahli yg kondang di kota masing2. Ayahku perokok berat dan mungkin ayah Momok juga.
Diam-diam aku amat terharu dgn perhatian teman2ku tiga dokter ahli ini. Apakah teman2ku sekerja di RS akan seperti ini pula padaku? Bah. Tidak. Mereka sibuk dgn pasien2nya sendiri, bahkan tak tahu aku masuk ICCU. Inilah bedanya teman2 dalam pekerjaan dengan teman2 masa remaja di SMA.
Tak usah kuceritakan bagaimana susah payahnya istriku mendorongku masuk ke ICCU. Bahkan masuk ICCU inipun aku masih bisa menyembunyikan 5 bungkus rokok berikut koreknya di saku2 celana pendekku yg akhirnya ketahuan perawat dan bikin geger ICCU. Bagaimana tegang dan senam jantungnya istri ketika harus melihat ke layer mengamati kardiolog memasukkan kawat tebal ke pembuluh pergelangan tanganku yg merambat terus sampai menembus ke jantung yg ber gerak2 liar, hanya Asti yg tahu.
Istri HB dan ketiga anak perempuannya menggelar tikar di rerumputan Batu Hiu. Doos-doos makan siang berikut rantang dan minuman aqua dikeluarkan. Makan siang disini sambil memandang laut adalah rencana HB. Muchtar sudah teriak2 sambil ketawa2 mencubiti Retno yg menggemaskan. Tapi kojur. Hujan rintik-rintik turun seperti air mata Hiu besar yang kehilangan anaknya. Kamipun menggulung tikar-tkar itu lagi dan berlari-lari masuk ke bis.
Hujan makin lama makin deras sehingga tak ada kemungkinan lain kecuali kembali ke hotel. Makan di beranda kamar masing2 atau di loby sambil ngobrol. Kupandangi langit mendung gelap dgn hujan di luar. Rencanaku semula adalah “menodong” HB untuk mengajak rombongan naik perahu di pantai Pangandaran menuju pasir putih, lalu berjalan masuk hutan cagar alam, ke goa-goa Jepang, goa stalagmite, goa nenek lampir, melihat batu-batu bekas candi, flying fox, tentu asyik sekali bersama teman-teman ini. Tapi apa daya hujan tiada henti. Akhirnya kami cuma mengobrol saja sambil bergolek-golek di tempat tidur.
Tapi bukankah ngobrol sepuas-puasnya dgn teman2 SMA inilah yg kami impi2kan? Apalah artinya keindahan alam dibanding ini? Besok lagi toh kita bisa datang lagi kalau memang kepingin. Akhirnya, dasar balung tuwo, kecapaian merambati tubuh-tubuh kami dan kamipun segera terlelap sejenak. Menunggu malam tiba dimana HB akan mengajak kami semua makan di rumah makan Haji Solichah yang berlanjut pesta nyanyi dan dansa di lantai dua hotel Laut Biru.
IW, 14 juni 2010
SERIAL LASKAR TELADAN-70
Inu Wicaksana
PADA SUATU MALAM DI JOGLO SAMIAJI WONOSARI
Jam berdentang pukul 12.00 malam ketika lagu kemesraan sendu membahana dan kami semua bergandengan tangan. Ini atas usul keras Hendra Bharata, lagu yang kupersiapkan untuk penutupan adalah “Should auld…” atau “Tlah tiba saatnya…”, tapi Hendra yang pegang orgen, profesional lagi, jadi aku terpaksa mengalah. Suasana haru dan sendu tentu saja mengalir. Asti berlari menarik Andi yang malu-malu ke depan, demikian pula Surya berlari menarik Gus Bowo yang berdiri termangu di belakang. Tak ada kamera menjepret karena semua ikut menyanyi. Asti mempelopori menyalami semua teman, diikuti yang lain, cipika cipiki seakan tak mau berpisah. Sesudah itu bubaran. Rombongan Jatim keluar hotel untuk memberi tempat rombongan Jakarta.
Sekitar 25 an teman masih duduk-duduk melingkar dipendopo joglo, mengobrol sambil menghabiskan sisa-sisa makanan lezat yang disediakan Bu Pras (ibu Asti), Gus Bowo dan Wahyuningsih. Entah bagaimana koordinasi mereka itu hingga muncul makanan-makanan tradisional kesukaanku sejak di halaman SMA Teladan, makan sore dan malam di joglo Samiaji. Obrolan mengalir ngrasani teman-teman yang datang hari ini, masa dulu dan sekarang, perilaku hebat dari teman-teman yang tampil. Suara Mochtar yang keras selalu menimbulkan gelak tawa, ditimpa suara Didiek, Edmart, Japong, dan lain-lain. “Wah, Suryawati sudah mapan, nih”, kata Mochtar disambut gelak tawa teman-teman. Semua menuduh Mochtar yang menulis komentar untuk Surya tadi. Ia tak menyanggah, meski aku tak yakin benar. “Soalnya dia dulu kan Pramuka, ngepit, matanya lurus ke depan tak noleh kiri kanan, lha sekarang njedhit, kata Mochtar. Kembali semua tertawa geli. Andaikan Mochtar tahu siapa Surya sekarang ia pasti merindhing dan tak berani berkomentar macam itu. Surya sekarang adalah konsultan Drug and Narcotics WHO yang bahkan dipakai PBB, berkantor antara lain di Wina, Austria. Ia lebih banyak di luar negri daripada di Yogya. Surya sangat merahasiakan hal ini dan pasti marah kalau kubuka disini. Tapi biarlah, bukankah Laskar Teladan-70 sudah seperti saudara? Tapi komentar itu memang bagus, humoris, sama seperti komentar untuk Rimadewi. Aku sukar untuk menduga siapa yang menulis. Sangat halus, tapi tepat dan tajam. Sehabis penutupan, kepada Rima, Andi Wisnu senang mengulang kata-kataku bahwa dulu roknya hanya sekilan. Rima mengayunkan tangannya untuk memukulku. Tapi ia pasti terharu padaku. Maklum, di klas satu aku duduk dibangku sebelah kirinya dan Andi di sebelah kanannya jadi kami pasti mengingat hal itu. Aku juga sangat terharu, bahwa Rima yang baru saja datang dan masuk ke halaman Teladan, melihatku langsung berteriak menyebut namaku, padahal dengan teman-teman lain ia tak mengenalnya lagi. Aku juga terbengong-bengong melihat nya, karena tak mungkin aku bisa mengenalinya kembali setelah 38 tahun tak melihatnya.
Zuchron duduk bersandar jauh di belakang, disampingnya Aminul Safrudin, ikut tertawa-tawa. Aminul dulu berkeras tak mau datang, minder, hingga aku nekat akan menjemputnya. Untung ada Zuchron yang menariknya untuk datang, selain Hartana, sahabat karibnya dulu. Aku sedih, benar kata Mochtar kalau sejak dulu aku lalen, bahkan pada Hartana, temanku dokter spesialis mata FK UGM yang sejak dulu sekota, Jogya, aku tak mengenalinya kembali. Ia semakin tua semakin putih wajahnya. Zuchron membeli tiga kaos, kuyakin untuk ditunjukkan pada anak istrinya. Ia tak selesai kuliah di FK UGM, sehingga Laskar Teladan-70 inilah mungkin yang bisa dibanggakannya. Beda dengan Nurudin. Dokter bedah RSUD Muntilan pemilik RS NduaSatu (Nurudin Dua Istri jadi Satu) ini kubentak karena memborong 4 kaos. Lha ini kan untuk anak-anakku Nu, katanya. Ya, dua anaknya memang lulusan SMA Teladan, satu sudah jadi dokter, tapi yang dua lagi, aku wegah bertanya. Tapi kuhargai dia karena kutelpon siang tadi, habis mengerjakan dua operasi langsung merayap naik nyetir sendiri. Diikuti Junaidi, dokter mata RSUD Tidar Magelang yang selalu kulupakan kalau ia Laskar Teladan-70 juga.
Isbaron pamit dulu akan ke Semarang. Diikuti Wahyuningsih sambil membawa tas besar entah apa isinya, bersama pengawalnya yang gagah tegap, Hardono, setelah digarap habis sama teman-teman. Aku lega Hardono achirnya muncul juga malam ini, ia sangat aktif mengumpulkan teman-teman Jogya sejak pertemuan pertama di rumah Harjanti 2006, entah kenapa dia hilang tahun 2009 ini. Nur Fuad dengan wajahnya yang tetap “klasik” di tengah haha-hehe, sedang Dadang Rohendi duduk jauh di sudut pendapa, menyedot cerutunya dengan nikmat, diam dengan sedikit senyum, tapi matanya berkilau melihat teman-teman yang dikasihinya berbicara sambil bertingkah kacau.
Jam menunjukkan pukul 01.15 malam ketika obrolan mulai mengendur, kecapaian. Mata Titik Ratna Sudewi kulihat amat merah, entah karena terlalu banyak menangis haru atau mengantuk. Kami membubarkan diri dan mulai mencari tempat bergolek masing-masing. Obrolan masih berlanjut di beranda di depan kamar-kamar. Petugas hotel hilir mudik membawa kasur-kasur tambahan. Kukeluarkan dua tablet dari tasku yang akan kuminum dengan aqua sisa. Sebuah tablet Tensivas 5mg karena kutahu tensiku pasti naik karena emosi, capai, dan daging kambing bakar luar biasa enak dengan lontong tadi, gara-gara di tarik-tarik Hendra, mumpung tak ada istrimu, katanya. Dan sebuah tablet Zipras(alprazolam) 0,5mg, anxiolitik/anti cemas, karena kuyakin pasti aku tak kan bisa tidur malam ini. Teman-teman melongo melihatku mengeluarkan obat. Ketika kutawarkan obat anti cemas yang bikin ngantuk itu semua menolak, karena mereka semua sudah mengantuk untuk bangun pagi-pagi buat acara ke mBaron. Ya,besok pagi Dewi bikin acara nostalgia ke mBaron. Didiek menghitung lima belas orang, sebuah mobil kijang dari Joglo dan sebuah Stream milikku tak kan cukup untuk orang tua-tua yang gemuk ini, jadi harus tambah menyewa mobil satu. Didiek menyesal tak bisa ikut, demikian pula Edmart karena dapat undangan Wisuda di SMA Teladan, ia mewakili Laskar Teladan-70.
Angin malam meniup pelan menggerakkan ranting dan daun-daunan seakan berbisik-bisik menyuruh tidur manusia-manusia yang masih berisik. Pendopo Joglo telah sepi dengan meja-meja berserak berisi sisa-sisa makanan, buah dan kertas-kertas tissue. Kumatikan rokok Gudang Garamku yang segera kulanjut dengan cerutu pemberian Dadang. Kau mau tidur dimana Ed, tanyaku pada si prof. Ah, banyak tempat, di mushola juga bisa, jawabnya. Aku nggak kebagian kaos Nuk, habis, katanya sambil ngeloyor ke mushola diikuti teman. Ya, Hajar Pamadhi pasti tertawa puas kalau tahu, gampang, bikin lagi, kataku. Dua minggu lalu Hajar keras memintaku untuk mengirim logo THA buat kaos itu lewat e-mail. Butuh waktu seminggu aku bisa menemukan logo itu dan setengah mati mengirimkannya dengan kitir listrik karena aku gaptek. Ternyata akhirnya tak dipakai karena Hajar merancang sendiri bersama Sujendro. Aku puas dengan hasilnya, hitam legam berkerah seperti usulku dan ada yang berukuran 4 L yang pas untuk tubuhku. Yang segera kupakai berfoto rangkulan dengan Mochtar yang akan kupamerkan anak-anakku dan teman-temanku psikiater di RSJ bahwa aku berteman dengan Antasari. Sayang Mochtar ketawa meringis. Antasari tak pernah ketawa, senyumpun tak pernah.
Kusedot cerutu dari Dadang itu dalam-dalam. Mau tak mau aku harus mengakui Edmart itu ketua alias Ki Demang yang benar-benar berjiwa Leader. Ia tak pernah memikirkan dirinya sendiri. Seluruh pikiran dan jiwa raganya adalah untuk kegembiraan 75 teman-teman tercinta yang datang hari ini. Selama sebulan penuh pasti banyak enerji dan pikirannya terhisap untuk persiapan acara dahsyat ini. Bayangkan, seluruh teman-temannya tidur di kasur tempat tidur di kamar hotel yang nyaman, dia sendiri tak kebagian tempat dan cukup senang tidur di mushola. Selamat tidur nyenyak Ed, dan selamat atas kerjamu yang luar biasa.**** (BERSAMBUNG) .
PADA SUATU MALAM
DI JOGLO SAMIAJI WONOSARI
inu wicaksana
Angin malam kembali bertiup menggerakkan dedaunan yg seakan merintih. Suasana mulai sepi. Tak terdengar lagi celoteh teman2ku. Aku masih duduk sendirian di beranda depan kamarku, menyedot cerutu Dadang dengan coca cola sisa yg kucampur aqua. Kembali terbayang suasana sore tadi yg mengejutkan kalbu. Wajah orang2 yang sudah 38 tahun kulupakan tiba2 muncul kembali. Edi Roseno, Zuchron, Hartana, Aminul, Joko M, Linda Ismail, Umi Pur, Retno, Ewik (Dewi), Marsito, Edi Marwoto, Haryadi, Ah prof biologi itu, lupa lagi, Dadang yg sejak datang hanya aku yg ditanyakan tapi tak kukenali lagi, dan lain-lain. Hiruk pikuk. Histeris.
Lalu malam harinya. Seandainya aku, yg sudah menyanggupi sebagai pembawa acara, harus dinilai. Nilaiku tak lebih dari 3. Karena semua acara yg tlah kususun 3 minggu ini. dgn ubarampenya, gagal. Pidato pembukaan birokratis Ki Demang, lalu tiga pasang Capres, Asti dan Hihit dari Jatim, Hendra dan Yatni dari Jabar, Muchtar dan Retno dari Jakarta, Surya dan Suharyadi M dari Yogya, masing2 harus mengisi acara selama 15 menit. Dilanjut pemutaran film hasil shootingku sendiri dua kali reuni syawalan di Yogya, lalu festival foto jadul dan sekarang karya Japong, dilanjut pidato 3 menitan seluruh hadirin, dilanjut spontanitas menyanyi dan menari dan baca puisi. Semua buyar. Empat pasang Capres itu malah memanggil partai pendukungnya dan memperkenalkan satu persatu semaunya sendiri dgn haha hehe. "Jangan dipaksakan Nu, biarkan semuanya bebas mengalir", kata Yang Ti. Ya, Edmart sebagai ketua adalah tempatku bersandar, dan Surya adalah pemberi kata2 bijak yg selalu menenteramkan hatiku. Ah, alprazolam 0,5mg lupa kutelan sore tadi. Hatiku yg stres mendadak jadi euforia. Apa yg kemudian terjadi benar2 di luar dugaanku. Teman2 berjingkrak dan berteriak secara spontan. Yang terjadi adalah acara pentas reuni yg dahsyat. Penuh greget, gairah, kangen, ekspresif dan gembira-ria. Pentas yg terjadi adalah jauh lebih hebat dari acara apapun yg bisa kususun. Termasuk APR dan Fuad, Hitapriya dan Asti, serta Surya dgn rombongan sinden wiraswaranya yg mocopatan, semua memikat. Gek kapan le latihan. Si Sudarmanto ternyata empu gending Jawa. Lalu Woro Ciblon yang tampil menari dengan Dewi dan dua ibu2 lain, waktu Kus Hendratmo Herbud menyanyi. Alangkah hebatnya. Sukar ku membayangkan ibu2 cantik sexi itu kapan latihannya. Semua lincah, menunjukkan derajat kesehatan jiwa yg tinggi kecuali aku dokter jiwa yg mulai sakit jiwa berat. Inilah pengalaman untuk acara reuni macam ini. Semua tak bisa dirancang. Tak bisa dibayangkan. Biarkan semuanya bebas mengalir, kata Yang Ti Surya.
Kusulut lagi sebatang cerutu dari Dadang. Ya, Dadang Rohendi. Wajahnya tetap tampan di usia 55, putih dan agak gemuk. Aku benar2 tak mengenalinya lagi, seperti Pery Sutadi. Dadang itu dulu kan komandan TonTi TLD-70 yg keras dan sadis, kata APR. Setengah mati kuingat-ingat. Samar2 mulai muncul Dadang dalam ingatanku. Lincah, putih, suka teriak-teriak dan tertawa keras tak kalah dengan Muchtar, jago sepak bola, memimpin TonTi yg suka menghardik teman2nya yg klelat-klelet. Tapi mengapa dadang sekarang berbalik 180 derajat? Ia sangat pendiam, penyendiri, pemalu, tak banyak bicara dan matanya menerawang entah kemana. Benar2 dibutuhkan penelitian psikiatrik lama untuk bisa menganalisa temanku satu ini.
Kuingat betapa kerasnya Muchtar membentak Dadang untuk menyanyi, dan Dadang menolak dengan satu kata. Aku tersenyum. Nampak benar betapa sayangnya Muchtar pada Dadang dan ingin mengajaknya menyanyi, karena ML sendiri ingin menyanyi tapi tak mau bila tanpa Dadang. Muchtar bukan psikiater, tapi barangkali ia tahu kondisi jiwa Dadang dan ingin membangkitkan kegembiraan temannya itu. Hm, Muchtar sendiri menarik. Dulu ia sekelas denganku di PP2 dan satu regu dgnku di Thunderbool Division, ujian camping. Di kelas Muchtar anak yang paling ndugal, di luar kelas berandal. Ia suka mengejek-ngejek cewek sekelas. Basuasti, Nunuk, Rini Suharsih, Sunariyah, mbak Kus, Sumarni, semua abis dikerjainnya. Juga Yoyon Kusnendar dan Suwardjono yang amat dibencinya karena naif. Muchtar sangat benci dgn Suwardjono yg selalu berkata keras, berlagak serius dan naif. Ya Suwardjono, ia sekarang Prof Doktor ekonomi UGM yg disegani, tak pernah muncul dalam reuni, suatu ketika kalut membawa anak gadisnya, mahasiswi yg stres, histeris, teriak2 kacau, menendang-nendang, langsung dimasukkan ke kamar praktekku di Cendana, dan ia bersama istrinya menunggu di luar. Aduh, sialan, aku harus menanganinya tanpa bantuan perawat jiwa.
Muchtar sekarang telah lain, setelah 38 tahun berlalu. Ia seorang pejabat pemerintah yg sukses dan berwibawa, cukup tinggi kedudukannya, sebagai tangan kanan Menteri Tenaga Kerja. Ini tak mungkin terjadi bila ia tak mempunyai kepribadian yang baik. Dalam arti ulet, tekun, serius dalam pekrjaan dan hubungan interpersonal, kreatif dan bertanggungjawab. Kulihat ia sangat peka dan penuh perhatian pada orang lain. Ia juga sangat mencintai dan menghormati teman2 SMA nya, dibalik humornya yg tak habis2 dan suaranya yg tetap keras. Aku sangat bahagia, telah terjadi "mutasi kepribadian" pada Muchtar. Lebih bangga lagi aku karena anak laki2nya adalah calon dokter dari FK UI.
Mirip dengan si ML adalah Didiek Iswardana. Ia satu grup dgn ku di Thunderbool Division dan punya ide pakai seragam celana doreng dengan me"nyelep" kain polos. Ia teman dekat ML dan mboncengkan ML kesana kemari. Ndugalnya tak ketulungan. Ngeri aku melihatnya. Tak pernah belajar, kerjanya cuma pesta-pesta memburu cewek-cewek ra nggenah. Di depan mataku, ia ber "ajojing" dengan cewek cantik yg menanggalkan roknya dan menari-nari hanya bercelana pendek. Ternyata Didik sekarang lain sama sekali. Ia seorang arsitek, pemborong yg maju. Membangun perumahan dokter2 Panti Rapih. Dan ia tokoh masyarakat di kecamatannya. Beberapa tahun lalu ia menelponku memintaku ceramah Narkoba untuk masyarakat desanya, di kantor polisi Kalasan. Edan tenan. Minggu2 lagi. Tapi Didiek berkeras memaksaku. Kalau bukan dia, pasti kutolak. Waktu iring2an menaiki Gunung Kidul, hampir tiap 5 menit ia menelponku di mobil bersama tiga pendekar Jabar itu. Dan Didiek menghentikan bis dan rombongan di tepi hutan jati masuk Wonosari. Untuk apa? Untuk menungguku supaya mobilku bisa bersama-sama iring2an. Aku geleng2 kepala. Ketika harus belok mau masuk gang ke Joglo, aku yg lalen jelas kebablasen. Didiek yg mengenalku sebaik Muchtar, segera balik menjemput kami dengan sepeda motor. Edan, le njilih sepeda motor ko ngendi kuwi, kata Edi Marwoto yg semobil denganku. Betapa besar tanggung jawabnya pada teman2nya. Ia nampak sangat kecapaian tapi tak memperhatikan dirinya sendiri. Ketika malam pentas itu, ia telah mandi dan santai di pinggir, mengelilingi pendopo Joglo, menyapa dan mengobrol dengan semua teman, laki2 dan wanita. Ya, diam2 aku sangat senang dan bahagia melihat temanku sekelas ini> Didiek telah berubah, "mutasi kepribadian" seperti Muchtar. Hanya gaya bicaranya yg masih sedikit menampakkan sisa2 perilakunya dulu. Atau inikah yg disebut perkembangan dan kematangan kepribadian manusia?
PENYAMPAIAN TANDA TERIMA KASIH UNTUK GUS BOWO
inu wicaksana
Sabtu malam 27 Juni ini praktekku harus kuajukan satu jam, karena ada undangan dari Edmart dan Surya, penyampaian tanda terima kasih untuk Gus Bowo di RM Astomoro, Jl.Kaliurang. Yah untung cuma 6 pasien. Tiga orang pecandu heroin suntik dengan HIV positif yg kontrol berobat, dua orang pecandu ganja dan ekstasi yang mondok krn overdosis. Dan satu anak muda dgn gangguan jiwa berat yg brenti minum obatku lalu ngamuk dan akan membakar ibunya. Aku tersenyum melihat si jagoan itu meronta berteriak-teriak mau menghancurkan rumah sakit, dipegangi dua Satpam. Aku harus cepat, selak ditunggu teman2. Sgera kuinstruk sikan suntikan chlorpromazine 100mg yg dilaksanakan dua perawat dibantu Satpam, langsung diikat masukkan ambulan dibawa ke utara. Besok pagi dia bangun sudah berada di kerajaanku yg sejuk dan indah, RSJ Magelang. Vonis sudah kutulis di surat pengantar, stroom 12x di kepala dan mondok setahun bersama 800 pasien jiwa yg lain.
Kupacu mobilku meninggalkan RS Panti Rapih masuk jalan Kaliurang. Dengan lincah kulewati banyak cowok cewek boncengan mesra karena ini malam minggu. Segera kuingat ejekan Hajar Pamadhi. Wuah, mobilnya Inu lincah menaiki Gunung Kidul, huebat, woo ternyata yg nyopir Hendra Bharata, hahaha. Yo ben, cen aku ra isa nyopir, gerutuku jengkel pada seniman sinting itu. Sampai di prempatan ringroad, ke utara lagi 500m sesuai petunjuk Surya, akhirnya sampai di depan RM Astomoro di bawah pohon yg rimbun, agak tersembunyi.
Bagian depan RM ini tanpa dinding, hanya tiang-tiang, terbuka. Nampak meja-meja dan kursi-kursi kayu kuno, dengan lampu-lampu redup temaram. Hm, mirip cave. Pasti boleh merokok sambil nyeruput lemon-tea dengan es. Cocok. Surya dan Edmart selalu memilih rumah2 makan antik untuk pertemuan laskar teladan-70 kademanga n Jogya. Di sudut kiri kulihat meja disambung memanjang, dan kepala2 orang2 brengsek itu yang entah mengapa sangat kucintai. Chaiyatul Hujana si bapak baru, Gus Bowo, Hajar, Iyah yg mungil, Suryawati, dan Edmart. Aku disambut meriah. Hujana langsung menyodorkan sebungkus Dunhill. Joko Prasetyo dan Wahyuningsih yg habis njagong, datang menyusul.
Ayam bakar datang, dengan nasi, lalapan, sambel, dan pete. Segera kami menggasaknya. He, ketahuilah, kemantren Jatim itu cuma segelintir orang macam ini, cuma 8 orang, tapi sangat solid dan reaktif, kataku. Fuad datang disambut, Edmart datang disambut, APR datang disambut, hangat meriah. Lha kita ini bagaimana?, kataku lagi. Aku tak menduga kalau ucapanku itu disambut bagai boomerang yg menghantam kepalaku. Alah, yg tak bisa datang itu pasti kamu, alasan praktek, pagi, siang, sore. Ngurusi orang gila terus sampai tua, sambut teman2 serempak. Aku dheleg-dheleg. Iya, benar juga. Sekarang harus banyak waktuku untuk orang waras.
Kuingat Prasetyono Wijoyo datang dan Edmart langsung meng-sms semua teman untuk makan pagi bersama si Pras. Dan aku sedih hanya bisa menikmati foto makan pagi itu. Jam 7.30, pasti selesai jam9.00, dan pasti aku akan kesiangan sampai di Magelang sekencang apapun aku ngebut. Ya, sudah 15 tahun aku nglaju. Sembilan tahun ngebis dan enam tahun nyetir sendiri. Beda dengan semua temanku yg kerja di Jogya. Padahal aku sudah sangat kangen dengan si Pras yg jenaka itu, sudah 38 th tak ketemu. Lain dengan Harjoko yg relatif sering ketemu, di jalan atau di airport. Kalau bicara kaya ya-ya-o, tapi ia tak pernah mau datang di pertemuan2 kademangan Jogya. Dasar Harjoko.
Percakapan bergulir kesana-kemari. Hujana sudah pensiun dari Jamsostek. Sekarang ia punya program bantuan ternak sapi di Bantul, wilayah binaannya dulu. Hanya sekarang dia action sendiri tanpa suatu lembaga. Aku bangga dengan temanku pensiunan yg produktif ini. Satu-satunya cara mencegah demensia atau penyakit degeneratif ketuaan adalah tetap aktif menggunakan otak kiri dan kanan, tetap bekerja, dan bersosialisasi. Maka Harjana masih tetap nampak lebih muda 15 tahun. Ya, selain faktor pendampingnya itu, yang berusia 26 th. Wuah, iri lagi aku.
Darminah yg bicara asyik dengan Harjana, sekarang buka usaha sendiri, setelah pensiun sebagai pimpinan Bank. Hajar luar biasa puas bikin kaos 100 buah ludes. Meski Andi complain karena tak ada yang berukuran M. Kau akan segera gemuk nDi, teman2 menghibur dokter bedah tulang yang suara kamar oprasinya mirip gedhogan jaran itu. Ki Demang printah Hajar bikin kaos lagi, tapi yang putih warnanya atas permintaan Surya. Nah, bagi teman2 yg menginginkan kaos TLD-70 warna putih, bisa pesan Ki Demang.
Biaya konsumsi semua konon 8 juta. Tapi Bu Pras tak mau dibayar karena ditanggung Asti. Wuah, terima kasih banyak As. Edmart dan Surya "umyeg" mau kasih hadiah Bu Pras. Tapi apa, ya? Batik sutra ATBM? Ah, serahkan Yang Ti sajalah.
Baru kutahu sebuah misteri. Edmart yg crita. Hendra Bharata yg sudah bayar iuran, diam2 mendekati Edmart di penutupan untuk merampognya. Dapat berapa uangnya Ed, tanya HB seram dingin tanpa senyum. Edmart gemetaran menjawab, 9,1 juta, tapi...tapi. ..ini untuk banyak kebutuhan. HB kembali berkata tanpa mengubah nada suaranya, "Mau kugenapi jadi 10? Bisa kubayangkan sang profesor pertanian itu pasti lega dan meringis sampai liurnya menetes-netes. Gila benar. Mengapa tak kutahu hal ini? Padahal si HB itu bersebelahan denganku semobil sejak Tugu sampai Joglo, tidur sekamar, ke mBaron, dan turun gunung kuantar Minggu sore ke rumah adiknya di Jogya. Terima Kasih nDra, atas nama panitia. Tentu dana yang jadi 10 itu tidak hanya untuk kebutuhan kademangan Jogya, tapi kebutuhan semuanya, Laskar Teladan-70.
Suryawati ingin merealisir usul Asti, bahwa sebaiknya paguyuban kita ini mempunyai program membantu teman2 yg kurang mampu. Segera muncul sebuah nama, tapi teman lain mengatakan dia cukup mampu. Muncul nama lagi, tapi benarkah dia kurang mampu? Dan apakah ia mau menerimanya? Sulit juga. Tapi ini ide mulia. Contoh alumni Teladan angkatan Pak Hadiwarno. Ada seorang teman, jualan bakmi, bangkrut sampai peralatan bikin bakminya ludes terjual. Tak bisa kerja apa2 lagi. Teman2 seangkatan membantunya dengan membelikan perlatan bikin bakmi lagi, dan memodalinya untuk bangkit. Semuanya puas ketika akhirnya ia berjualan bakmi lagi dan sukses.
Segera kuingat teman kita Sobirin, si penjual sate kambing. Tapi Sobirin tidak bangkrut, malah semakin lama semakin jaya. RM nya cukup besar di Jln.Monjali. Hardono yg membawaku padanya. Toh begitu ia malu dan minder untuk datang reuni syawalan 2006 ketika aku mengajaknya. Tahun 2007 aku menjemputnya, ia menolak lagi. Tahun 2008 aku mengancamnya tak akan datang bila tanpa dia meski aku akan membawakan acara. Ia hampir menangis, menyatakan trima kasih, dan memohon untuk tidak datang. Putus asalah aku. Ah, Hitapriya di Jatim mungkin akan lebih berhasil membawa teman2 yg macam ini ke pertemuan kita.
Lalu akankah kita menyumbangkan sesuatu untuk almamater kita? Bila ya, apa yg bisa kita berikan untuk SMA tercinta itu? Sudah terkenal bahwa anak2 masuk SMA TLD tujuannya untuk lanjut belajar keluar negri. Sejak klas II mereka mengikuti tes dari lembaga2 asing yg kerja sama dgn sekolah. Setelah lulus mereka lanjut studi S1 keluar negri lalu bekerja disana dan tak ingin kembali ke negara kita. Maka teman2 ingin membikin Workshop tentang "Nasionalisme" untuk anak2 TLD sekarang. Arief sudah menawarkan mereka bisa dibawa ke Taman Mini dikenalkan berbagai anjungan. Tentu saja ini harus dibicarakan dengan kepala sekolah. Bisa ditambah dengan pelatihan "Leadership" atau sejenisnya.
Gus Bowo yg gendut menggelengkan kepalanya keras2 ketika Ki Demang mulai etung2an habisnya ragad di Joglo. Bowo menolak keras. Waduh, padahal Joglonya amburadul berantakan kedatangan laskar petakilan yang histeris berjumlah 75 orang itu. Karena itulah Edmart mengeluarkan sebuah bungkusan dari tas besarnya untuk hadiah si Gus. Sulit aku menduga-duga isinya, entah baju, kain batik atau handuk. Surya tak mau kalah. Ia mengeluarkan sebuah bungkusan besar dan menyerahkannya untuk Bowo. Segera dibuka. Isinya sebuah lukisan batik yg sudah dipigura, dengan tulisan "matur nuwun" tercetak di sudut bawah. Edan tenan ki. Mengapa aku tak diberitahu kalau ada hadiah2 pribadi macam ini? Apa dikira aku tak bisa memberi hadiah yg mengejutkan? Semua cuma melongo melihat Yang Ti yang nJedhit itu memamerkan hadiah lukisan bathiknya  bergambar burung yang cantik.
Di akhir acara ketika semua masih ribut bicara ngalor ngidul, Gus Bowo mengamat-ngamati hadiah lukisannya, meraba-raba tepinya, membaliknya dengan penuh minat. Diam2 aku mengamatinya dengan sudut mataku. Lalu kupandang mata Hajar tepat di tengah bola matanya. Hajarpun memandangku. Sudah lama kami punya kemampuan bicara telepati dari hati ke hati. Lalu Hajar mengangguk mantap sambil senyum. Anda ingin tahu apa isi pembicaraanku dengannya? "Tuh, lihat Jar. Dia suka lukisan. Kau harus memberikan salah satu lukisan terbaikmu untuknya". Dan jawab Hajar "Oke Dul, beres!".
Acara berakhir pukul 21.30. Foto bersama dengan Gus Bowo di tengah dengan hadiah2nya. Di jepret berulangkali untuk dikirim ke mailist kita. Lalu kutarik si Yah untuk foto berdua saja denganku. Surya membolehkan tapi aku harus menggendong si Yah. Lalu kami berdelapan inipun pulang dengan puas. Si Gus naik kembali ke Gunung Kidul. Sendirian. Menuju kamarnya yang sepi di Joglo Samiaji. Entah apa yang akan direnungkannya disana. Mungkin ia akan merenungkan tiap malam gegap gempitanya pertemuan dahsyat Laskar Teladan-70 itu di Joglonya. ****  Â
PADA SUATU MALAM DI JOGLO SAMIAJI WONOSARI
Jam berdentang pukul 12.00 malam ketika lagu kemesraan sendu membahana dan kami semua bergandengan tangan. Ini atas usul keras Hendra Bharata, lagu yang kupersiapkan untuk penutupan adalah “Should auld…” atau “Tlah tiba saatnya…”, tapi Hendra yang pegang orgen, profesional lagi, jadi aku terpaksa mengalah. Suasana haru dan sendu tentu saja mengalir. Asti berlari menarik Andi yang malu-malu ke depan, demikian pula Surya berlari menarik Gus Bowo yang berdiri termangu di belakang. Tak ada kamera menjepret karena semua ikut menyanyi. Asti mempelopori menyalami semua teman, diikuti yang lain, cipika cipiki seakan tak mau berpisah. Sesudah itu bubaran. Rombongan Jatim keluar hotel untuk memberi tempat rombongan Jakarta.
Sekitar 25 an teman masih duduk-duduk melingkar dipendopo joglo, mengobrol sambil menghabiskan sisa-sisa makanan lezat yang disediakan Bu Pras (ibu Asti), Gus Bowo dan Wahyuningsih. Entah bagaimana koordinasi mereka itu hingga muncul makanan-makanan tradisional kesukaanku sejak di halaman SMA Teladan, makan sore dan malam di joglo Samiaji. Obrolan mengalir ngrasani teman-teman yang datang hari ini, masa dulu dan sekarang, perilaku hebat dari teman-teman yang tampil. Suara Mochtar yang keras selalu menimbulkan gelak tawa, ditimpa suara Didiek, Edmart, Japong, dan lain-lain. “Wah, Suryawati sudah mapan, nih”, kata Mochtar disambut gelak tawa teman-teman. Semua menuduh Mochtar yang menulis komentar untuk Surya tadi. Ia tak menyanggah, meski aku tak yakin benar. “Soalnya dia dulu kan Pramuka, ngepit, matanya lurus ke depan tak noleh kiri kanan, lha sekarang njedhit, kata Mochtar. Kembali semua tertawa geli. Andaikan Mochtar tahu siapa Surya sekarang ia pasti merindhing dan tak berani berkomentar macam itu. Surya sekarang adalah konsultan Drug and Narcotics WHO yang bahkan dipakai PBB, berkantor antara lain di Wina, Austria. Ia lebih banyak di luar negri daripada di Yogya. Surya sangat merahasiakan hal ini dan pasti marah kalau kubuka disini. Tapi biarlah, bukankah Laskar Teladan-70 sudah seperti saudara? Tapi komentar itu memang bagus, humoris, sama seperti komentar untuk Rimadewi. Aku sukar untuk menduga siapa yang menulis. Sangat halus, tapi tepat dan tajam. Sehabis penutupan, kepada Rima, Andi Wisnu senang mengulang kata-kataku bahwa dulu roknya hanya sekilan. Rima mengayunkan tangannya untuk memukulku. Tapi ia pasti terharu padaku. Maklum, di klas satu aku duduk dibangku sebelah kirinya dan Andi di sebelah kanannya jadi kami pasti mengingat hal itu. Aku juga sangat terharu, bahwa Rima yang baru saja datang dan masuk ke halaman Teladan, melihatku langsung berteriak menyebut namaku, padahal dengan teman-teman lain ia tak mengenalnya lagi. Aku juga terbengong-bengong melihat nya, karena tak mungkin aku bisa mengenalinya kembali setelah 38 tahun tak melihatnya.
Zuchron duduk bersandar jauh di belakang, disampingnya Aminul Safrudin, ikut tertawa-tawa. Aminul dulu berkeras tak mau datang, minder, hingga aku nekat akan menjemputnya. Untung ada Zuchron yang menariknya untuk datang, selain Hartana, sahabat karibnya dulu. Aku sedih, benar kata Mochtar kalau sejak dulu aku lalen, bahkan pada Hartana, temanku dokter spesialis mata FK UGM yang sejak dulu sekota, Jogya, aku tak mengenalinya kembali. Ia semakin tua semakin putih wajahnya. Zuchron membeli tiga kaos, kuyakin untuk ditunjukkan pada anak istrinya. Ia tak selesai kuliah di FK UGM, sehingga Laskar Teladan-70 inilah mungkin yang bisa dibanggakannya. Beda dengan Nurudin. Dokter bedah RSUD Muntilan pemilik RS NduaSatu (Nurudin Dua Istri jadi Satu) ini kubentak karena memborong 4 kaos. Lha ini kan untuk anak-anakku Nu, katanya. Ya, dua anaknya memang lulusan SMA Teladan, satu sudah jadi dokter, tapi yang dua lagi, aku wegah bertanya. Tapi kuhargai dia karena kutelpon siang tadi, habis mengerjakan dua operasi langsung merayap naik nyetir sendiri. Diikuti Junaidi, dokter mata RSUD Tidar Magelang yang selalu kulupakan kalau ia Laskar Teladan-70 juga.
Isbaron pamit dulu akan ke Semarang. Diikuti Wahyuningsih sambil membawa tas besar entah apa isinya, bersama pengawalnya yang gagah tegap, Hardono, setelah digarap habis sama teman-teman. Aku lega Hardono achirnya muncul juga malam ini, ia sangat aktif mengumpulkan teman-teman Jogya sejak pertemuan pertama di rumah Harjanti 2006, entah kenapa dia hilang tahun 2009 ini. Nur Fuad dengan wajahnya yang tetap “klasik” di tengah haha-hehe, sedang Dadang Rohendi duduk jauh di sudut pendapa, menyedot cerutunya dengan nikmat, diam dengan sedikit senyum, tapi matanya berkilau melihat teman-teman yang dikasihinya berbicara sambil bertingkah kacau.
Jam menunjukkan pukul 01.15 malam ketika obrolan mulai mengendur, kecapaian. Mata Titik Ratna Sudewi kulihat amat merah, entah karena terlalu banyak menangis haru atau mengantuk. Kami membubarkan diri dan mulai mencari tempat bergolek masing-masing. Obrolan masih berlanjut di beranda di depan kamar-kamar. Petugas hotel hilir mudik membawa kasur-kasur tambahan. Kukeluarkan dua tablet dari tasku yang akan kuminum dengan aqua sisa. Sebuah tablet Tensivas 5mg karena kutahu tensiku pasti naik karena emosi, capai, dan daging kambing bakar luar biasa enak dengan lontong tadi, gara-gara di tarik-tarik Hendra, mumpung tak ada istrimu, katanya. Dan sebuah tablet Zipras(alprazolam) 0,5mg, anxiolitik/anti cemas, karena kuyakin pasti aku tak kan bisa tidur malam ini. Teman-teman melongo melihatku mengeluarkan obat. Ketika kutawarkan obat anti cemas yang bikin ngantuk itu semua menolak, karena mereka semua sudah mengantuk untuk bangun pagi-pagi buat acara ke mBaron. Ya,besok pagi Dewi bikin acara nostalgia ke mBaron. Didiek menghitung lima belas orang, sebuah mobil kijang dari Joglo dan sebuah Stream milikku tak kan cukup untuk orang tua-tua yang gemuk ini, jadi harus tambah menyewa mobil satu. Didiek menyesal tak bisa ikut, demikian pula Edmart karena dapat undangan Wisuda di SMA Teladan, ia mewakili Laskar Teladan-70.
Angin malam meniup pelan menggerakkan ranting dan daun-daunan seakan berbisik-bisik menyuruh tidur manusia-manusia yang masih berisik. Pendopo Joglo telah sepi dengan meja-meja berserak berisi sisa-sisa makanan, buah dan kertas-kertas tissue. Kumatikan rokok Gudang Garamku yang segera kulanjut dengan cerutu pemberian Dadang. Kau mau tidur dimana Ed, tanyaku pada si prof. Ah, banyak tempat, di mushola juga bisa, jawabnya. Aku nggak kebagian kaos Nuk, habis, katanya sambil ngeloyor ke mushola diikuti teman. Ya, Hajar Pamadhi pasti tertawa puas kalau tahu, gampang, bikin lagi, kataku. Dua minggu lalu Hajar keras memintaku untuk mengirim logo THA buat kaos itu lewat e-mail. Butuh waktu seminggu aku bisa menemukan logo itu dan setengah mati mengirimkannya dengan kitir listrik karena aku gaptek. Ternyata akhirnya tak dipakai karena Hajar merancang sendiri bersama Sujendro. Aku puas dengan hasilnya, hitam legam berkerah seperti usulku dan ada yang berukuran 4 L yang pas untuk tubuhku. Yang segera kupakai berfoto rangkulan dengan Mochtar yang akan kupamerkan anak-anakku dan teman-temanku psikiater di RSJ bahwa aku berteman dengan Antasari. Sayang Mochtar ketawa meringis. Antasari tak pernah ketawa, senyumpun tak pernah.
Kusedot cerutu dari Dadang itu dalam-dalam. Mau tak mau aku harus mengakui Edmart itu ketua alias Ki Demang yang benar-benar berjiwa Leader. Ia tak pernah memikirkan dirinya sendiri. Seluruh pikiran dan jiwa raganya adalah untuk kegembiraan 75 teman-teman tercinta yang datang hari ini. Selama sebulan penuh pasti banyak enerji dan pikirannya terhisap untuk persiapan acara dahsyat ini. Bayangkan, seluruh teman-temannya tidur di kasur tempat tidur di kamar hotel yang nyaman, dia sendiri tak kebagian tempat dan cukup senang tidur di mushola. Selamat tidur nyenyak Ed, dan selamat atas kerjamu yang luar biasa.**** (BERSAMBUNG) .
PADA SUATU MALAM
DI JOGLO SAMIAJI WONOSARI
inu wicaksana
Angin malam kembali bertiup menggerakkan dedaunan yg seakan merintih. Suasana mulai sepi. Tak terdengar lagi celoteh teman2ku. Aku masih duduk sendirian di beranda depan kamarku, menyedot cerutu Dadang dengan coca cola sisa yg kucampur aqua. Kembali terbayang suasana sore tadi yg mengejutkan kalbu. Wajah orang2 yang sudah 38 tahun kulupakan tiba2 muncul kembali. Edi Roseno, Zuchron, Hartana, Aminul, Joko M, Linda Ismail, Umi Pur, Retno, Ewik (Dewi), Marsito, Edi Marwoto, Haryadi, Ah prof biologi itu, lupa lagi, Dadang yg sejak datang hanya aku yg ditanyakan tapi tak kukenali lagi, dan lain-lain. Hiruk pikuk. Histeris.
Lalu malam harinya. Seandainya aku, yg sudah menyanggupi sebagai pembawa acara, harus dinilai. Nilaiku tak lebih dari 3. Karena semua acara yg tlah kususun 3 minggu ini. dgn ubarampenya, gagal. Pidato pembukaan birokratis Ki Demang, lalu tiga pasang Capres, Asti dan Hihit dari Jatim, Hendra dan Yatni dari Jabar, Muchtar dan Retno dari Jakarta, Surya dan Suharyadi M dari Yogya, masing2 harus mengisi acara selama 15 menit. Dilanjut pemutaran film hasil shootingku sendiri dua kali reuni syawalan di Yogya, lalu festival foto jadul dan sekarang karya Japong, dilanjut pidato 3 menitan seluruh hadirin, dilanjut spontanitas menyanyi dan menari dan baca puisi. Semua buyar. Empat pasang Capres itu malah memanggil partai pendukungnya dan memperkenalkan satu persatu semaunya sendiri dgn haha hehe. "Jangan dipaksakan Nu, biarkan semuanya bebas mengalir", kata Yang Ti. Ya, Edmart sebagai ketua adalah tempatku bersandar, dan Surya adalah pemberi kata2 bijak yg selalu menenteramkan hatiku. Ah, alprazolam 0,5mg lupa kutelan sore tadi. Hatiku yg stres mendadak jadi euforia. Apa yg kemudian terjadi benar2 di luar dugaanku. Teman2 berjingkrak dan berteriak secara spontan. Yang terjadi adalah acara pentas reuni yg dahsyat. Penuh greget, gairah, kangen, ekspresif dan gembira-ria. Pentas yg terjadi adalah jauh lebih hebat dari acara apapun yg bisa kususun. Termasuk APR dan Fuad, Hitapriya dan Asti, serta Surya dgn rombongan sinden wiraswaranya yg mocopatan, semua memikat. Gek kapan le latihan. Si Sudarmanto ternyata empu gending Jawa. Lalu Woro Ciblon yang tampil menari dengan Dewi dan dua ibu2 lain, waktu Kus Hendratmo Herbud menyanyi. Alangkah hebatnya. Sukar ku membayangkan ibu2 cantik sexi itu kapan latihannya. Semua lincah, menunjukkan derajat kesehatan jiwa yg tinggi kecuali aku dokter jiwa yg mulai sakit jiwa berat. Inilah pengalaman untuk acara reuni macam ini. Semua tak bisa dirancang. Tak bisa dibayangkan. Biarkan semuanya bebas mengalir, kata Yang Ti Surya.
Kusulut lagi sebatang cerutu dari Dadang. Ya, Dadang Rohendi. Wajahnya tetap tampan di usia 55, putih dan agak gemuk. Aku benar2 tak mengenalinya lagi, seperti Pery Sutadi. Dadang itu dulu kan komandan TonTi TLD-70 yg keras dan sadis, kata APR. Setengah mati kuingat-ingat. Samar2 mulai muncul Dadang dalam ingatanku. Lincah, putih, suka teriak-teriak dan tertawa keras tak kalah dengan Muchtar, jago sepak bola, memimpin TonTi yg suka menghardik teman2nya yg klelat-klelet. Tapi mengapa dadang sekarang berbalik 180 derajat? Ia sangat pendiam, penyendiri, pemalu, tak banyak bicara dan matanya menerawang entah kemana. Benar2 dibutuhkan penelitian psikiatrik lama untuk bisa menganalisa temanku satu ini.
Kuingat betapa kerasnya Muchtar membentak Dadang untuk menyanyi, dan Dadang menolak dengan satu kata. Aku tersenyum. Nampak benar betapa sayangnya Muchtar pada Dadang dan ingin mengajaknya menyanyi, karena ML sendiri ingin menyanyi tapi tak mau bila tanpa Dadang. Muchtar bukan psikiater, tapi barangkali ia tahu kondisi jiwa Dadang dan ingin membangkitkan kegembiraan temannya itu. Hm, Muchtar sendiri menarik. Dulu ia sekelas denganku di PP2 dan satu regu dgnku di Thunderbool Division, ujian camping. Di kelas Muchtar anak yang paling ndugal, di luar kelas berandal. Ia suka mengejek-ngejek cewek sekelas. Basuasti, Nunuk, Rini Suharsih, Sunariyah, mbak Kus, Sumarni, semua abis dikerjainnya. Juga Yoyon Kusnendar dan Suwardjono yang amat dibencinya karena naif. Muchtar sangat benci dgn Suwardjono yg selalu berkata keras, berlagak serius dan naif. Ya Suwardjono, ia sekarang Prof Doktor ekonomi UGM yg disegani, tak pernah muncul dalam reuni, suatu ketika kalut membawa anak gadisnya, mahasiswi yg stres, histeris, teriak2 kacau, menendang-nendang, langsung dimasukkan ke kamar praktekku di Cendana, dan ia bersama istrinya menunggu di luar. Aduh, sialan, aku harus menanganinya tanpa bantuan perawat jiwa.
Muchtar sekarang telah lain, setelah 38 tahun berlalu. Ia seorang pejabat pemerintah yg sukses dan berwibawa, cukup tinggi kedudukannya, sebagai tangan kanan Menteri Tenaga Kerja. Ini tak mungkin terjadi bila ia tak mempunyai kepribadian yang baik. Dalam arti ulet, tekun, serius dalam pekrjaan dan hubungan interpersonal, kreatif dan bertanggungjawab. Kulihat ia sangat peka dan penuh perhatian pada orang lain. Ia juga sangat mencintai dan menghormati teman2 SMA nya, dibalik humornya yg tak habis2 dan suaranya yg tetap keras. Aku sangat bahagia, telah terjadi "mutasi kepribadian" pada Muchtar. Lebih bangga lagi aku karena anak laki2nya adalah calon dokter dari FK UI.
Mirip dengan si ML adalah Didiek Iswardana. Ia satu grup dgn ku di Thunderbool Division dan punya ide pakai seragam celana doreng dengan me"nyelep" kain polos. Ia teman dekat ML dan mboncengkan ML kesana kemari. Ndugalnya tak ketulungan. Ngeri aku melihatnya. Tak pernah belajar, kerjanya cuma pesta-pesta memburu cewek-cewek ra nggenah. Di depan mataku, ia ber "ajojing" dengan cewek cantik yg menanggalkan roknya dan menari-nari hanya bercelana pendek. Ternyata Didik sekarang lain sama sekali. Ia seorang arsitek, pemborong yg maju. Membangun perumahan dokter2 Panti Rapih. Dan ia tokoh masyarakat di kecamatannya. Beberapa tahun lalu ia menelponku memintaku ceramah Narkoba untuk masyarakat desanya, di kantor polisi Kalasan. Edan tenan. Minggu2 lagi. Tapi Didiek berkeras memaksaku. Kalau bukan dia, pasti kutolak. Waktu iring2an menaiki Gunung Kidul, hampir tiap 5 menit ia menelponku di mobil bersama tiga pendekar Jabar itu. Dan Didiek menghentikan bis dan rombongan di tepi hutan jati masuk Wonosari. Untuk apa? Untuk menungguku supaya mobilku bisa bersama-sama iring2an. Aku geleng2 kepala. Ketika harus belok mau masuk gang ke Joglo, aku yg lalen jelas kebablasen. Didiek yg mengenalku sebaik Muchtar, segera balik menjemput kami dengan sepeda motor. Edan, le njilih sepeda motor ko ngendi kuwi, kata Edi Marwoto yg semobil denganku. Betapa besar tanggung jawabnya pada teman2nya. Ia nampak sangat kecapaian tapi tak memperhatikan dirinya sendiri. Ketika malam pentas itu, ia telah mandi dan santai di pinggir, mengelilingi pendopo Joglo, menyapa dan mengobrol dengan semua teman, laki2 dan wanita. Ya, diam2 aku sangat senang dan bahagia melihat temanku sekelas ini> Didiek telah berubah, "mutasi kepribadian" seperti Muchtar. Hanya gaya bicaranya yg masih sedikit menampakkan sisa2 perilakunya dulu. Atau inikah yg disebut perkembangan dan kematangan kepribadian manusia?
PENYAMPAIAN TANDA TERIMA KASIH UNTUK GUS BOWO
inu wicaksana
Sabtu malam 27 Juni ini praktekku harus kuajukan satu jam, karena ada undangan dari Edmart dan Surya, penyampaian tanda terima kasih untuk Gus Bowo di RM Astomoro, Jl.Kaliurang. Yah untung cuma 6 pasien. Tiga orang pecandu heroin suntik dengan HIV positif yg kontrol berobat, dua orang pecandu ganja dan ekstasi yang mondok krn overdosis. Dan satu anak muda dgn gangguan jiwa berat yg brenti minum obatku lalu ngamuk dan akan membakar ibunya. Aku tersenyum melihat si jagoan itu meronta berteriak-teriak mau menghancurkan rumah sakit, dipegangi dua Satpam. Aku harus cepat, selak ditunggu teman2. Sgera kuinstruk sikan suntikan chlorpromazine 100mg yg dilaksanakan dua perawat dibantu Satpam, langsung diikat masukkan ambulan dibawa ke utara. Besok pagi dia bangun sudah berada di kerajaanku yg sejuk dan indah, RSJ Magelang. Vonis sudah kutulis di surat pengantar, stroom 12x di kepala dan mondok setahun bersama 800 pasien jiwa yg lain.
Kupacu mobilku meninggalkan RS Panti Rapih masuk jalan Kaliurang. Dengan lincah kulewati banyak cowok cewek boncengan mesra karena ini malam minggu. Segera kuingat ejekan Hajar Pamadhi. Wuah, mobilnya Inu lincah menaiki Gunung Kidul, huebat, woo ternyata yg nyopir Hendra Bharata, hahaha. Yo ben, cen aku ra isa nyopir, gerutuku jengkel pada seniman sinting itu. Sampai di prempatan ringroad, ke utara lagi 500m sesuai petunjuk Surya, akhirnya sampai di depan RM Astomoro di bawah pohon yg rimbun, agak tersembunyi.
Bagian depan RM ini tanpa dinding, hanya tiang-tiang, terbuka. Nampak meja-meja dan kursi-kursi kayu kuno, dengan lampu-lampu redup temaram. Hm, mirip cave. Pasti boleh merokok sambil nyeruput lemon-tea dengan es. Cocok. Surya dan Edmart selalu memilih rumah2 makan antik untuk pertemuan laskar teladan-70 kademanga n Jogya. Di sudut kiri kulihat meja disambung memanjang, dan kepala2 orang2 brengsek itu yang entah mengapa sangat kucintai. Chaiyatul Hujana si bapak baru, Gus Bowo, Hajar, Iyah yg mungil, Suryawati, dan Edmart. Aku disambut meriah. Hujana langsung menyodorkan sebungkus Dunhill. Joko Prasetyo dan Wahyuningsih yg habis njagong, datang menyusul.
Ayam bakar datang, dengan nasi, lalapan, sambel, dan pete. Segera kami menggasaknya. He, ketahuilah, kemantren Jatim itu cuma segelintir orang macam ini, cuma 8 orang, tapi sangat solid dan reaktif, kataku. Fuad datang disambut, Edmart datang disambut, APR datang disambut, hangat meriah. Lha kita ini bagaimana?, kataku lagi. Aku tak menduga kalau ucapanku itu disambut bagai boomerang yg menghantam kepalaku. Alah, yg tak bisa datang itu pasti kamu, alasan praktek, pagi, siang, sore. Ngurusi orang gila terus sampai tua, sambut teman2 serempak. Aku dheleg-dheleg. Iya, benar juga. Sekarang harus banyak waktuku untuk orang waras.
Kuingat Prasetyono Wijoyo datang dan Edmart langsung meng-sms semua teman untuk makan pagi bersama si Pras. Dan aku sedih hanya bisa menikmati foto makan pagi itu. Jam 7.30, pasti selesai jam9.00, dan pasti aku akan kesiangan sampai di Magelang sekencang apapun aku ngebut. Ya, sudah 15 tahun aku nglaju. Sembilan tahun ngebis dan enam tahun nyetir sendiri. Beda dengan semua temanku yg kerja di Jogya. Padahal aku sudah sangat kangen dengan si Pras yg jenaka itu, sudah 38 th tak ketemu. Lain dengan Harjoko yg relatif sering ketemu, di jalan atau di airport. Kalau bicara kaya ya-ya-o, tapi ia tak pernah mau datang di pertemuan2 kademangan Jogya. Dasar Harjoko.
Percakapan bergulir kesana-kemari. Hujana sudah pensiun dari Jamsostek. Sekarang ia punya program bantuan ternak sapi di Bantul, wilayah binaannya dulu. Hanya sekarang dia action sendiri tanpa suatu lembaga. Aku bangga dengan temanku pensiunan yg produktif ini. Satu-satunya cara mencegah demensia atau penyakit degeneratif ketuaan adalah tetap aktif menggunakan otak kiri dan kanan, tetap bekerja, dan bersosialisasi. Maka Harjana masih tetap nampak lebih muda 15 tahun. Ya, selain faktor pendampingnya itu, yang berusia 26 th. Wuah, iri lagi aku.
Darminah yg bicara asyik dengan Harjana, sekarang buka usaha sendiri, setelah pensiun sebagai pimpinan Bank. Hajar luar biasa puas bikin kaos 100 buah ludes. Meski Andi complain karena tak ada yang berukuran M. Kau akan segera gemuk nDi, teman2 menghibur dokter bedah tulang yang suara kamar oprasinya mirip gedhogan jaran itu. Ki Demang printah Hajar bikin kaos lagi, tapi yang putih warnanya atas permintaan Surya. Nah, bagi teman2 yg menginginkan kaos TLD-70 warna putih, bisa pesan Ki Demang.
Biaya konsumsi semua konon 8 juta. Tapi Bu Pras tak mau dibayar karena ditanggung Asti. Wuah, terima kasih banyak As. Edmart dan Surya "umyeg" mau kasih hadiah Bu Pras. Tapi apa, ya? Batik sutra ATBM? Ah, serahkan Yang Ti sajalah.
Baru kutahu sebuah misteri. Edmart yg crita. Hendra Bharata yg sudah bayar iuran, diam2 mendekati Edmart di penutupan untuk merampognya. Dapat berapa uangnya Ed, tanya HB seram dingin tanpa senyum. Edmart gemetaran menjawab, 9,1 juta, tapi...tapi. ..ini untuk banyak kebutuhan. HB kembali berkata tanpa mengubah nada suaranya, "Mau kugenapi jadi 10? Bisa kubayangkan sang profesor pertanian itu pasti lega dan meringis sampai liurnya menetes-netes. Gila benar. Mengapa tak kutahu hal ini? Padahal si HB itu bersebelahan denganku semobil sejak Tugu sampai Joglo, tidur sekamar, ke mBaron, dan turun gunung kuantar Minggu sore ke rumah adiknya di Jogya. Terima Kasih nDra, atas nama panitia. Tentu dana yang jadi 10 itu tidak hanya untuk kebutuhan kademangan Jogya, tapi kebutuhan semuanya, Laskar Teladan-70.
Suryawati ingin merealisir usul Asti, bahwa sebaiknya paguyuban kita ini mempunyai program membantu teman2 yg kurang mampu. Segera muncul sebuah nama, tapi teman lain mengatakan dia cukup mampu. Muncul nama lagi, tapi benarkah dia kurang mampu? Dan apakah ia mau menerimanya? Sulit juga. Tapi ini ide mulia. Contoh alumni Teladan angkatan Pak Hadiwarno. Ada seorang teman, jualan bakmi, bangkrut sampai peralatan bikin bakminya ludes terjual. Tak bisa kerja apa2 lagi. Teman2 seangkatan membantunya dengan membelikan perlatan bikin bakmi lagi, dan memodalinya untuk bangkit. Semuanya puas ketika akhirnya ia berjualan bakmi lagi dan sukses.
Segera kuingat teman kita Sobirin, si penjual sate kambing. Tapi Sobirin tidak bangkrut, malah semakin lama semakin jaya. RM nya cukup besar di Jln.Monjali. Hardono yg membawaku padanya. Toh begitu ia malu dan minder untuk datang reuni syawalan 2006 ketika aku mengajaknya. Tahun 2007 aku menjemputnya, ia menolak lagi. Tahun 2008 aku mengancamnya tak akan datang bila tanpa dia meski aku akan membawakan acara. Ia hampir menangis, menyatakan trima kasih, dan memohon untuk tidak datang. Putus asalah aku. Ah, Hitapriya di Jatim mungkin akan lebih berhasil membawa teman2 yg macam ini ke pertemuan kita.
Lalu akankah kita menyumbangkan sesuatu untuk almamater kita? Bila ya, apa yg bisa kita berikan untuk SMA tercinta itu? Sudah terkenal bahwa anak2 masuk SMA TLD tujuannya untuk lanjut belajar keluar negri. Sejak klas II mereka mengikuti tes dari lembaga2 asing yg kerja sama dgn sekolah. Setelah lulus mereka lanjut studi S1 keluar negri lalu bekerja disana dan tak ingin kembali ke negara kita. Maka teman2 ingin membikin Workshop tentang "Nasionalisme" untuk anak2 TLD sekarang. Arief sudah menawarkan mereka bisa dibawa ke Taman Mini dikenalkan berbagai anjungan. Tentu saja ini harus dibicarakan dengan kepala sekolah. Bisa ditambah dengan pelatihan "Leadership" atau sejenisnya.
Gus Bowo yg gendut menggelengkan kepalanya keras2 ketika Ki Demang mulai etung2an habisnya ragad di Joglo. Bowo menolak keras. Waduh, padahal Joglonya amburadul berantakan kedatangan laskar petakilan yang histeris berjumlah 75 orang itu. Karena itulah Edmart mengeluarkan sebuah bungkusan dari tas besarnya untuk hadiah si Gus. Sulit aku menduga-duga isinya, entah baju, kain batik atau handuk. Surya tak mau kalah. Ia mengeluarkan sebuah bungkusan besar dan menyerahkannya untuk Bowo. Segera dibuka. Isinya sebuah lukisan batik yg sudah dipigura, dengan tulisan "matur nuwun" tercetak di sudut bawah. Edan tenan ki. Mengapa aku tak diberitahu kalau ada hadiah2 pribadi macam ini? Apa dikira aku tak bisa memberi hadiah yg mengejutkan? Semua cuma melongo melihat Yang Ti yang nJedhit itu memamerkan hadiah lukisan bathiknya  bergambar burung yang cantik.
Di akhir acara ketika semua masih ribut bicara ngalor ngidul, Gus Bowo mengamat-ngamati hadiah lukisannya, meraba-raba tepinya, membaliknya dengan penuh minat. Diam2 aku mengamatinya dengan sudut mataku. Lalu kupandang mata Hajar tepat di tengah bola matanya. Hajarpun memandangku. Sudah lama kami punya kemampuan bicara telepati dari hati ke hati. Lalu Hajar mengangguk mantap sambil senyum. Anda ingin tahu apa isi pembicaraanku dengannya? "Tuh, lihat Jar. Dia suka lukisan. Kau harus memberikan salah satu lukisan terbaikmu untuknya". Dan jawab Hajar "Oke Dul, beres!".
Acara berakhir pukul 21.30. Foto bersama dengan Gus Bowo di tengah dengan hadiah2nya. Di jepret berulangkali untuk dikirim ke mailist kita. Lalu kutarik si Yah untuk foto berdua saja denganku. Surya membolehkan tapi aku harus menggendong si Yah. Lalu kami berdelapan inipun pulang dengan puas. Si Gus naik kembali ke Gunung Kidul. Sendirian. Menuju kamarnya yang sepi di Joglo Samiaji. Entah apa yang akan direnungkannya disana. Mungkin ia akan merenungkan tiap malam gegap gempitanya pertemuan dahsyat Laskar Teladan-70 itu di Joglonya. ****  Â