Inu Wicaksana:
Halo, kadang-kadangku kawula TLD70 kang dak tresnani,
We, lha, sakpunika kok sami nyebat mas-mas an tuwin mbak, lan basa-basanan krama inggil mlipis. Menika ateges sampun nglanggar kasepakatan kita ing Joglo Wonosari, bilih kita prayogi jangkar-jangkaran kemawon lan ngoko kados duk rikala SMA supados tetep akrab kados suasana SMA. Nanging njih mboten dados punapa, wong sakpunika sampun umur, dados kala-kala mas-masan lan basa krama inggil ngiras pantes nguri-nguri kabudayan kita basa Jawi. Lha mbenjing ngoko lan njangkar malih.
Sakpunika kula sepindah malih kintun seratan kula ing KR Minggu kala 11 Juli wingi mawi irah-irahan "Melatih Otak Mencegah Kepikunan". Mugi sageta nambah seserapan. Dene menawi sampun pirsa injih dipun deleate kemawon mindak ngebak-ebaki panggenan.
Wusana cekap semanten rumiyin kangmas-kangmas (lha rak wagu ta) lan mbak-mbak sedaya, menjing kesambet malih. Nuwun.
Salam kula kapang.
IW, 14 Juli 2010.
MELATIH OTAK MENCEGAH KEPIKUNAN
Apakah kepikunan itu bisa dicegah? Demikian tulis bapak Skm, seorang pensiunan PNS, usia 65 tahun, kepada rubric kita ini. Beliau sudah sering lupa dimana meletakkan kacamatanya, berapa jumlah uang di dompetnya, sudah mengambil pension atau belum, nama teman-teman sekerjanya dulu, dimana menyimpan dasi, sepatu atau buku tabungannya.
Karena makin lama makin berat, bapak Skm ini khawatir akan mengalami Alzheimer. Apakah hal ini bias dicegah atau diobati?
Menurunnya daya ingat memang suatu kondisi alamiah dari proses penuaan.Tapi bila hal itu berlebihan atau cukup berat, kemungkinan individu tersebut mengalami suatu demensia, atau kepikunan, karena degenerasi sel-sel syaraf pusat (otak).
Demensia adalah gangguan intelektual yang progresif dan ireversibel yang meningkat prevalensinya dengan bertambahnya usia. Demensia yang banyak terjadi pada usia lanjut inilah yang disebut kepikunan. Berbeda dengan retardasi mental, funsi mental dan intelektual yang sebelumnya telah tercapai tinggi pada demensia ini secara bertahap akan hilang
Selain fungsi kognisi dan daya ingat juga fungsi bahasa dan visuospasial (pandangan ruang) akan menurun. Ditambah lagi terjadinya gangguan mental dan perilaku berupa agitasi, kegelisahan, ngeluyur tanpa tujuan, kekerasan, rewel atau berteriak-teriak, hilangnya pengendalian social dan seksual, impulsivitas, gangguan tidur dan waham (distorsi pikiran).
Demensia ada beberapa macam atau jenis, diantaranya yang paling sering terjadi dan paling berat adalah demensia tipe Alzheimer.
Penyebab kepikunan Alzheimer ini belum diketahui secara pasti. Tapi pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi postmortem (pada mayat) menemukan adanya kehilangan neuron kholinergik selain adanya perubahan structural dan fungsional otak. Juga didapatkan penurunan girus pada lobus frontalis dan temporalis otak dan degenerasi serabut neurofibrilair.
Pencegahan maupun pengobatan demensia Alzheimer ini sangat sukar. Namun sekarang telah digunakan obat-obat ACE Inhibitor yang bias menghambat perkembangan demensia ini selain secara temporer bias memperbaiki daya ingat. Sayangnya obat-obat anti demensia ini relative mahal harganya dan harus dikonsumsi seumur hidup.
Pak Skm belum tentu mengalami demensia, apalagi Alzheimer. Tapi saya annjurkan beliau memeriksakan diri ke dokter spesialis syaraf (neurology) untuk tes-tes dan pemeriksaan lengkap demensia sekaligus mendapat obat-obatnya bila diperlukan.
Kira-kira 10-15% dari semua pasien demensia (umum) bias diobati penyakit fisiknya sebagai penyebab maupun demensianya sendiri. Penyakit fisik sebagai penyebab adalah misalnya penyakit jantung, penyakit ginjal, gangguan endokrin (hormonal) dan defisiensi vitamin.
Selain obat-obatan roboransia syaraf yang bias meningkatkan metabolisme otak maupun daya ingat, terbukti bahwa latihan otak secara fisik cukup bermanfaat untuk mencegah demensia secara umum.
Seperti fungsi fisik yang baik, inti kekuatan otak adalah pergerakan. Latihan yang teratur, senam mental, akan membuat pikiran lebih waspada dan cerdas serta terjaga dari proses penuaan.
Ada bukti yang menunjukkan bahwa orang yang pada masa tuanya menjaga aktivitas mental dengan cara menstimulasi dan menantang kemampuan intelektualitas memiliki kasus gangguan ingatan yang lebih rendah.
Setiap anda belajar sesuatu yang baru, bahkan sebuah kata saja, kualitas ujung sel syaraf akan berubah dan transmisi impuls syaraf meningkat.
Anda mungkin telah mendengar bahwa seumur hidup kita hanya menggunakan sebagian kecil dari potensi otak kita, maka jelaslah bahwa fungsi otak kita benar-nemar masih dapat berubah dan bahwa kita memiliki kapasitas otak yang luar biasa besar untuk belajar hal-hal baru. Inilah yang disebut neuroplasticity atau “kelenturan syaraf otak”.
Ada banyak latihan untuk otak dan pikiran sebagaimana program pembentukan tubuh dan otot. Beberapa aktivitas yang umum dilakukan adalah belajar bahasa, memperbanyak kosa kata, berbagai macam permainan mental, memahat, melukis atau berlatih main piano. Bahkan ada beberapa cara untuk melatih otak anda setiap hari.
Misalnya suatu ketika anda terjebak macet atau berada di antrean supermarket. Pelajari lingkungan secara aktif, sengaja berfokus pada orang,, tempat, atau obyek yang berada dalam jangkauan penglihatan anda.Masuk ke sebuah ruang dan dengan hati-hati perhatikan jumlah orang, baju yang mereka pakai, penempatan meubel dan obyek lainnya.
Tulislah semua yang anda ingat dari sebuah kegiatan yang anda hadiri. Permainan seperti bridge, catur, teka-teki silang, puzzle, akan membuat otak anda tetap aktif.
Untuk hasil yang terbaik, gerakkan badan anda – seperti olah raga, peregangan, atau jalan-jalan – sebagaimana anda melatih otak.
Pekerjaan yang monoton dan berulang-ulang – misanya praktek dokter – bukanlah latihan otak dan latihan pikiran yang baik. Cobalah cari beberapa variasi dan stimulasi. Misalnya seorang teman saya seangkatan di SMA, ia seorang insinyur sipil di perusahaan bangunan besar, setelah pensiun membuka biro konsultasi dan membikin perencanaan bangunan bandara, pelabuhan, dll. Kemanapun pergi ia membawa laptopnya untuk desain dan catatan-catatannya selain aktif fotografi.
Teman saya SMA yang lain, seorang dosen senirupa, setelah pensiun membuka kursus menggambar untuk lansia maupun anak-anak, selain rajin menulis makalah untuk ceramah-ceramah senirupa modern. Dan ia sendiri tiap Minggu melukis di alam bebas. Untuk kedua teman saya ini jelas tak akan sempat pikun dalam hidupnya.
*** *
Sudarmanta TW:
Tuntunan agama Islam untuk secara istiqomah, khususnya pada usia di atas 40 th-sebaiknya dibiasakan sejak remaja, yaitu mengerjakan shalat Tahajud - Qiyamullail seperti tuntunan Rasulullah ( Rasulullah mengerjakan tahajud sebanyak 8 rakaat, ditutup witir 3 rakaat pada sepertiga malam terakhir ), dan melakukan shalat Dhuha secara rutin ( minimal 2 rakaat, maks 12 rakaat ), insyaAllah menghindarkan dari kepikunan.
Demikian petunjuk Rasulullah, insan mulia karena Allah memuliakan beliau, insan yang tidak pernah berdusta ( walau sedang bergurau )
Wassalam,
STW
Herbud:
Mas Inu ysh,ysb...
Sangat bermanfaat tulisan mas Inu tsb, apalagi untuk usia kita yg sudah mulai rawan pikun. Cara2 melatih otak yg mas sampaikan insya Alloh akan saya praktekkan. Beberapa waktu terakhir ini saya sedang belajar terjemah Al Qur'an, harus banyak menghafal kosa kata bhs arab...itu juga bisa mencegah kepikunan ya mas ?
Matur nuwun mas Inu, tulisannya bagus sekali dan bermanfaat.
Wassalam Herbud.
Sudjendro:
Teman2 TldJOG70 ysh, Saya ada milist dari tetangga mengenai kiat agar tidak cepat pikun atau pelupa. Wah.. bener ora ya kiat ini...???
1. Beri makan otak
Anda adalah yang Anda makan. Kalau banyak makan junk food, maka otak kita jadi sampah juga. Lemak dalam makanan berkadar lemak tinggi bisa berimbas buruk pada sinaps otak. Sinaps adalah bagian yang menghubungkan neuron otak dan penting untuk belajar serta mengingat. Untuk menyehatkan bagian ini, makan banyak-banyak ikan salmon, buah kiwi dan semua makanan yang mengandung asam lemak omega-3.
2. Lakukan olahraga
Olahraga bisa meningkatkan daya ingat, berpikir lebih jernih dan mengurangi risiko penyakit kognitif. Sebab olahraga akan mengurangi tekanan pada tubuh, memompa energi lebih banyak ke otak. Aktivitas ini juga memicu pelepasan bahan kimia yang menguatkan neuron. Cukup setengah saja setiap hari. Jangan lupa lakukan peregangan otot.
3. Olah otak
Mengisi TTS, main games memori, ternyata juga olah otak yang mencegah kepikunan. Aktivitas ini menstimulasi otak sehingga otak kita terlatih untuk mengingat-ingat selalu alias tidak malas berpikir. Semua itu membuat sistem otak kita selalu siap bekerja kapan saja, tidak mogok.
4. Trik memori
Agak mirip dengan yang di atas, kegiatan ini membiasakan kita mengingat-ingat dan mengontrol daya ingat. Membuat prediksi juga bisa membantu proses daya ingat. Latihan ini berguna sebab kadang saat kita punya suatu ide, kita lupa data-data lain yang bisa mendukung ide tersebut.
5. Istirahatkan
Walau otak kita genius, kalau dipakai terus juga akan lelah. Maka beri istirahat agar kelak bisa bekerja lebih baik lagi. Sebuah studi mengatakan, tidur 90 menit di siang hari bisa membantu kinerja otak.
Salam,
▼
Sunday, July 18, 2010
Thursday, July 15, 2010
Encouragement
EMEL: Teman-teman TldJOG70 ysh, berikut ini sebuah artikel yang sangat inspiratif.
LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah
sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat.
Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya
itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat,
bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai
belajar bahasa. Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah
ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang
terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana.
Saya memintanya memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.Rupanya
karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan
diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi
nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja
sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.
Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya
singkat. “Maaf Bapak dari mana?” “Dari Indonesia,” jawab saya. Dia pun
tersenyum.
Budaya Menghukum
Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup
saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun
masyarakat. “Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai
berkerut, namun tetap simpatik itu.
“Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anakanaknya
dididik di sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit
memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum,
melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement!” Dia pun
melanjutkan argumentasinya.
“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbedabeda. Namun untuk
anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan
bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,”
ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.
Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat
mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.Saya teringat betapa
mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”,
dari program master hingga doktor. Sementara di Indonesia, saya harus
menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para
penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat
melewatinya dengan mudah.
Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus
benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat.
Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan,
melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu
jawabannya.
Mereka menunjukkan grafikgrafik yang saya buat dan menerangkan
seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti. Ujian penuh
puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan
penuh keterbukaan. Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal
sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong,
malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.
Ketika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan
pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita
tidak sedap seakanakan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya
sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para
dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.
Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement.
Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun
kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata
belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan.
Ada semacam balas dendam dan kecurigaan. Saya ingat betul bagaimana
guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah
anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat,
bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang
pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter
yang membangun, bukan merusak. Kembali ke pengalaman anak saya di
atas, ibu guru mengingatkan saya.
“Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita
yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan. Saya juga
teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk
verbal.
Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun
rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang
mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah
memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun
Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.
Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup
keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah
memberi penilaian yang tidak objektif. Dia pernah protes saat menerima
nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan
“gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.
Melahirkan Kehebatan
Bisakah kita mencetak orangorang hebat dengan cara menciptakan
hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi
yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan
bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan
keras oleh guru,sundutan rokok, dan seterusnya. Kita dibesarkan dengan
seribu satu kata-kata ancaman: Awas...; Kalau,...; Nanti,...; dan
tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan
rapor di sekolah.
Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita
menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan
inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu
otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat
mengerucut (mengecil) atau sebaliknya,dapat tumbuh.Semua itu sangat
tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari
orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat
tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan,
ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.
Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah
bodoh. Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan
menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju,
bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti. (*)
RHENALD KASALI
Ketua Program MM UI
Sudjendro:
Berikut ini sebuah puisi yang juga inspiratif buat tumbuh kembangnya anak..!
Lingkungan Hidupnya Anak Belajar
(Adaptasi Puisi Karya: Nick Nolte)
Jika Anak biasa hidup dicacat dan dicela
Kelak ia akan terbiasa menyalahkan orang lain
Jika Anak biasa hidup dalam permusuhan
Kelak ia akan terbiasa menentang dan melawan
Jika Anak biasa hidup dicekam ketakutan
Kelak ia akan merasa resah dan cemas
Jika Anak biasa hidup dikasihani
Kelak ia akan meratapi nasibnya sendiri
Jika Anak biasa hidup diolok-olok
Kelak ia akan terbiasa menjadi pemalu
Jika Anak biasa hidup dikelilingi perasaan iri
Kelak ia akan terbiasa merasa bersalah
Jika Anak biasa hidup serba dimengerti dan dipahami
Kelak ia akan terbiasa menjadi penyabar
Jika Anak biasa hidup diberi semangat dan dorongan
Kelak ia akan terbiasa percaya diri
Jika Anak biasa hidup banyak dipuji
Kelak ia akan terbiasa menghargai
Jika Anak biasa hidup diterima oleh lingkungannya
Kelak ia akan terbiasa mencintai
Jika Anak biasa hidup tanpa banyak disalahkan
Kelak ia akan terbiasa senang menjadi dirinya sendiri
Jika Anak biasa hidup mendapatkan pengakuan
Kelak ia akan terbiasa menetapkan sasaran langkahnya
Jika Anak biasa hidup dalam lingkungan
yang penuh kejujuran
Kelak ia akan terbiasa memilih kebenaran
Jika Anak biasa hidup diperlakukan adil
Kelak ia akan terbiasa dengan keadilan
Jika Anak biasa hidup mengenyam rasa aman
Kelak ia akan biasa hidup percaya diri dan mempercayai orang-orang di sekitarnya
Jika Anak biasa hidup di tengah keramah-tamahan
Kelak ia akan terbiasa berpendirian :
"Sungguh indah dunia ini !"
LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah
sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat.
Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya
itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat,
bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai
belajar bahasa. Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah
ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang
terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana.
Saya memintanya memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.Rupanya
karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan
diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi
nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja
sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.
Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya
singkat. “Maaf Bapak dari mana?” “Dari Indonesia,” jawab saya. Dia pun
tersenyum.
Budaya Menghukum
Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup
saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun
masyarakat. “Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai
berkerut, namun tetap simpatik itu.
“Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anakanaknya
dididik di sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit
memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum,
melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement!” Dia pun
melanjutkan argumentasinya.
“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbedabeda. Namun untuk
anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan
bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,”
ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.
Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat
mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.Saya teringat betapa
mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”,
dari program master hingga doktor. Sementara di Indonesia, saya harus
menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para
penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat
melewatinya dengan mudah.
Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus
benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat.
Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan,
melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu
jawabannya.
Mereka menunjukkan grafikgrafik yang saya buat dan menerangkan
seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti. Ujian penuh
puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan
penuh keterbukaan. Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal
sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong,
malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.
Ketika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan
pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita
tidak sedap seakanakan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya
sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para
dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.
Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement.
Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun
kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata
belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan.
Ada semacam balas dendam dan kecurigaan. Saya ingat betul bagaimana
guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah
anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat,
bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang
pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter
yang membangun, bukan merusak. Kembali ke pengalaman anak saya di
atas, ibu guru mengingatkan saya.
“Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita
yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan. Saya juga
teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk
verbal.
Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun
rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang
mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah
memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun
Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.
Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup
keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah
memberi penilaian yang tidak objektif. Dia pernah protes saat menerima
nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan
“gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.
Melahirkan Kehebatan
Bisakah kita mencetak orangorang hebat dengan cara menciptakan
hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi
yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan
bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan
keras oleh guru,sundutan rokok, dan seterusnya. Kita dibesarkan dengan
seribu satu kata-kata ancaman: Awas...; Kalau,...; Nanti,...; dan
tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan
rapor di sekolah.
Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita
menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan
inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu
otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat
mengerucut (mengecil) atau sebaliknya,dapat tumbuh.Semua itu sangat
tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari
orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat
tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan,
ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.
Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah
bodoh. Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan
menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju,
bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti. (*)
RHENALD KASALI
Ketua Program MM UI
Sudjendro:
Berikut ini sebuah puisi yang juga inspiratif buat tumbuh kembangnya anak..!
Lingkungan Hidupnya Anak Belajar
(Adaptasi Puisi Karya: Nick Nolte)
Jika Anak biasa hidup dicacat dan dicela
Kelak ia akan terbiasa menyalahkan orang lain
Jika Anak biasa hidup dalam permusuhan
Kelak ia akan terbiasa menentang dan melawan
Jika Anak biasa hidup dicekam ketakutan
Kelak ia akan merasa resah dan cemas
Jika Anak biasa hidup dikasihani
Kelak ia akan meratapi nasibnya sendiri
Jika Anak biasa hidup diolok-olok
Kelak ia akan terbiasa menjadi pemalu
Jika Anak biasa hidup dikelilingi perasaan iri
Kelak ia akan terbiasa merasa bersalah
Jika Anak biasa hidup serba dimengerti dan dipahami
Kelak ia akan terbiasa menjadi penyabar
Jika Anak biasa hidup diberi semangat dan dorongan
Kelak ia akan terbiasa percaya diri
Jika Anak biasa hidup banyak dipuji
Kelak ia akan terbiasa menghargai
Jika Anak biasa hidup diterima oleh lingkungannya
Kelak ia akan terbiasa mencintai
Jika Anak biasa hidup tanpa banyak disalahkan
Kelak ia akan terbiasa senang menjadi dirinya sendiri
Jika Anak biasa hidup mendapatkan pengakuan
Kelak ia akan terbiasa menetapkan sasaran langkahnya
Jika Anak biasa hidup dalam lingkungan
yang penuh kejujuran
Kelak ia akan terbiasa memilih kebenaran
Jika Anak biasa hidup diperlakukan adil
Kelak ia akan terbiasa dengan keadilan
Jika Anak biasa hidup mengenyam rasa aman
Kelak ia akan biasa hidup percaya diri dan mempercayai orang-orang di sekitarnya
Jika Anak biasa hidup di tengah keramah-tamahan
Kelak ia akan terbiasa berpendirian :
"Sungguh indah dunia ini !"
Monday, July 12, 2010
FALSAFAH "OJO"
Masyhuri:
Teman2 ysh,
Falsafah berikut ini masih relevan nggak ya:
. Ojo dumeh
· Ojo deksiyo
· Ojo ngongso
· Ojo keminter
· Ojo gumunan
· Ojo kebat kliwat
· Ojo waton suloyo
· Ojo rumongso biso
· Ojo kumalungkung
· Ojo nggege mongso
· Ojo milik darbeking liyan
· Ojo adigang, adigung, adiguno
· Ojo kumingsun sopo siro sopo ingsun
· Ojo kumo wani, keladuk wani kurang dugo
Kalau nggak tau artinya mohon bantuan mas STW untuk menterjemahkan.
wassalam,
mhr
Sudarmanta Tri Widada:
Mas Masyhuri dan sahabat2 TeladanJOG70 semua,
Saya mencoba merespon email mas Masyhuri ini sabagai berikut :
1. Yang paling pas “njlentreh-kan “ falsafah ini adalah komandan kita rama Edhi Martono karena sekurang-kurangnya :
- Beliau sejak lahir hingga kini tinggal dilingkungan berbahasa dan berbudaya Jawa
- Beliau pengguna aktif bahasa Jawa baik lisan maupun tulisan, dalam khutbah2 beliau, dalam acara keluarga / social ( RW, mantenan, pranata adicara , dll. ) dan penulis artikel dalam majalah bahasa Jawa di Yogyakarta dan Jawa Tengah
- Beliau mempunyai “hobby” dan kemampuan nguri-nguri kabudayan Jawa
- Dll.
2. Saya ( sudah sejak th. 1984 meninggalkan lingkungan ber-budaya dan berbahasa Jawa ) sudah agak “grothal-grathul “ berbahasa Jawa, kosa-kata Jawa yang saya kuasai tidak bertambah, tidak terasah karena faktor lingkungan, dalam beberapa hal mungkin malah berkurang dibanding ketika masih tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya ( anakku wae ora isa omong Jawa kabeh, walau kami – saya dan isteri pengguna aktif bahasa Jawa di rumah )
3. Saya berpendapat falsafah yang diaturke mas Masyhuri ini masih relevan dan tetap relevan dalam kehidupan yang baik, sejalan dengan ajaran agama dan ajaran moral untuk dapat menjaga pergaulan antar manusia yang baik.
4. Saya ingin merespons tentang transkripsi penulisan kata-kata berbahasa Jawa , khususnya yang berkaitan dengan bunyi “ nglegena “, bunyi “ a “ dan bunyi “ o “, sebagai berikut :
- Pada saat saya sekolah di SD, guru bahasa Jawa saya memberikan “tip” bagaimana men-transkripsikan kata-kata Jawa dalam tulisan Latin, dengan menambahkan bunyi “ e “ atau “ ne “ pada kata-kata tersebut ( penambahan bunyi “ e / ne “ tidak selalu mempunyai arti,namun dari “ rasa bahasa “ kita akan dapat menentukan bagaimana bunyinya kemudian ). Bila bunyinya berubah menjadi bunyi “ a “, maka kata-kata “ nglegena “ tersebut ditulis dengan huruf “ a “. Namun bila setelah ditambah bunyinya tetap berbunyi “ nglegena “, penulisan menggunakan huruf “ o “. Sedang kata-kata berbunyi “ o “ jelas ditulis menggunakan huruf “ o “
- Contoh :
Kaya ( seperti ) -à kaya-ne ( bukan “ koyo-ne )
Raja ( King )-à raja-ne ( bukan “ rojo-ne )
Lara ( sakit ) -à lara-ne ( bukan “ loro-ne )
Gombong ( wetan Koreya ) -à Gombong-e
Gambang ( tunggale saron ) àGambang-e
Saron ( tunggale gambang ) à saron-e
Laron ( gurih nek pun digoreng )à laron-e ( bukan “ larane “)
Bojo loro padha lara sambate ngaruara -à bukan “ Bojo loro podho loro sambate ngaruoro “
…………..dan seterusnya dicoba sendiri
- Dengan tips ini maka traskripsi falsafah yang diaturke mas Masyhuri tadi menjadi :
· Ojo deksiyo à Aja deksiya
· Ojo ngongso à Aja ngangsa
· Ojo keminter à Aja keminter
· Ojo gumunan à Aja gumunan
· Ojo kebat kliwat à Aja kebat kliwat
· Ojo waton suloyo à Aja waton sulaya
· Ojo rumongso biso à Aja rumangsa bisa
· Ojo kumalungkung à Aja kumalungkung
· Ojo nggege mongso à Aja nggege mangsa
· Ojo milik darbeking liyan à Aja milik darbeking liyan
· Ojo adigang, adigung, adiguno à Aja adigang adigung adiguna
· Ojo kumingsun sopo siro sopo ingsun à Aja kumingsun sapa sira sapa ingsun
· Ojo kumo wani, keladuk wani kurang dugo à Aja kumawani , keladuk wani kurang duga
( penulisan nama orang suku Jawa yang lazimnya ditulis menggunakan huruf “ o “ walau berbunyi “ nglegena “ sudah “ salah kaprah “ ( walau “ salah “ tapi sudah “ kaprah “ , ya uwis…..Saya sendiri kerap dikira orang Sunda dari tulisan nama saya, walau nama saya bukan nama suku Sunda….:-D)
5.Terjemahan dan “ werdi –ne “ falsafah Jawa ini kita tunggu pencerahan dari nDan EdMArt, tanggung jossss….!
Wassalam,
Sudarmanta Tri Widada ( tidak pakai sandhangan, nglegena, ote-ote deh )
Edhi Martono:
Halah, rama Darmanta pintere anggone endha ...
Yang nomer satu itu meski alasane bener, kesimpulane ora patiya. Saya itu cuma pandhemen basa Jawa, ya ngerti sithik-sithik marga tinggalane wong tuwa-tuwa biyen mongsok ora ana sing ngopeni.
Yang kedua, weh--kesimpulane kleru lho. Durung mesthi sing tambah adoh saka tlatah Jawa budaya Jawane ilang. Nyatane saya punya teman asmane rama Hardjasusila MA. Daleme biyen ana Manoa Road, Honolulu, Hawaii. Lha budaya Jawane kebak mencep tur peres wong panjenengane iku dosen Musikologi University of Hawaii, ngajari mahasiswa dadi niyaga lan waranggana ...
Lha nomer tiga lan sekawan kula cocog sanget. Sepindhah panci leres bilih menapa ingkeng dipunaturaken kangmas Masyhuri menika taksih wonten ingkang nguri-uri lan nerasaken, senadyan langkung kathah malih ingkang sampun kesupen utawi malah dereng nate mireng. Kaping kalihipun, panci leres ngeja tembung Jawi menika kalebet boten gampil, amargi cara pangejanipun awis-awis dipunterangaken, sarehdene sabageyan ageng waosan wontenipun mawi Bahasa Indonesia. Ejaan ingkang dipunaturaken mas Sudarmanta menika ejaan baku Basa Jawa, sasampunipun wongsal-wangsul dipungantos lan dipunsampurnakaken. Saksanesipun gantosing aksara uni (huruf hidup), saweneh aksara pejah (huruf mati) ugi dipundamel benten, kadosta sotho lan soto, padha lan pada lsp.
Dene manawi bab werdinipun utawi suraosipun ukara ingkang kaajengaken dening kangmas Masyhuri, sejatosipun taksih kathah ingkang kaangge ing bebrayan Jawi. Namung manawi kanggenipun para kadang anem, para mudha tumaruna, adatipun sampun boten dipungatosaken, amargi sampun kapejahan obor blarak, sampun kecalan enggok, langkung pana lan langkung katrem dhumateng ukara saking budaya sanes ...
Mila samangke nyuwun gunging pangaksami rumiyin, bab anggenipun mbikak werdi lan suraosing ukara kasebat, sekamat-kamat badhe kulasuwunaken rembag dhumateng ingkang langkung bantas ngelmunipun ...
1. Aja dumeh -- Ini ungkapan/frasa yang paling banyak dijumpai dan banyak kita dengar. Kalau Sala dan sekitarnya mungkin lebih kenal "dupeh", atau "peh" saja. "Dumeh" menunjukkan 'kemumpungan' kita: dumeh sugih terus ora gelem tepung tanggane sing mlarat, dumeh pinter ora gelem kumpul karo sing bodho, dumeh bagus terus ngalor-ngidul adol bagus ... Jadi falsafah "aja dumeh" hakekatnya mengingatkan kita untuk selalu andhap asor, tidak merasa mumpung memiliki kelebihan lalu dipakai menindas yang lain.
Jelas ini nilai norma yang tinggi, nganti saking dhuwure ora bisa diranggeh ...
2. Aja deksiya utawi aja degsiya (sigeg g menika sigeg "lebet", dipun dhawahaken wingking cethak, dene sigeg k langkung cethek, contonipun bedhag lan bedhak, lha benten). Degsiya menika wengis, bengis terutama terhadap sesama makhluk hidup (gampang mara tangan maupun menyakiti hati). Degsiya bisa fisik bisa psikis. Wong degsiya iku seneng yen kancane susah, susah yen kancane seneng.
3. Aja ngangsa, jangan rakus. Wis duwe sing apik isih kepengin luwih apik maneh, kamangka kiwa-tengene malah akeh sing ora duwe. Greedy, nuruti pepenginane dhewe, menghalalkan segala cara untuk kepuasan diri, apa-apa arep dihaki dhewe. Kacariyos nalika sang hyang Wenang anyipta tigan kangge momong jagad, pecahing tigan dados cahya tiga: kuningipun dados Manikmaya, pethakipun dados Smarasanta, cangkang utawi kulitipun dados Antaga. Saking tetiganipun wau sanghyang Antaga ingkang watekipun ngangsa: gunung lan redi badhe dipunkuwaosi, dipun tadhah kalamangsa, dipun emplok sakathah-kathahipun , saengga risak kawontenan badanipun, tutukipun dados amba njeplak lan lathinipun dawir panjang. Mila lajeng kadhawahaken dhateng marcapada, kanti sesilih kyai Togog, wondene Smarasanta dados Semar lan Manikmaya dados bathara Guru. Demikian gambaran seseorang yang "ngangsa" ... Ora sah percaya banget-banget wong mung dongeng, ingkang baken punpendhet sarining cariyos.
4. Aja keminter, mingsed saking tembung "kuminter", tegesipun boten purun mangertos dhumateng bodhonipun, tidak mau tahu dirinya bodoh, merasa lebih pintar dari yang lain-lain--lhaa, keminter. Temtu kemawon boten prayogi, amargi miturut Chin Yong, Gan KL utawi Kho Ping Hoo (ingkang lajeng dipunsitir kaliyan almarhum WS Rendra), "di atas langit masih ada langit". Senadyana sampun "boen bu ciat thian, bun boe coat thay"--pandai dalam ilmu surat dan ilmu silat, taksih badhe wonten ingkang ngungguli. Aja keminter!
5. Aja gumunan. Gampang terheran-heran itu penyebab lengah. Gampil gumun menika ngicalaken kawaspadan. Kamangka kita tansah dipunsuwun "sing eling lan waspada". Maka jangan mudah terheran-heran jika sebab-musabab tidak diketahui. Dunia adalah tempat segala macam kemungkinan, manusia diciptakan 'Laqodkholakna' l insaana fii aghsani ta'wiiim", tetapi juga "tsuma radzatnaahu 'asfala saafiliin". Bisa mencapai derajat yang paling tinggi, tapi juga dapat terpuruk ke lembah yang sedalam-dalamnya, segelap-gelapnya. Jadi, jangan heran--itu semua sudah menjadi nas AlLah swt, dan hanya yang "alladzina amanu wa amilu sholihat" yang akan "falaahum ajr'um ghoirun man nuun".
6. Aja kebat kliwat -- jangan terburu-buru sehingga meninggalkan yang pokok/penting. Kebat itu menyegerakan, sedang kliwat itu maknanya "ada yang terlampaui", kosokbaline (lawan kata, antonim) adalah sareh, sabar, alon-alon nganggo digagas dhisik ... Biasanya kata-kata "kebat kliwat" dilanjutkan dengan "gancang pincang". Jadi "Aja kebat kliwat, aja gancang pincang". Alon-alon, waton klakon (kanthi apik, ora mung anggere klakon thok!)
7. Aja waton sulaya -- sulaya itu potensi konflik, sedang konfliknya sendiri istilahnya pasulayan. Oleh karenanya, jangan menciptakan potensi konflik, asal berbeda, asal tidak sama dengan yang lain, waton seje, waton beda. Ini petuah (dari kata Arab "fatwa", kata Allahyarham pak Edi Tomo dulu) khas negeri agraris, karena di negerinya petani yang dicari adalah keseimbangan kosmos, antara dunia "kita" dengan dunia "luar", jadi ra sah neka-neka, aja waton ngeyel, waton wani, waton wae ...
8. Aja rumangsa bisa -- merasa yang paling bisa. Petuah Jawa biasanya disusun berpurwakanthi (literally, "kata tersambung", misalnya sama bunyi akhirnya, sama awalnya, berturutan, bolak-balik dst), Biasanya menjadi purwakanthi "aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa". Jangan merasa selalu atau paling bisa, tetapi jadilah orang yang bisa berperasaan, "nduweni rasa-rumangsa" .
9. Aja kumalungkung -- "Lungkung" atau kata tanduk kriyanya (kata kerjanya) "nglungkung" ("anglungkung" ) bermakna menganggap dirinya lebih. Ater-ater atau awalan "kuma" itu memberikan sifat kepada seseorang--meski sesungguhnya belum tentu sesuai. Contone, wani -- kumawani (orang yang nekat2an berani, bukan karena sungguh-sungguh berani). Ater-ater "kuma" ini satu kelompok dengan "kapi" dan "kami" (kapidara, kapiluyu, kamitenggengen, kamisosolen) . Aja kumalungkung- -jangan sombong, jangan suka menganggap orang lain keciiil, tidak berarti.
10. Aja nggege mangsa -- jangan tidak sabaran, belum waktunya sudah dikejar2 dan ditangkap. Kesusu, durung mateng, isih kemampo wis diundhuh. Manusia memang suka nggege mangsa, makanya diingatkan "Wal ashr', innal insaana laa fii khusr". Waktu hanya akan menimbulkan kerugian--kecuali bagi yang memenuhi kriteria tertentu. Bentul, jadi syarat dan ketentuan berlaku, ora angger uwong isa, niyat dha sakkarepe dhewe. Dha nggege mangsa.
Makaten rumiyin. Sanes wekdal kasambet malih. Manawi wonten galap-gangsul utawi lepat-klentu ingkang kasengaja utawi boten, ingkang kathah pangapunten. AlhamdulilLah mesisan kagem sangu kita sami ngajengaken wulan Ramadhan.
Nuwun
edmart
Teman2 ysh,
Falsafah berikut ini masih relevan nggak ya:
. Ojo dumeh
· Ojo deksiyo
· Ojo ngongso
· Ojo keminter
· Ojo gumunan
· Ojo kebat kliwat
· Ojo waton suloyo
· Ojo rumongso biso
· Ojo kumalungkung
· Ojo nggege mongso
· Ojo milik darbeking liyan
· Ojo adigang, adigung, adiguno
· Ojo kumingsun sopo siro sopo ingsun
· Ojo kumo wani, keladuk wani kurang dugo
Kalau nggak tau artinya mohon bantuan mas STW untuk menterjemahkan.
wassalam,
mhr
Sudarmanta Tri Widada:
Mas Masyhuri dan sahabat2 TeladanJOG70 semua,
Saya mencoba merespon email mas Masyhuri ini sabagai berikut :
1. Yang paling pas “njlentreh-kan “ falsafah ini adalah komandan kita rama Edhi Martono karena sekurang-kurangnya :
- Beliau sejak lahir hingga kini tinggal dilingkungan berbahasa dan berbudaya Jawa
- Beliau pengguna aktif bahasa Jawa baik lisan maupun tulisan, dalam khutbah2 beliau, dalam acara keluarga / social ( RW, mantenan, pranata adicara , dll. ) dan penulis artikel dalam majalah bahasa Jawa di Yogyakarta dan Jawa Tengah
- Beliau mempunyai “hobby” dan kemampuan nguri-nguri kabudayan Jawa
- Dll.
2. Saya ( sudah sejak th. 1984 meninggalkan lingkungan ber-budaya dan berbahasa Jawa ) sudah agak “grothal-grathul “ berbahasa Jawa, kosa-kata Jawa yang saya kuasai tidak bertambah, tidak terasah karena faktor lingkungan, dalam beberapa hal mungkin malah berkurang dibanding ketika masih tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya ( anakku wae ora isa omong Jawa kabeh, walau kami – saya dan isteri pengguna aktif bahasa Jawa di rumah )
3. Saya berpendapat falsafah yang diaturke mas Masyhuri ini masih relevan dan tetap relevan dalam kehidupan yang baik, sejalan dengan ajaran agama dan ajaran moral untuk dapat menjaga pergaulan antar manusia yang baik.
4. Saya ingin merespons tentang transkripsi penulisan kata-kata berbahasa Jawa , khususnya yang berkaitan dengan bunyi “ nglegena “, bunyi “ a “ dan bunyi “ o “, sebagai berikut :
- Pada saat saya sekolah di SD, guru bahasa Jawa saya memberikan “tip” bagaimana men-transkripsikan kata-kata Jawa dalam tulisan Latin, dengan menambahkan bunyi “ e “ atau “ ne “ pada kata-kata tersebut ( penambahan bunyi “ e / ne “ tidak selalu mempunyai arti,namun dari “ rasa bahasa “ kita akan dapat menentukan bagaimana bunyinya kemudian ). Bila bunyinya berubah menjadi bunyi “ a “, maka kata-kata “ nglegena “ tersebut ditulis dengan huruf “ a “. Namun bila setelah ditambah bunyinya tetap berbunyi “ nglegena “, penulisan menggunakan huruf “ o “. Sedang kata-kata berbunyi “ o “ jelas ditulis menggunakan huruf “ o “
- Contoh :
Kaya ( seperti ) -à kaya-ne ( bukan “ koyo-ne )
Raja ( King )-à raja-ne ( bukan “ rojo-ne )
Lara ( sakit ) -à lara-ne ( bukan “ loro-ne )
Gombong ( wetan Koreya ) -à Gombong-e
Gambang ( tunggale saron ) àGambang-e
Saron ( tunggale gambang ) à saron-e
Laron ( gurih nek pun digoreng )à laron-e ( bukan “ larane “)
Bojo loro padha lara sambate ngaruara -à bukan “ Bojo loro podho loro sambate ngaruoro “
…………..dan seterusnya dicoba sendiri
- Dengan tips ini maka traskripsi falsafah yang diaturke mas Masyhuri tadi menjadi :
· Ojo deksiyo à Aja deksiya
· Ojo ngongso à Aja ngangsa
· Ojo keminter à Aja keminter
· Ojo gumunan à Aja gumunan
· Ojo kebat kliwat à Aja kebat kliwat
· Ojo waton suloyo à Aja waton sulaya
· Ojo rumongso biso à Aja rumangsa bisa
· Ojo kumalungkung à Aja kumalungkung
· Ojo nggege mongso à Aja nggege mangsa
· Ojo milik darbeking liyan à Aja milik darbeking liyan
· Ojo adigang, adigung, adiguno à Aja adigang adigung adiguna
· Ojo kumingsun sopo siro sopo ingsun à Aja kumingsun sapa sira sapa ingsun
· Ojo kumo wani, keladuk wani kurang dugo à Aja kumawani , keladuk wani kurang duga
( penulisan nama orang suku Jawa yang lazimnya ditulis menggunakan huruf “ o “ walau berbunyi “ nglegena “ sudah “ salah kaprah “ ( walau “ salah “ tapi sudah “ kaprah “ , ya uwis…..Saya sendiri kerap dikira orang Sunda dari tulisan nama saya, walau nama saya bukan nama suku Sunda….:-D)
5.Terjemahan dan “ werdi –ne “ falsafah Jawa ini kita tunggu pencerahan dari nDan EdMArt, tanggung jossss….!
Wassalam,
Sudarmanta Tri Widada ( tidak pakai sandhangan, nglegena, ote-ote deh )
Edhi Martono:
Halah, rama Darmanta pintere anggone endha ...
Yang nomer satu itu meski alasane bener, kesimpulane ora patiya. Saya itu cuma pandhemen basa Jawa, ya ngerti sithik-sithik marga tinggalane wong tuwa-tuwa biyen mongsok ora ana sing ngopeni.
Yang kedua, weh--kesimpulane kleru lho. Durung mesthi sing tambah adoh saka tlatah Jawa budaya Jawane ilang. Nyatane saya punya teman asmane rama Hardjasusila MA. Daleme biyen ana Manoa Road, Honolulu, Hawaii. Lha budaya Jawane kebak mencep tur peres wong panjenengane iku dosen Musikologi University of Hawaii, ngajari mahasiswa dadi niyaga lan waranggana ...
Lha nomer tiga lan sekawan kula cocog sanget. Sepindhah panci leres bilih menapa ingkeng dipunaturaken kangmas Masyhuri menika taksih wonten ingkang nguri-uri lan nerasaken, senadyan langkung kathah malih ingkang sampun kesupen utawi malah dereng nate mireng. Kaping kalihipun, panci leres ngeja tembung Jawi menika kalebet boten gampil, amargi cara pangejanipun awis-awis dipunterangaken, sarehdene sabageyan ageng waosan wontenipun mawi Bahasa Indonesia. Ejaan ingkang dipunaturaken mas Sudarmanta menika ejaan baku Basa Jawa, sasampunipun wongsal-wangsul dipungantos lan dipunsampurnakaken. Saksanesipun gantosing aksara uni (huruf hidup), saweneh aksara pejah (huruf mati) ugi dipundamel benten, kadosta sotho lan soto, padha lan pada lsp.
Dene manawi bab werdinipun utawi suraosipun ukara ingkang kaajengaken dening kangmas Masyhuri, sejatosipun taksih kathah ingkang kaangge ing bebrayan Jawi. Namung manawi kanggenipun para kadang anem, para mudha tumaruna, adatipun sampun boten dipungatosaken, amargi sampun kapejahan obor blarak, sampun kecalan enggok, langkung pana lan langkung katrem dhumateng ukara saking budaya sanes ...
Mila samangke nyuwun gunging pangaksami rumiyin, bab anggenipun mbikak werdi lan suraosing ukara kasebat, sekamat-kamat badhe kulasuwunaken rembag dhumateng ingkang langkung bantas ngelmunipun ...
1. Aja dumeh -- Ini ungkapan/frasa yang paling banyak dijumpai dan banyak kita dengar. Kalau Sala dan sekitarnya mungkin lebih kenal "dupeh", atau "peh" saja. "Dumeh" menunjukkan 'kemumpungan' kita: dumeh sugih terus ora gelem tepung tanggane sing mlarat, dumeh pinter ora gelem kumpul karo sing bodho, dumeh bagus terus ngalor-ngidul adol bagus ... Jadi falsafah "aja dumeh" hakekatnya mengingatkan kita untuk selalu andhap asor, tidak merasa mumpung memiliki kelebihan lalu dipakai menindas yang lain.
Jelas ini nilai norma yang tinggi, nganti saking dhuwure ora bisa diranggeh ...
2. Aja deksiya utawi aja degsiya (sigeg g menika sigeg "lebet", dipun dhawahaken wingking cethak, dene sigeg k langkung cethek, contonipun bedhag lan bedhak, lha benten). Degsiya menika wengis, bengis terutama terhadap sesama makhluk hidup (gampang mara tangan maupun menyakiti hati). Degsiya bisa fisik bisa psikis. Wong degsiya iku seneng yen kancane susah, susah yen kancane seneng.
3. Aja ngangsa, jangan rakus. Wis duwe sing apik isih kepengin luwih apik maneh, kamangka kiwa-tengene malah akeh sing ora duwe. Greedy, nuruti pepenginane dhewe, menghalalkan segala cara untuk kepuasan diri, apa-apa arep dihaki dhewe. Kacariyos nalika sang hyang Wenang anyipta tigan kangge momong jagad, pecahing tigan dados cahya tiga: kuningipun dados Manikmaya, pethakipun dados Smarasanta, cangkang utawi kulitipun dados Antaga. Saking tetiganipun wau sanghyang Antaga ingkang watekipun ngangsa: gunung lan redi badhe dipunkuwaosi, dipun tadhah kalamangsa, dipun emplok sakathah-kathahipun , saengga risak kawontenan badanipun, tutukipun dados amba njeplak lan lathinipun dawir panjang. Mila lajeng kadhawahaken dhateng marcapada, kanti sesilih kyai Togog, wondene Smarasanta dados Semar lan Manikmaya dados bathara Guru. Demikian gambaran seseorang yang "ngangsa" ... Ora sah percaya banget-banget wong mung dongeng, ingkang baken punpendhet sarining cariyos.
4. Aja keminter, mingsed saking tembung "kuminter", tegesipun boten purun mangertos dhumateng bodhonipun, tidak mau tahu dirinya bodoh, merasa lebih pintar dari yang lain-lain--lhaa, keminter. Temtu kemawon boten prayogi, amargi miturut Chin Yong, Gan KL utawi Kho Ping Hoo (ingkang lajeng dipunsitir kaliyan almarhum WS Rendra), "di atas langit masih ada langit". Senadyana sampun "boen bu ciat thian, bun boe coat thay"--pandai dalam ilmu surat dan ilmu silat, taksih badhe wonten ingkang ngungguli. Aja keminter!
5. Aja gumunan. Gampang terheran-heran itu penyebab lengah. Gampil gumun menika ngicalaken kawaspadan. Kamangka kita tansah dipunsuwun "sing eling lan waspada". Maka jangan mudah terheran-heran jika sebab-musabab tidak diketahui. Dunia adalah tempat segala macam kemungkinan, manusia diciptakan 'Laqodkholakna' l insaana fii aghsani ta'wiiim", tetapi juga "tsuma radzatnaahu 'asfala saafiliin". Bisa mencapai derajat yang paling tinggi, tapi juga dapat terpuruk ke lembah yang sedalam-dalamnya, segelap-gelapnya. Jadi, jangan heran--itu semua sudah menjadi nas AlLah swt, dan hanya yang "alladzina amanu wa amilu sholihat" yang akan "falaahum ajr'um ghoirun man nuun".
6. Aja kebat kliwat -- jangan terburu-buru sehingga meninggalkan yang pokok/penting. Kebat itu menyegerakan, sedang kliwat itu maknanya "ada yang terlampaui", kosokbaline (lawan kata, antonim) adalah sareh, sabar, alon-alon nganggo digagas dhisik ... Biasanya kata-kata "kebat kliwat" dilanjutkan dengan "gancang pincang". Jadi "Aja kebat kliwat, aja gancang pincang". Alon-alon, waton klakon (kanthi apik, ora mung anggere klakon thok!)
7. Aja waton sulaya -- sulaya itu potensi konflik, sedang konfliknya sendiri istilahnya pasulayan. Oleh karenanya, jangan menciptakan potensi konflik, asal berbeda, asal tidak sama dengan yang lain, waton seje, waton beda. Ini petuah (dari kata Arab "fatwa", kata Allahyarham pak Edi Tomo dulu) khas negeri agraris, karena di negerinya petani yang dicari adalah keseimbangan kosmos, antara dunia "kita" dengan dunia "luar", jadi ra sah neka-neka, aja waton ngeyel, waton wani, waton wae ...
8. Aja rumangsa bisa -- merasa yang paling bisa. Petuah Jawa biasanya disusun berpurwakanthi (literally, "kata tersambung", misalnya sama bunyi akhirnya, sama awalnya, berturutan, bolak-balik dst), Biasanya menjadi purwakanthi "aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa". Jangan merasa selalu atau paling bisa, tetapi jadilah orang yang bisa berperasaan, "nduweni rasa-rumangsa" .
9. Aja kumalungkung -- "Lungkung" atau kata tanduk kriyanya (kata kerjanya) "nglungkung" ("anglungkung" ) bermakna menganggap dirinya lebih. Ater-ater atau awalan "kuma" itu memberikan sifat kepada seseorang--meski sesungguhnya belum tentu sesuai. Contone, wani -- kumawani (orang yang nekat2an berani, bukan karena sungguh-sungguh berani). Ater-ater "kuma" ini satu kelompok dengan "kapi" dan "kami" (kapidara, kapiluyu, kamitenggengen, kamisosolen) . Aja kumalungkung- -jangan sombong, jangan suka menganggap orang lain keciiil, tidak berarti.
10. Aja nggege mangsa -- jangan tidak sabaran, belum waktunya sudah dikejar2 dan ditangkap. Kesusu, durung mateng, isih kemampo wis diundhuh. Manusia memang suka nggege mangsa, makanya diingatkan "Wal ashr', innal insaana laa fii khusr". Waktu hanya akan menimbulkan kerugian--kecuali bagi yang memenuhi kriteria tertentu. Bentul, jadi syarat dan ketentuan berlaku, ora angger uwong isa, niyat dha sakkarepe dhewe. Dha nggege mangsa.
Makaten rumiyin. Sanes wekdal kasambet malih. Manawi wonten galap-gangsul utawi lepat-klentu ingkang kasengaja utawi boten, ingkang kathah pangapunten. AlhamdulilLah mesisan kagem sangu kita sami ngajengaken wulan Ramadhan.
Nuwun
edmart
Friday, July 9, 2010
HIDUP HANYA SEKEJAB
EMEL:
Hidup hanya sekejap, maka:
Hati2 dng PIKIRAN2mu, karena akan menjadi KATA2mu.
Hati2 dng KATA2mu, karena akan menjadi TINDAKAN2mu.
Hati2 dng TINDAKAN2mu, karena akan menjadi KEBIASAAN2mu.
Hati2 dng KEBIASAAN2mu, karena akan menjadi KARAKTERmu.
Hati2 dng KARAKTERmu, karena akan menjadi TAKDIRmu.
Jika tidak hati2 TAKDIRmu berakhir menyedihkan...
Jadikan hidupmu lebih berarti.
Hidup ini sangat singkat, cintai orang2 disekelilingmu, cintai org2 yg mencintaimu..
Salam, (sbg renungan Jum'at pagi)
Emel
Hidup hanya sekejap, maka:
Hati2 dng PIKIRAN2mu, karena akan menjadi KATA2mu.
Hati2 dng KATA2mu, karena akan menjadi TINDAKAN2mu.
Hati2 dng TINDAKAN2mu, karena akan menjadi KEBIASAAN2mu.
Hati2 dng KEBIASAAN2mu, karena akan menjadi KARAKTERmu.
Hati2 dng KARAKTERmu, karena akan menjadi TAKDIRmu.
Jika tidak hati2 TAKDIRmu berakhir menyedihkan...
Jadikan hidupmu lebih berarti.
Hidup ini sangat singkat, cintai orang2 disekelilingmu, cintai org2 yg mencintaimu..
Salam, (sbg renungan Jum'at pagi)
Emel
Wednesday, July 7, 2010
ASMARADANA
Inu Wicaksana:
Katur putra putrinipun kangmas Herbud :
Gegarane wong akrami
Dudu banda dudu rupa
Namung ati pawitane
Yen gampang luwih gampang
Yen angel angel sakalangkung
Tan kena arta
Artinya:
Hakekat orang berumah tangga
Bukan krn harta atau rupa
Kasih sayang itulah modal dasarnya
Sesekali salah sesekali benar
Bila mudah terasa sangat indah
Bila sukar terasa sangat susah
Tak dapat dibeli dengan harta benda (uang).
Lha nek sing nembangke maca pat ya mas Sudarmanta lan Marsito wae. Mesti ngesss...joss
Nah, salam
IW
6 juli 2010
Edhi Martono:
Mas Inu, mas Marsito, utawi malih mas Herbud sekaliyan lan penganten:
Ingkang dipunaturaken mas Inu menika panci salah satunggaling pupuh Asmarandana ingkang misuwur sanget, mboten namung kangge nuturi panganten enggal, nanging ugi tumrap soksintena ingkang badhe yasa lan mbangun balewisme.
Namun kemawon menapa ingkang dipunaturaken mas Inu taksih kirang sapada (setunggal larik, satu baris). Dene pada ingkang pungkasan taksih kirang kalih wanda (dua suku kata). Kawuningana, tembang macapat menika aturanipun baken, Asmarandana gadhah guru wilangan (cacahing wanda, jumlah sukukata) ingkang ajeg sami saben sapada utawi salarikipun, makaten ugi guru lagunipun (dhawahipun suwanten ing pungkasaning pada, suara huruf hidup pada akhir baris). Asmarandana menika pathokanipun 8-i, 8-a, 8-e, 8-a, 7-a, 8-u, 8-a.Mila ingkang kaaturaken mas Inu wujudipun lajeng kados makaten:
Gegarane wong akrami
Dudu bandha dudu rupa
Amung ati pawitane
Luput pisan kena pisan
Yen gampang luwih gampang
Yen angel angel kalangkung
Tan kena tinambak arta
(Pangkal penting orang menikah
Bukan harta bukan wajah
Hanya hatilah modalnya
Sekali maju langsung kena
Dianggap mudah memang mudah
Dikatakan sulit, tak ada bandingnya
Tak dapat dibentengi uang)
Dene manawi mas Marsito ngendika bilih pada pungkasan suraosipun "tan/kena/tinumbas/ arta", kula langkung remen mawi pada ing nginggil, "tan/kena/tinambak/ arta". Boten namun kangge tumbas, arta kangge nambaki kemawon boten badhe saged/cekap manawi sampun sami cocog lan tresnanipun. .. Lha kanti makaten, balegriya ingkang kabangun insya AlLah saged estu sakinah, mawaddah lan rohmah ... Makaten mbokbilih, manawi wonten lepat-klentu ingkang kathah pangapuntenipun ...
edmart
Sudarmanta TW:
Ma nDan Ed, ma Inu, ma Marsito ,ugi ma HerBud,
Kula nderek pikantuk tuntunan saking pakar, matur nuwun, dadosa tambahing sangu gesang.
Jenang sela wader kali sesondheran
Wassalam
STW
Sudarmanta TW:
Nyuwun pirsa ma Ed,
"Luput pisan kena pisan "
- sekali maju langsung kena
Punapa sanes :
- bisa luput, bisa kena
dipun gandhengaken pada saklajengipun :
"Yen gampang luwih gampang
Yen angel angel kalangkung "
Lajeng tapsir " arta kangge nambaki kemawon boten badhe saged/cekap manawi sampun sami cocog lan tresnanipun"
punapa mboten njarwani pada pungkasan " Yen angel angel kalangkung ", jarwanipun " nek silaning akrami nemahi sing angel, ditambak-a muthig sak gunung Uhud nggih mboten saged "
Mila...pada setitia yen arep nambut akrami, lahir-batos, insyaAllah Pinaringan sakinah-mawaddah- warahmah ..( Niki nggih kudu ndika jlentrehke ma, misih saaangat-sangat relevan juga untuk kita2..)
Paring injet ma, nek kula atur iwak sepat...he.. he..
Wassalam,
STW
Edhi Martono:
Rama Dar:
Wee lha, dhawah kaleresan. Estu, luput pisan kena pisan ugi gadhah werdi "bisa luput, bisa kena", langkung trep katimbang maju sepisan terus kena. Dereng temtu! Mila gampil suwe mijet wohing ranti, angele gampang ngukir lan njara langit, pungkasanipun: ora kaya-kayaa anggone ngragadi, nek wis angel kelangkung ditambakana dhuwit sak gudhange paman Gober mokal kelakone ... Lha, inggih makaten rama Dar. Nuwun
edm
Monday, July 5, 2010
nJagong ke Herbud Surabaya
UCAPAN TERIMA KASIH HERBUD DAN KEL
Assalamualaikum Wr. Wb.
Sobat-sobat TldJOG70 Ysh...Ysb...
Saya dan seluruh keluarga mengucapkan beribu terima kasih
atas rawuhnya sobat-sobat (Mas Edmart II, mas Inu II, mas Didik Iswardhana II, mbak Asti,mbak Rima II,mas Sudjendro mas Sutiman sklg,mas Masyhuri, mas Sobirin II,mbak Martin+putri, mbak Ajeng II, mas Hesmu Purwanto II, mas Mulyono) dan khususnya mas Hita II sebagai among tamu, serta atas doa restu sobat-sobat TldJOG70 yang tidak berkesempatan rawuh. Semoga amal sobat-sobat semua mendapatkan rahmat dan karunia dari Alloh SWT amin.
Alhamdulillah. ..atas berkah, ridho, dan perkenan Alloh..
seluruh rangkaian acara pernikahan anak saya telah berlangsung lancar, sukses, dan tiada halangan apapun...
tentu itu salah satunya juga karena doa restu sobat-sobat semua....
Sekali lagi terima kasih sobat....,foto- foto akan saya tayangkan pada saatnya nanti....
Wassalam Herbud.
Kami turut berbahagia dapat hadir pada pernikahan putri pertama mas Herry Budianto tanggal 3 Juli 2010 di Surabaya. Semoga kedua mempelai selalu mendapatkan kebahagiaan dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Semoga dapat membangun rumah tangga yang sakinah,mawadah, dan warohmah (amin).
Assalamualaikum Wr. Wb.
Sobat-sobat TldJOG70 Ysh...Ysb...
Saya dan seluruh keluarga mengucapkan beribu terima kasih
atas rawuhnya sobat-sobat (Mas Edmart II, mas Inu II, mas Didik Iswardhana II, mbak Asti,mbak Rima II,mas Sudjendro mas Sutiman sklg,mas Masyhuri, mas Sobirin II,mbak Martin+putri, mbak Ajeng II, mas Hesmu Purwanto II, mas Mulyono) dan khususnya mas Hita II sebagai among tamu, serta atas doa restu sobat-sobat TldJOG70 yang tidak berkesempatan rawuh. Semoga amal sobat-sobat semua mendapatkan rahmat dan karunia dari Alloh SWT amin.
Alhamdulillah. ..atas berkah, ridho, dan perkenan Alloh..
seluruh rangkaian acara pernikahan anak saya telah berlangsung lancar, sukses, dan tiada halangan apapun...
tentu itu salah satunya juga karena doa restu sobat-sobat semua....
Sekali lagi terima kasih sobat....,foto- foto akan saya tayangkan pada saatnya nanti....
Wassalam Herbud.
Kami turut berbahagia dapat hadir pada pernikahan putri pertama mas Herry Budianto tanggal 3 Juli 2010 di Surabaya. Semoga kedua mempelai selalu mendapatkan kebahagiaan dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Semoga dapat membangun rumah tangga yang sakinah,mawadah, dan warohmah (amin).