Sejarah telah ditorehkan di Cile. Paduan kemajuan teknologi dan determinasi manusia telah berhasil menyelamatkan 33 nyawa petambang.
Begitu dunia tahu bahwa 33 petambang yang terjebak di tambang emas dan tembaga San Jose di dekat Copiapo, Cile, itu ternyata masih hidup dan selamat, Pemerintah Cile belum tahu pasti bagaimana cara menyelamatkan mereka. Harian The New York Times menuliskan, para pejabat Cile belum familier dengan teknologi pengeboran untuk membuat lubang penyelamatan.
Bagaimanapun, tak banyak preseden serupa di dunia, yang bisa dijadikan acuan untuk pengeboran dengan presisi tinggi. Mereka harus membuat lubang yang cukup lebar untuk bisa dilewati manusia dewasa ke lokasi sedalam hampir 700 meter di bawah tanah.
”Kita punya banyak tambang sedalam itu. Tetapi, kita belum pernah berada dalam situasi harus menyelamatkan seseorang melalui lubang pengeboran sedalam itu,” kata John E Urosek dari Badan Kesehatan dan Keselamatan Tambang AS.
Itu sebabnya, Kementerian Pertambangan Cile langsung menerapkan tiga alternatif operasi, disebut rencana A, B, dan C. Ketiganya dilakukan secara simultan untuk mempercepat penyelamatan, yang awalnya diprediksi bisa mencapai empat bulan. Rencana A melibatkan proses yang disebut raise-boring.
Teknologi ini digunakan untuk membuat rongga/ruangan di dalam tambang atau membuat jalur penghubung di antara dua rongga.
Alat bernama Raise Borer Strata 950 dipasang di permukaan tanah. Pengeboran dimulai untuk membuat lubang pemandu (pilot shaft) berdiameter 30-40 sentimeter. Setelah itu mata bor khusus dipasang untuk memperlebar lubang. Dari pengalaman sebelumnya, teknik ini bisa mengebor lubang berdiameter 8 meter hingga kedalaman 400 meter.
Rencana B menggunakan teknologi pengeboran sumur dalam untuk mencari sumber air atau minyak bumi. Alat pengebor bernama Schramm T130XD, berupa truk besar yang dilengkapi menara pengebor setinggi 45 meter, didatangkan.
Rencana B menggunakan metode pengeboran yang disebut percussion drilling. Mata bor dilengkapi dengan lubang, yang menyemburkan udara bertekanan tinggi untuk membersihkan serpihan batu yang telah terkikis oleh mata bor. Dengan cara ini, lubang bisa dibuat hingga kedalaman 1.000 meter.
Rencana C memanfaatkan teknologi yang lazim dalam pengeboran minyak bumi. Sebuah rig (semacam anjungan) dipasang di atas landasan seluas 100 x 80 meter persegi. Sistem pengeboran ini bisa menembus hingga kedalaman 2.000-3.200 meter.
Keahlian khusus
Rencana B paling cepat menembus dan membuat saluran penyelamatan ke rongga di dekat tempat para petambang berlindung. ”Rencana A bertujuan membuat lorong untuk memasang lift, tetapi memakan waktu relatif lama. Rencana C lazim dipakai untuk pengeboran ladang minyak, yang tidak terbiasa dengan hambatan berupa batuan keras,” tutur Gregory Hall, praktisi pertambangan asal AS, yang membantu penyusunan rencana B.
Codelco, perusahaan tambang milik negara di Cile, ditunjuk melakukan operasi penyelamatan. Codelco menggandeng Geotec Boyles Bros, perusahaan patungan AS-Cile, untuk menjalankan rencana B.
Manajer Operasi Geotec James Stefanic langsung membentuk tim yang melibatkan para teknisi dari perusahaan asal Pennsylvania, AS, yakni Schramm, yang membuat sistem pengebor T130XD. Teknisi dari Center Rock Inc juga dikerahkan untuk membuat mata bor khusus dengan empat godam pengebor.
Untuk mengoperasikan alat tersebut, Geotec memanggil Jeff Hart (40), seorang operator alat bor senior asal Denver, Colorado, AS. Pada saat kejadian, Hart sedang berada di Afganistan, mengebor sumur untuk menyediakan air bagi pasukan AS yang sedang berperang di sana.
Keahlian, kecakapan, dan pengalaman Hart dibutuhkan untuk mengoperasikan alat bor dengan tepat. ”Anda harus merasakan dengan kaki Anda sendiri apa yang sedang dilakukan bor, merasakan setiap getaran supaya Anda tahu apa yang terjadi,” tutur Hart, yang bekerja tanpa lelah selama 33 hari.
Selain batuan vulkanik keras di areal tambang, rintangan lain yang harus dihadapi Hart adalah buruknya peta tambang. Suatu hari, mata bornya pecah dan menghantam tiang penyangga salah satu ruangan di dalam tambang. Proses pengeboran sempat terhenti berhari-hari, menunggu pengganti dari AS.
Hart juga harus berhati-hati untuk tidak mengoperasikan bor terlalu kasar, yang bisa meruntuhkan ruang tempat para petambang menunggu atau merusak lubang yang akan dijadikan jalur penyelamatan. Pada hari Sabtu (9/10), Hart berhasil menembus ruangan tersebut dengan ujung bor yang keluar sejauh 65 cm dari atap. Inilah yang menjadi jalan penyelamatan 33 petambang.(AP/NYTIMES.COM/CNN.COM)
KOMPAS.com
Jumat, 15 Oktober 2010 | 11:16 WIB
Editor: Egidius Patnistik, Sumber : Kompas Cetak
No comments:
Post a Comment