Thursday, September 15, 2011

OH...........JUNAIDI TERCINTA YANG TERLUPAKAN

Dituturkan oleh Inu Wicaksana

Teman2ku tercinta, beberapa hari ini aku tersenyum glegas-gleges sendiri membaca ejek-mengejek Sang Sekjen yg melupakan Junaidi , tak tahu apa ia ikut ke Sundak apa tidak, padahal dokter mata Magelang itu nyaris semeter sejengkal di dekatnya dalam foto2 bersama. Aku senang karena Muchtarlah yg paling keras mengatakan aku lalen, hahaha. Ya aku sendiri barusan kena badai ejekan, dimulai dari Asti, lalu Arief, karena melupakan Budi Santosa. Dan, luar biasa upaya teman2ku itu untuk membantuku mengingatnya. Dipasanglah foto Budi Santosa waktu klas 1 SMA lengkap dgn cap SMA TLD untuk meyakinkan aku, dijejer fotonya sekarang yg agak gemuk di depan reco bubrah. Ini di BBM. Mka munculah pelan2 bayangan BS di benakku. Nah, belum selesai dengan itu, tiba2 munculah di mailist Dyah Ayu Rusmiyati! Waduh, ini siapa lagi? Pusing aku. Dan ramailah teman2 mentertawakanku. Dikatakan ia sekelas dgn ku di PP2, hah? bahkan Jumhan, Naniek dan Ipoeng katakan ia jejer aku, halah...tambah edan. Wong SMA kok jejer cah wedok? Ditambah lagi, mungkin karena jengkel dgn kelalenanku, Sekjen bilang Rusmi itu lanang pa wedok? Wah, aku tertawa ter pingkal2 sampai keluar air mataku. Benar2 tertawa dari hati yg menyehatkan jiwa. Maka kutulis "Reminisense Therapy" itu sebagai pertanggungan jawab ilmiah.

Junaidi memang punya tipe kepribadian pendiam, bicara pelan2 tak pernah dgn suara keras, serius, tekun, tak pernah ikut kegiatan macam Pramuka, Hiking, Olahraga, dll, maka tak begitu dikenal banyak teman. Modelnya seperti Marsito, cuma Jun lebih banyak ketawa dan lembut, sedang Marsito lebih keras, lihat dagunya yg tajam. Dalam foto yg ku kirim ini dua sahabatku ini berdekatan dalam satu foto. Keduanya dua dokter ahli yg memang tak membutuhkan banyak bicara, tapi kecerdasan otak dan ketrampilan tangan, dokter spesialis mata dan anastesi. Aku tersenyum bangga melihat foto keduanya ini.

Nah, maka terus terang aku juga tak punya bayangan si Jun di halaman sekolah SMA TLD. Aku akrab dgn Jun setelah di FK, dari klas 1 sampai dokter umum. Lalu setelah dari Puskesmas sama2 studi spesialisasi (setelah spesialis itulah baru Jun bilang kalau ia juga anak Teladan, walah), aku ngambil psikiatri dan Jun ophtalmologi (mata). Cocok benar ia disana. Anda tahu kerjanya dokter mata itu? Jari2 tangannya bergerak di bawah mikroskop, untuk mengiris, menyayat, menjumput, menyuntik lensa cair. Persis spt tukang jam, tapi ini jaringan bola mata yg salah 1/10 senti saja akibatnya kebutaan total. Nah. Sama seperti Marsito yg salah perhitungan sedikit saja yg dibius bisa sadar sebelum oprasi selesai, atau malah berhenti bernapas waktu oprasi berlangsung, atau oprasi selesai nggak sadar2 sampai ber hari2. Mengerikan. Maka dibutuhkan pribadi yg tenang, kalem, dan sangat teliti.

Krena pribadinya yg kalem, serius, tak banyak ulah inilah maka Jun terpilih sebagai Ketua Komite Medik RSU Tidar Magelang. Bisanya jabatan ini dipegang dokter dari 4 Bag Besar: Bedah, Kandungan, Peny. Dalam, Anak, tapi ini dari bag kecil, Mata. Seluruh dokter tunduk dan diatur oleh Ketua Komdik. Posisinya sejajar dengan Direktur. Ia punya hak veto. Bila Direktur bikin kebijakan dan Ketua Komdik tak setuju, Direktur tak berkutik. Nah. Selain itu Jun juga terpilih jadi pengurus IDI Kotamadia Magelang, kalau nggak sekretaris ya ketua. I lah yang merekomendasi ijin praktek semua dokter di wilayahnya, dan memberi jumlah SKS pada semua seminar ilmiah yg diadakan.

Ketika Reuni Joglo Wonosari, akulah yg memberitahu Jun, Nurudin, Supomo dan Heru Prajatmo. Hanya Jun dan Nurudin yg datang, malam hari. Waktu Syawalan tahun lalu, nDan Edmart yg ngabari dia. Tapi waktu RRG Sundak, aku tak sempat ngabari, tiba2 ia muncul sejak siang. Mungkin undangan dari nDan Ed, atau ia mulai bukak2 mailist.

Pada foto2 yg kukirim ini, Jun nampak makan disamping Herbud, dalam foto bersama ia jongkok disamping Herbud (entah kenapa keduanya kok selalu berdekatan). Dalam api unggun, Jun nampak khusuk berdoa mendongak keatas disamping Ustadz Didiek Iswardana yg baca doa sendu membius. Lalu bubaran api unggun, Jun nampak tertawa lebar di belakang Muchtar!

Ketika api unggun selesai, Jun duduk di dekatku dan Japong menyaksikan diskusi hebat pertanggungan jawab keuangan dari Surya, Edmart, Didiek, Sekjen, Prabowo dan Jumhan. Jun hanya ketawa glegas gleges saja melihat teman2nya berdebat macam PDIP atau Partai Demokrat. Ketika akhirnya semua kecapaian dan ngantuk, semua menuju peraduan masing2. Dan Jun masuk ke cottage mau mencari tempat untuk tidur, tapi kamar penuh oleh 5 teman yg sudah mendengkur. Jun mau menyelusup di samping Muchtar, tapi sang Sekjen tidurnya mbegagah ngebaki nggon. Jun tak sampai hati untuk menggugahnya. Nah andai ia menggugahnya, tentu Muchtar akan ingat orang yg menggugahnya jam 02.00 pagi itulah Junaidi!

Jun balik keluar cottage , turun ke halaman mendekati tenda. Kepalanya menjulur ke dalam. minta ijin ikut tidur. Aku yg sudah nggletak menyambutnya hangat, karena aku ngeri juga tidur sendirian di tenda di halaman yg mulai sepi nyenyet, ya meski Gus Bowo ada di tenda sebelah tapi entah masih hidup entah enggak. Kami nikmat bincang2 sebentar sambil tiduran, lalu bablas tertidur. Hanya sekitar 3 jam, kami layap2 terbangun oleh suara ketawa Didiek dan teman2 lain gojekan di tempat makan. Kubilang pada Jun alangkah senangnya masih layap2 tidur dini hari dengar suara teman2 waktu remaja sedang ketawa garap2an. Ini kenikmatan yg tak ternilai.

Dan lihatlah di foto yg ku kroping dan kubesarkan ini. Jun jongkok di depan, sebelahnya Herbud jongkok, di belakang HB berdiri dengan kedua tangan di pundak Jun, dan sebelah HB berdiri Sekjen. Nah Sekjen cuma sejengkal jaraknya dgn Jun. Tapi Muchtar lagi berpose menteleng lihat si pemotret, Om Pasikom (Jumhan). Andai Muchtar menunduk kebawah maka ia akan lihat si Jun. Saya senang lihat adegan ini, teman2 semua berpose pating pentalit melihat ke si pemotret, si Om lagi serius membidik. Saya memotret ini dari seberang kolam dgn lensa tele saya.

Nah, teman2 sekalian, saya mencari foto2 si Jun unt saya crop dan besarkan supaya membantu Sekjen mengingatnya. Saya gembira ketika mencari foto Jun, menemukan ada 3 jepretan fiti Didiek. Semula saya sedih hanya sempat memotret Didiek satu kali, waktu berdoa saja. Ternyata ada foto2 Didiek yg lain. Maka saya besok akan memasangnya disini dgn sedikit komentar. Demikian juga foto Dadang dan Zuhron. Masing2 ada tiga jepretan yg akan saya croping dan besarkan saya pasang dgn sedikit komentar. Juga saya terharu dgn Jumhan yg membesarkan foto2 saya lagi membidik dan berciuman di belakang pohon sama........entah siapa. Saya akan membalasnya dgn foto2 close up si Om yg saya pasang, tapi saya tak punya komentar untuk Jumhan ini. Paling2 ucapannya yg mengerikan di syawalan tahun lalu: "Kita nanti tahun demi tahun akan hilang satu persatu dari reuni syawalan. Paling2 yg datang cucu kita untuk bilang, eyang lagi anfal...........Dan akhirnya nanti cucu kitapun sudah tak datang lagi. Walah.........
Teman2ku tercinta, sekian dulu. Semoga anda sekalian menyukai dan bisa bergembira dengan tulisan ini. Nggo tamba kangen.


Inu Ws.

No comments:

Post a Comment