Thursday, February 28, 2013

Pengalaman Jadi Guru di Klas Inspiratif


Tgl 20 Feb kemarin saya jadi mengajar di KELAS INSPIRASI SD Salakan Negri 1 di Piyungan Bantul. Teman saya SMA, Prof Edy Martono di SD Sleman dan Prof Suryawati di SD Pakem. Saya jadi Guru SD Sehari dgn poerpoint dan foto2 tentang hidup saya sbg dokter. Untung teman2 saya satu grup mengajar, yg muda-muda, bisa mengadakan Laptop, LCD, dan layarnya. Sigap mrk menyiapkan peralatan itu di SD Salakan Negri 1.

Anak2 SD Klas 6 yg sudah nunggu sejak pagi terkejut melihat saya tampil di depan kelasnya. Mungkin melihat perawakan saya dan penampilan saya yg sangar dan agak menyeramkan. Tapi mereka mendengarkan dgn serius dan tenang karena ada 4 orang guru putri SD itu yg mohon ijin ikut mendengarkan. Walah walah.

Judul pelajaran saya : “MENGAPA SAYA MENJADI DOKTER”. Nah saya katakan tujuan saya menjadi dokter. Lalu metode belajar saya sejak SD, SMP, SMA. Lalu perjuangan saya sekolah di Kedokteran. Setelah lulus lalu menjadi dokter Kepala Puskesmas Ossu, Kab Viqueque, Tmor Timur. Lalu petualangan saya menjadi dokter di daerah darurat oerang di Timtim. Pertempuran ABRI dgn gerilyawan Retilin dipimpin Xanana. Dokter berkuda dgn kotak obat2an dan peralatan medis, diiringi perawat2 putra daerah yg berkuda juga, keluar masuk hutan, naik ke gunung2 mengobati masyarakat terpencil. Mengobati yg kuka2 perang, baik lawan maupun kawan obat dan tindakan medisnya sama.
Selesai tugas di TimTim lalu balik ke Jogja untuk sekolah lagi 5 th menjadi dokter spesialis jiwa. Kemudian gangguan jiwa itu apa dan bagaimana bentuk terapi dan pengobatannya. Kemudian sebagai psikiater menolong korban gempa Bantul yg dahsyat itu. Selama setahun datang ke Puskesmas2 Imogiri Bantul untuk menolong yg sakit fisik maupun sakit jiwa.

Tentu ini sukarela dan tidak mendapat bayaran. Kemudian juga ketika Merapi meletuskan lahar panas dan dingin di akhir 2010 dan awal 2011. Bersama 40 psikiater dan dua ratus perawat mendatangi korban pengungsi di TPS-TPS di Magelang, Sleman Jogja, Klaten dan Boyolali. Memberikan juga sumbangan sembako dan 10.000 bibit pohon. Foto2 dokter berkuda di TimTim, lalu foto2 dokter jiwa dan pasien2 di RSJ Kramat sedang mendapat terapi. Disusul foto2 pertolongan psikologik pertama pada korban gempa Bantul, disusul tindakan dokter dan perawat pada korban2 bencana Merapi yg berjibun ribuan di TPS-TPS.

Hampir 2 jam usai sudah pelajaran saya di Kelas Inspirasi ini ( Ini ide dan programnya Anis Baswedan, Univ Paramadina). Saya tambahi sedikit dengan para pecandu Napza yg harus diobati juga oleh psikiater spt saya. Jenis2 Napza dgn contoh asli yang harus dihindari mereka dan betapa berbahayanya zat2 adiktif itu. Anak2 SD klas VI itu mendengarkan sejak awal sampai akhir dengan agak tegang, mata terbeliak dan hampir2 sukar bernafas. Ya, kehidupan dokter spt saya memang selalu dekat dgn penderitaan manusia, memang agak mengerikan. Menghadapi setiap hari orang yang sakit fisik ataupun mental yg sangat butuh pertolongan. Kehidupan dokter yg kadang membahayakan dirinya sendiri. Kehidupan dokter yg lebih mementingkan menolog sesama daripada bayaran.

Sumpah dokter untuk menghormati setiap hidup insani sejak terjadinya pembuahan. Meringankan penderitaan manusia dan memperpanjang usianya. Sekolah dokter yg amat panjang dan berat. Jiwa menolong yg harus dipupuk sejak anak2 dengan kegiatan Pramuka. Pramuka itu berwatak ksatria. Hemat, cermat dan bersahaja. Selalu siap menolong dan wajib berjasa. Dalam keadaan apapun harus senang. Disini senang, disana senang, di mana2 hatiku senang. Inilah yg kemudian mendasari watak, perilaku dan kehidupan seorang dokter yang baik. Tak ada anak2 yg berani bertanya di dalam kelas. Tapi di luar kelas, sambil foto2an bersama, mereka pada bertanya ini itu. Yang bertanya di dalam kelas malah guru2 putri mereka itu. Walah, hahaha. Tapi semua, baik saya, murid2 SD itu, maupun guru-gurunya, cukup puas dengan pelajaran kehidupan kaum profesional di Kelas Inspirasi itu. twitter@inuwicaksana.

No comments:

Post a Comment