Thursday, December 1, 2011

Diabetes dan Penyakit Ginjal

ORGANISASI kesehatan dunia (WHO) menyebutkan, pada tahun 1985 terdapat 30 juta penderita diabetes di seluruh dunia. Sepuluh tahun kemudian, 1994, menimpa 110 juta jiwa. Dan kini WHO menyebutkan mencapai 194 juta jiwa. Diperkirakan pada th 2025 angka ini meningkat menjadi 228 juta.

Di Indonesia pada 1994 terdeteksi 2,5 juta penduduk terkena diabetes, sekarang sudah ada 5,6 juta penyandang dan pada 2020 nanti diperkirakan ada 8,2 juta penderita kencing manis.

Penderita mengalami komplikasi seperti : luka / gangren yang sering mengakibatkan harus menjalani amputasi (dipotong) pada bagian yang terkena, penyakit jantung koroner, stroke, gagal ginjal, mata : kebutaan, syaraf , kesemutan, nyeri pada kaki, impoten, mudah terkena infeksi.

Salah satu penyakit akibat diabetes adalah penyakit ginjal diabetik. Di Asia hampir 60% dari penyandang diabetes tipe 2 menderita nefropati diabetik. Begitu pula frekuensi hipertensi cukup tinggi sekitar 33%. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tingginya tekanan darah pada diabetes dengan komplikasi ginjal dan kardio vascular (jantung & pembuluh darah).

Penderita diabetes dengan hipertensi, mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung koroner ataupun stroke. Sebagai faktor prediksi adanya komplikasi kardiovaskular dan ginjal pada diabetes-hipertensi adalah adanya mikro- albuminuria (adanya albumin/zat protein pada air kencing).
Gejala Klinik
Nefropati diabetik merupakan gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran glomerulus (selaput penyaring darah dalam ginjal). Gula yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein, sehingga mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya penghalang protein rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin/air kencing (albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk pada ginjal.

Gangguan ginjal dapat menyebabkan fungsi ekskresi (membuang), filtrasi (menyaring) dan hormonal terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran zat-zat racun lewat urin, maka zat racun tertimbun. Tubuh pun menjadi bengkak dan dapat berisiko kematian.

Selain berfungsi sebagai ekskresi, ginjal juga memproduksi hormon eritropoetin yang berfungsi memproduksi sel darah merah. Gangguan di ginjal dapat menurunkan hormon tersebut, sehingga menyebabkan anemia (kekurangan darah merah).

Gejala nefropati diabetik :
- Bengkak di kaki dan wajah
- Mual
- Lesu
- Nyeri kepala
- Sering cegukan
- Berat badan menurun

Diagnosis.

Untuk mendiagnosis nefropati diabetik pada penyandang diabetes, jika pada 2 dari 3 kali pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan ditemukan albumin didalam urin 24 jam lebih 30 mg, dengan catatan tidak ditemukan penyebab albuminuria lain.
Jadwal pemeriksaan mikroalbumin yang dianjurkan adalah :

- Pada diabetes tipe 1 (diabetes tergantung insulin), diperiksa pada masa pubertas atau setelah 5 tahun didiagnosis diabetes.

- Untuk diabetes tipe 2, untuk pemeriksaan awal setelah diagnosis ditegakkan dan secara periodik setahun sekali atau sesuai petunjuk dokter.
Pengobatan

Pengobatan sejak dini dapat menunda bahkan menghentikan progresivitas penyakit ginjal. Kenyataannya, penderita umumnya baru berobat saat gangguan sudah lanjut atau terjadi makroalbuminuria (300 mg albumin dalam urin per 24 jam).

Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah, direkomendasikan untuk penderita diabetes-hipertensi tekanan darah yang harus dicapai adalah kurang 130/80 mmHg atau lebih rendah lagi. Pertimbangan dalam pemilihan obat anti hipertensi antara lain :

1. Penurunan tekanan darah, dipertimbangkan juga efek samping obat.
2. Efek obat terhadap faktor risiko kardiovaskular.

3. Adanya kerusakan/gangguan organ (penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal kronik, diabetes; menentukan pilihan obat anti hipertensi sebagai terapi awal dan kombinasi).

4. Pertimbangan klinik dan efek samping obat.

5. Interaksi obat bila diberikan penderita yang juga secara bersamaan mengkonsumsi obat lain.

Selain itu dilakukan pengendalian kadar gula darah dan mengurangi derajat albuminuria dengan pemberian diuretik dosis kecil dan pembatasan asupan protein (0,6-0,8 gram / kg berat badan per hari).

Penderita nefropati diabetik harus menghindari zat yang dapat memperparah kerusakan ginjal, misalnya pewarna kontras yang digunakan untuk rontgen, obat anti inflamasi (anti radang) non steroid serta obat yang belum diketahui efek sampingnya.

Akhirnya bisa ditarik kesimpulan, Nefropati diabetik merupakan komplikasi diabetes yang diawali dengan mikro albuminuria dan komplikasi yang agresif tanpa pengobatan akan mengarah ke gagal ginjal tahap akhir.

- Bila terjadi mikroalbuminuria, maka pengobatan selain pengendalian gula darah yang baik harus disertai dengan pengobatan untuk penurunan tekanan darah dan mengurangi derajat albuminuria.

- Pengobatan bertujuan mencegah progresivitas nefropati diabetik dengan pemilihan obat yang tepat untuk mencapai sasaran tekanan darah kurang 130/80 mmHg.

- Obat diuretik dalam dosis kecil dapat membantu penurunan tekanan darah, disamping mempunyai efek mengurangi albuminuria. Hal yang penting pada diabetes adalah mencegah kerusakan ginjal serta mencegah komplikasi kardiovaskular. Usaha tersebut adalah pengendalian tekanan darah dengan obat anti hipertensi dan mencapai target rekomendasi tekanan darah kurang 130/80 mmHg. Pengendalian faktor metabolik antara lain kontrol gula darah dan profil lemak serta pemberian preparat statin (obat penurun lemak darah) dan anti oksidan. (13)

– dr Djoko Merdikoputro Sp.PD, RS Hermina Pandanaran Semarang.

http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=9442

No comments:

Post a Comment