Saturday, November 13, 2010

Kemenkes Kekurangan Psikolog untuk Pengungsi Merapi

Jakarta - Tim Penanggulangan Kesehatan Jiwa Bencana Merapi Jawa Tengah-Yogjakarta Kementerian Kesehatan mengaku kekurangan psikolog yang terlibat dalam pemulihan kondisi psikis dan kejiwaan puluhan ribu pengungsi. Akibatnya, pengungsi yang mengalami ganggungan jiwa dikhawatirkan terus bertambah.

Hal ini disampaikan oleh Koordinator Tim Penanggulangan Kesehatan Jiwa Bencana Pengungsi Bencana Merapi jawa Tengah-Yogjakarta, Inu Wicaksana, kepada detikcom, Jumat(12/11/2010), disela-sela rapat evaluasi penanggulangan bencana Merapi di Bakorwil II Magelang, Jawa Tengah Jum,at (12/10/2010).

Inu menyatakan kekurangan tenaga psikolog ini terutama di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Sementara untuk wilayah Yogjakarta sudah di rasa cukup.

"Bayangkan saja di Jawa Tengah sendiri hanya ada sebanyak 12 dokter psikiater dan 7 psikolog. Padahal di Magelang sendiri jumlah pengungsinya sebanyak 95 ribu lebih," keluh Inu.

Menurut Inu, idealnya di Jawa Tengah sendiri ada sebanyak 30 tenaga psikolog yang harus dilibatkan dalam penanganan pemulihan kondisi psikis pengungsi yang berada di 224 kantong pengungsian di Magelang.

"Idealnya lima sampai enam tempat pengungsian ada sebanyak satu posko yang ada untuk menangani masalah kondisi kejiwaan pengungsi," ujar Inu.

Di Yogjakarta, tenaga itu sudah mencukupi karena telah tersedia di Rumah Sakit (RS) Grasia Yogjakarta sebanyak 7 orang, RS Sardjito Yogjakarta sebanyak 20 orang.

"Belum lagi ditambah dengan beberapa relawan dari mahasiswa megister manajemen sebanyak 18 orang psikolog sehingga sudah bisa mengcover ribuan pengungsi disana," jelas Inu.

Sementara itu anggota Komisi IX DPR Nova Riyanti Yusuf menyatakan kekurangan tenaga psikologis mau tidak mau harus ditutupi dengan cara memfungsikan ribuan Puskesmas yang berada di sekitar pengungsian. Tenaga medis baik suster maupun dokter harus dapat berperan dalam hal pelayanan pengungsi yang menjadi korban letusan Merapi.

"Tidak harus psikiater, tokoh masyarakat, pemuka agama, perangkat desa juga harus ikut berperan dalam proses pemulihan kejiwaan pengungsi," tutur Nova.

Nova menambahkan BNPB akan bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan melakukan pelatihan terhadap tenaga medis untuk melakukan pelatihan nasional bagaimana proses dan mekanisme pemulihan kejiwaan korban bencana.

"Sehingga bila sewaktu-waktu ada bencana langsung bisa diterjunkan. Tetapi sekali lagi kendala dana menjadi masalah di Kemenkes sehingga kita larinya ke BNPB juga," jelas Nova.

Berdasarkan temuan Komisi IX DPR, jumlah kasus gangguan psikologis di pengungsian bencana Merapi di Jawa Tengah dan Yogyakarta terus bertambah dan terakhir mencapai 377 kasus. Terakhir ada tambahan data dari pengungsi dari Klaten sebanyak 22 kasus.

"Paling banyak didominasi gangguan kecemasan dan depresi," pungkasnya.

=================================
Artikel terkait:
Bagaimana mengatasi depresi...
=================================

No comments:

Post a Comment