Friday, June 18, 2010

KEMANTREN JOGJA MAU NJAGONG

Halo, Asalamualaikum, teman-temanku yang tercinta
Sepuluh hari lalu aku sudah menerima undangan mantu dari Herbud. Betapa kaget dan gembiraku undangan itu bisa sampai di rumahku, desa Popongan, Sinduadi, Mlati, Sleman. Tapi sepulang dari GC Pangdrn aku sudah bilang ke istriku bahwa temanku Tld70 Herbud akan mantu di Srby dan aku mewajibkan diriku untuk datang. Apalagi Asti telah “memerintahkan” aku untuk mengajakmu, kataku pada istri. Ia pun setuju. Harus mbolos sehari, Sabtu, tak apa, meski ia sedang sibuk2nya menjadi ketua Akreditasi RSU Muntilan. Ya, demi Herbud dan TldJog70. Jadi kupastikan, Insya Allah, kami datang njagong Herbud. Dengan KA saja Jumat malam, dan pulang Sabtu malam, karena dgn pesawat hujan2 begini saya takut.

Lima hari lalu Prof Demang sms, ngajak kumpul2 untuk ngrembug njagong dan syawalan. Kusanggupi hari Jumat sore saja dirumahnya, jam 04 sore biar yg datang banyak terutama kaum wanita. Tapi Edmart malah brangkat ke Medan . Kemarin malam saya telpon untuk kepastian, ia bilang Surya menawarkan rumahnya. Eh, sudah pulang to Yang Ti. Tapi Edmart ngajukan rumah Hajar, atau kidul-kidulan karena dari dulu kok kumpul2nya di lor terus. Baiklah.

Kemungkinan besar si Prof dan Yang Ti bisa brnkt njagong dan kami akan mengajak teman2 lain untuk brangkat juga, seperti Wahyuningsih, Harjanti, Mursri, AKBP Poerpetoek, Hajar, Jumadi, Jendro, Didiek, dll. Hitung2 untuk menebus ketidakberangkatan mereka ke GC Pangdrn. Dan istriku mendesakku untuk mengajak Sobirin, sekaligus dgn membiayainya. Aku tak boleh melupakan dia, katanya. Yah, kalau si Sob mau, mengajak istrinya pula, bisa dua hari warung satenya tutup.

Hajar, Jumadi, Zuchron, Aminul sangat berterimakasih pada panitia GC khususnya Kaloka karena “sudah diomani” kaos biru yg bahannya lebih bagus dari kaos di Joglo Samiaji dulu. Tapi terutama merga ra mbayar. Kuingat saat terakhir berpisah pagi itu, dengan malu-malu, kuminta tambahan 5 kaos (plus Surya) ke Kaloka. Ia segera balik kanan dan lari naik ke bis. Karena sisa kaos sudah “diamankan” Ketua KPK. Antasari Emel. Sang Ketua segera memberikan tambahan 5 kaos untuk Jogya itu. Tapi........ ........aduh aku lupa Didiek?. Bakal di kruwes-kruwes aku.

Sesungguhnya surat ini sudah kutulis dua hari lalu, jam01.00 mlm, dengan penuh gairah. Tapi ketika aku meng “Atach” 5 foto GC dan “Upload”, komputrku ngadat. Berjam-jam tidak ter “Upload” malah amblas kabeh. Hilang krn belum tak “Save to Draft”. Aku sedih banget karena tulisan yg sarat dgn emosi spontan sangat sukar diulangi. Pengalaman. Sekarang kalau menulis di hal Word dulu, lalu saved, baru kopipaste ke mailist TldJog70. Japong tadi sore sms nyuruh aku mbukak TldJog70.blogspot. com yg dibuat Sujendro untuk menyimpan tulisan2ku dan foto-foto. Oalah, trims ya nDro.

Dulu, dua hari sepulang dari GC Pangdran aku memenuhi janjiku, menulis “From GC With Love” berikut kima foto. Setelah tak Send, langsung ke alamat TldJog, dan nunut Replay postingan teman2, judul tulisan dan namaku tak muncul di Inbox, meski di Sent ada. Aku panic. Kutelpon Edmart. Katanya belum masuk dan aku disuruh ngulang saja. Waduh. Kutelpon Haryadi , ia mbukak internet tergantung anaknya. Wah. Kutelpon Hajar, katanya masuk sebagian. Wah. Lalu Japong sms dan telpon, menanyakan apakah foto2 kirimannya masuk. Segera kubukak, lalu kujawab sudah masuk semua. Japong menjawab tulisan dan foto2 kirimankupun sudah masuk semua. Alhamdulilah, baru lega aku dan kutulis lanjutannya.

Sudah lama Blackbarryku tak kupakai, kusimpan saja. Ketika ku “chast” dan kubuka kagetlah aku melihat sambutan teman2 terhadap tulisanku. Muchtar, Herbud, Marsito, Japong, Ninik, Sudarmanto, bahkan Najib yg baru ngikut. Namaku sendiri dan judul tulisan ada. Baru kutahu kalau di BB nama dan tulisan pengirim bisa muncul di mailist, sedang dgn komputerku tidak. Tapi kalau menulis dgn BB, selain jariku keju, juga tak bisa sekalian meng’Atach” foto2 yg sudah tersimpan di hardisk komputer. Yang penting, aku sudah lega kalau tulisan yg dibuat payah2 sudah terkirim masuk. Itulah gunanya koment dari teman2.

Dan aku sangat bahagia sekaligus terharu membaca komentar dan sambutan teman2 semua pada tulisanku. Bahkan Muchtar telah “memerintahkan” untuk membukukan tulisan2 itu dan Herbud langsung menyanggupi. Sampai berkaca-kaca mataku. Aduh, cengeng amat aku setelah tua ini. Ini selalu tyerjadi bila berkaitan dgn teman2 TldJog70. Sama seperti ketika berpeluk cium dgn teman2 setelah menyanyi perpisahan berpegangan tangan di pendopo Joglo Samiaji dulu dan di Hotel Laut Biru lantai dua kemarin.

Aku tak pernah berpeluk cium dgn teman2ku laki-laki atau wanita dimanapun. Peluk cium adalah kebiasaan para pecandu dan pengurus panti2 rehabilitasi narkoba di Indonesia dan di dunia. Tapi dengan teman2ku TldJog70 ini, aneh, aku tak bisa hanya bersalaman saja tanpa berpelukan cipika cipiki. Spontan. Ini membuktikan betapa dalamnya hubungan afektif emosional diantara kami semua.

Kuingat ketika pertemuan besar di halaman SMA TLD dan di pendopo Joglo Wonosari dulu, emosi dan gairahku demikian melonjak, seperti juga Edmart, Surya, Didiek dan teman2 lain Jogya. Sampai aku lupa kalau istriku ulang tahun waktu malam di Joglo itu. Istriku merayakan ulang tahunnya sendiri dgn anak2nya tanpa ucapan selamat ultah dariku via sms. Sonia, anak perempuanku, menulis di Fb nya “bapak itu benar2 kebangeten, kesenengen reuni dengan teman2 Teladan sampai lupa ibu ulangtahun”,. Kontan saja aku dimarahi adik2ku dan teman2 di RS istri dan RSJ ku.

Lha piye ta nduk, kataku. Sudah puluhan tahun tidak ketemu, tiba2 pada muncul seakan keluar dari dalam bumi. Semua sudah terbenam di dunianya sendiri dan lenyap dari ingatan dan duniaku. Seorang priya tua, tinggi, berpipi gembul, hayo, sapa aku, katanya. Setengah mati aku tak bisa mengingatnya, sampai ia memukul keras pundakku, Perry! Katanya. Oalah, lha kok sebesar ini.

Demikian pula seorang ibu-ibu cantik berjilbab, brukut, muncul dari jauh. Aku melongo. Siapakah dia? Ia tiba-tiba menolehku dan langsung menunjuk ke mukaku, Inu! Katanya garang. Oh, ingat aku. Inilah Rimadewi dengan “rok sekilannya” yg termashur itu. Lha kok sekarang berubah jadi begini ini critane piye? Sedang Fuad, Hitapriya, Yoyon Kusnendar, Achmad Prabowo, aku cepat mengenalinya dari jauh seperti mereka juga langsung berteriak memanggilku.

Betapa mengharukan. Seperti Didiek yg susah payah mengkomando bis untuk berhenti di hutan jati Wonosari untuk menanti mobilku yg berisi HB, Kaloka, Marwoto dan Haryanto dari Jabar. Dan Jumhan dengan sabar berdiri menanti disamping bis di bawah hutan jati. Jumhan!, teriakku keras, dan ia segera memelukku erat-erat. Seerat pelukan Hary Suryanto, yg tak kuduga ikut, ketika menyambut kami dari Jogya di depan Hotel Laut Biru Pangandaran kemarin. Kulihat Hary mengusap tetes air matanya di matanya yg sudah tak berkaca lagi karena di Lasik.

Istriku tidak marah sama sekali aku telah melupakan ultahnya, karena ia tahu benar arti reuni itu bagiku. Menurutnya aku telah capek bekerja selama dua puluh tahun melayani dan mengurusi orang gila dari pagi sampai jam dua di RSJ , lalu sore sampai malam di praktekku. Aku butuh "penyegar" atau sesuatu yang "bermakna", katanya. Di masa tua ini, bertemu dngan teman2 SMA, bukan hanya kegembiraan, tapi ada sesuatu yg lain. Suatu “arti” atau “makna” yg tiba-tiba muncul dalam hidupku. Aku cukup dihargai, memang, sebagai psikiater di duniaku. Tapi ternyata itu tak cukup. Di mata teman2ku TldJog70 ini aku menemukan sesuatu yg lain.

Suatu “arti” yang membikin kaya hidupku. Entahlah. Sukar ini dijelaskan dengan kata-kata. Benar juga kalau Poernomo yang mengatakan reuni SMA memang “rabuking jiwo”. Mungkin ini pula sebabnya Asti dan HB lebih aktif dan bergairah di reuni TldJog70 daripada reuni Dokter UGM Angktn 73. Marsito malah tak berkeinginan untuk datang di reuni Dokter 73 itu, sedang di TldJog70 ia bahkan mengajak istrinya. Ini pula sebabnya bagi Prof Edmart yg anggauta Senat Guru Besar UGM, dan Surya serta Rima yg doktor pengajar itu, jadwal pertemuan dengan TldJog70 mungkin sama pentingnya dengan jadwal kerja di kantor / fakultasnya.

Demikian juga pejabat Depnaker si Muchtar Lutfi yang marah-marah kalau temannya tak mau ngumpul dengan alasan apapun. Tapi tak semua teman sama. Misalnya Heru Prajatmo dan Harjoko. Sudah capek aku mengabari dan mengajak, mereka belum tergerak juga untuk datang. Sampai kadang aku berpikir. Minat untuk datang reuni berkaitan erat dengan kedekatan hubungan dan kegembiraan bergaul dengan teman2 SMA dulu. Ah, ini tak sepenuhnya benar.

Basu Asti Manuhara, pejabat tinggi Pemda GK itu. Ia sangat erat berkawan dgn temannya di PP2 seperti Ipoeng, Ninik, Sunariyah, Arief , Didiek, Aku sendiri dan Muchtar, dan masih ada foto di rumah Basu yg disimpan Arief. Ia jelas bahagia berteman dengan kami semua tapi mengapa ia tak tergerak juga untuk datang kumpul2 di Jogya (selain di Wonosari itu). Lain pula halnya dgn Hardono. Pertama kali dulu dia sangat aktif .Mencatat dan mengumpulkan teman2, sebelum Edmart muncul. Tapi kemudian lenyap. Muncul semalam di Wonosari sudah itu tak pernah kontak lagi sampai sekarang. Entahlah.

Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Kusedot rokokku sambil dengan senang membayangkan Yu Nanik menyedot rokoknya pula dengan nikmat di luar rumah makan Solichah malam itu.

Teman-temanku semua yang kucintai,
Tulisanku yang kedua, lanjutan itu, berakhir pada tidur sore sehabis dari GC, Batu Karas dan Batu Hiu. Aku tak berani menulis “Bersambung” krn nanti kalau tak sempat menyambung pasti Ketua KPK Muchtar mengomel marah2. Padahal masih ada lanjutannya bukan? Mandi dan berangkat habis maghrib ke rumah makan di luar, balik lagi ke hotel dan pesta menyanyi dan berdansa, lingkaran penutupan, sarapan pagi dengan ide-ide Muchtar tentang Syawalan, bentuknya, tempat, tanpa banyak biaya, yang dicatat Ki Demang. Ini terlalu penting untuk tidak dituliskan. Apalagi Herbud sudah bersedia mengumpulkan. Jadi kucoba tuliskan beberapa hari mendatang sehingga njagong ke tempat Herbud nanti sudah lengkaplah critanya.

Salam hangat
IW

No comments:

Post a Comment